U S A I D K i n e r j a Halaman 37
pendampingan dapat dilakukan di rumah fasilitator PPMN atau salah satu jurnalis warga.
1. Pelatihan dan pendampingan jurnalisme warga dan talkshow radio.
Berdasarkan pengalaman di Jayawijaya, biaya yang diperlukan untuk satu kali pelatihan adalah empat juta rupiah. Sedangkan, satu kali pendampingan yang
melibatkan lima hingga sepuluh jurnalis warga perlu sekitar lima ratus ribu untuk biaya konsumsi.
2. Siaran talkshow radio
Biaya untuk melakukan satu edisi talkshow radio sekitar satu hingga dua juta rupiah yang digunakan untuk membantu dana operasional radio.
Hasil dan dampak program
Tiga tahun setelah program jurnalisme warga dan talkshow radio dilkaksanakan di Jayawijaya, program ini mulai menunjukkan hasil nyata dan manfaat. Hal ini dirasakan oleh jurnalis warga,
puskesmas dinas kesehatan, media arus utama termasuk radio, dan masyarakat.
Berikut adalah hasil dan dampak bagi para jurnalis warga:
a. Kemampuan jurnalistik para jurnalis warga meningkat pesat. Berbagai kegiatan
pendampingan mentoring dan kerjasama dengan
jurnalis professional
mengasah kemampuan jurnalis warga untuk menulis dan
bersiaran serta memahami isu pelayanan kesehatan. Hingga saat ini, banyak tulisan
jurnalis warga yang dimuat di media lokal, dan website mitra Kinerja. Hal ini dapat memacu
jurnalis warga untuk terus berkarya. b. Terbentuk komunitas jurnalis warga. Para jurnalis warga yang telah terlatih membuat
Facebook group bernama Komunitas JW Noken Jayawijaya. Media ini menjadi sarana bagi jurnalis warga untuk berbagi berita. Hingga Agustus 2015, anggota Facebook group
ini mencapai 234 orang termasuk staf pemerintah dan mereka tersebar di kabupaten lain di Papua dan provinsi lainnya.
c. Kemampuan komunikasi jurnalis warga meningkat. Bagi petugas puskesmas dan MSF yang menjadi jurnalis warga, pelatihan jurnalistik membantu mereka melakukan
tugasnya untuk advokasi kepada dinas kesehatan, dan DPRD.
Gambar 3. Salah satu tulisan jurnalis warga yang dimuat di media arus utama.
U S A I D K i n e r j a Halaman 38
Bagi media arus utama, jurnalis warga membantu mereka untuk:
a. Menyediakan informasi sebanyak-banyaknya bagi masyarakat yang tinggal di pelosok Jayawijaya.
b. Memberikan informasi dari distrik dan kampung asal jurnalis warga karena media arus utama memiliki keterbatasan tim liputan dan dana untuk meliput berbagai peristiwa di
seluruh Jayawijaya. c. Pelatihan bagi RRI Wamena membantu tim produksi untuk memahami isu pelayanan
kesehatan, dan merencanakan talkshow dengan matang.
Bagi puskesmas dinas kesehatan, program jurnalisme warga dan talkshow radio membantu:
a. Mendorong inisiatif dan kemauan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sesuai kebutuhan masyarakat. Berbagai liputan yang dilakukan jurnalis warga membuat
petugas dinas kesehatan dan puskesmas sadar bahwa masyarakat aktif mengawasi proses pelaksanaan kesehatan. Di tiga puskesmas mitra Kinerja, karya jurnalis warga
memacu puskesmas untuk menambah jam pelayanannya untuk memperbaiki layanan yang lambat, dan menjaga kebersihan lingkungan.
b. Media arus utama, seperti RRI, mendukung dinas kesehatan untuk menyebarluaskan informasi untuk mempercepat perubahan perilaku masyarakat. Contoh, masyarakat di
sekitar Puskesmas Hom-Hom sekarang lebih peduli terhadap pelayanan puskesmas, bahkan mereka ikut memperbaiki toilet puskesmas.
Bagi masyarakat, program ini memberi manfaat berikut:
a. Masyarakat pegunungan Jayawijaya yang tinggal jauh dari kota sekarang lebih mudah mendapatkan informasi kesehatan melalui tulisan jurnalis warga yang dipasang di
dinding puskesmas, media lokal, talkshow, dan kampanye yang dilakukan oleh RRI Wamena dan media massa lainnya. Akses informasi yang lebih banyak ini dapat
membantu masyarakat menyadari hak kesehatannya. Selain itu, program ini mendorong masyarakat untuk lebih aktif dan bekerjasama dengan media arus utama untuk
melakukan advokasi peningkatan pelayanan publik. b. Anggota MSF yang juga merupakan jurnalis warga merasa lebih percaya diri karena
dapat berdiskusi dengan Bupati dan pejabat lainnya tentang isu pelayanan kesehatan.
U S A I D K i n e r j a Halaman 39
c. Masyarakat pegunungan Jayawijaya yang jauh dari kota dapat mengetahui informasi yang diberitakan JW melalui RRI. Selain itu, masyarakat yang sedang
berobat di puskesmas terdekat juga dapat membaca informasi yang ditempel di dinding puskemas atau juga dapat terlibat melalui kegiatan talkshow yang difasilitasi KINERJA
dan RRI di puskemas.
Monitoring dan evaluasi
Untuk memahami dampak inisiatif dan j u g a u n t u k
mengatasi persoalan
yang muncul,
monitoring dan
evaluasi program
pendekatan jurnalisme warga dan talk show di radio ini
dilakukan secara rutin, baik oleh KINERJA, PPMN dan juga RRI Wamena.
Dalam pertemuan mentoring bulanan jurnalis warga, juga
dilakukan evaluasi
isu kesehatan
yang melibatkan jurnalis warga, RRI Wamena, dinas
kesehatan, puskesmas, dan tokoh masyarakat. Di Jayawijaya, selain evaluasi yang dilakukan KINERJA dan PPMN, pemerintah setempat dan
MSF juga terlibat dalam kunjungan lapangan untuk monitoring kemajuan dan hasil program terkait cakupan pelayanan kesehatan. Anggota MSF membahas kemajuan dan hasil inisiatif
program pendekatan jurnalisme warga dan talkshow radio ini, dan rekomendasinya digabungkan dalam perencanaan dinas kesehatan yang melibatkan jurnalis warga dan juga
media – RRI Wamena.
Salah satu contoh respon kegiatan monitoring dan evaluasi adalah pengalokasian rublik khusus Warga Bersuara pada berita pagi di RRI Wamena yang dapat diisi para jurnalis warga
dengan membacakan sendiri berita-berita mereka. Selain itu, RRI dan juga Yayasan Teratai Hati YTH Papua berniat untuk memfasilitasi para jurnalis warga dengan tanda pengenal
kontributor mereka RRI untuk Warga Bersuara, sedangkan YTH untuk buletin mereka yang tujuannya untuk mempermudah kerja jurnalis warga saat mereka terjun ke lapangan menemui
dan mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan isu-isu pelayanan kesehatan yang akan mereka tulis.
Teman-teman jurnalis warga ini luar biasa bikin orang
Dinkes kupingnya panas ekstra hati-hati dalam
memberikan pelayanan kesehatan dengan
pemberitaan mereka.
- Pastor John Jonga, Pemuka agama Katolik
U S A I D K i n e r j a Halaman 40
Tantangan yang dihadapi
Tantangan utama yang dihadapi selama pelaksanaan program jurnalisme warga di kabupaten pegunungan tengah Papua ini adalah akses internet dan sinyal telepon genggam
yang masih terbatas. Hal ini menghambat jurnalis warga untuk mengirimkan tulisan mereka kepada fasilitator media PPMN yang kemudian akan mengunggahnya ke Facebook group JW
Nolken atau mengeditnya untuk dibacakan dan disiarkan oleh RRI Wamena. Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa jurnalis warga berinisiatif menyerahkan hasil tulisan mereka kepada
fasilitator ketika mereka pergi ke Kota Wamena. Tantangan terbesar program talkshow radio adalah narasumber tiba-tiba berhalangan hadir
sebelum acara dimulai. Namun, kendala ini sudah diantisipasi sejak tahap perencanaan talkshow dengan mempersiapkan narasumber alternatif dan daftar pertanyaannya sehingga
acara tetap dapat dilakukan sesuai jadwal.
Keberlanjutan dan peluang replikasi
Hingga saat ini Agustus 2015, program jurnalis warga dan talkshow radio untuk advokasi peningkatan pelayanan publik mendapat tanggapan positif dari masyarakat, media arus
utama, dan pemerintah. Program ini diharapkan dapat terus berjalan di Jayawijaya karena para jurnalis warga memiliki komitmen tinggi untuk menjalankan perannya dan mereka telah
membentuk komunitas yang cukup aktif. Selain itu, RRI Wamena, sebagai satu-satunya media arus utama di Jayawijaya, memiliki visi
yang sama dengan jurnalis warga. Mereka percaya bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tapi harus menjadi gerakan bersama. Bahkan, RRI
Wamena akan menyediakan tanda pengenal kontributor RRI untuk jurnalis warga turun lapangan.
Pada tanggal 29 Oktober 2014, salah satu jurnalis warga Jayawijaya, Dolly, diundang oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk berbagi pengalaman tentang peran jurnalis warga
dalam advokasi peningkatan pelayanan publik di acara Five Regions, One Mission di Jakarta. Acara ini merupakan bentuk apreasiasi terhadap keterlibatan jurnalis warga dan diharapkan
dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk melaksanakan program jurnalis warga untuk meningkatkan mutu pelayanan publik.
U S A I D K i n e r j a Halaman 41
Hasil pembelajaran dan rekomendasi
Jurnalisme warga dan talkshow tidak hanya mengangkat isu yang masih harus dibenahi, tapi juga cerita inspiratif yang telah dilakukan oleh puskesmas dinas kesehatan dan individu untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Jayawijaya.
Sejumlah hasil pembelajaran dan rekomendasi didapat berdasarkan pengalaman pelaksanaan jurnalis warga dan talkshow radio di Jayawijaya, antara lain:
a. Kerjasama erat dari masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang bernaung dalam MSF, media dan pemerintah merupakan syarat utama keberhasilan program.
Tanpa upaya kerjasama ini, kedua pendekatan tersebut akan sulit diterima masyarakat dan perubahan perilaku tentang pentingnya informasi dari pelosok kampung pasti
belum terjadi. Sebuah pendekatan yang menekankan keterbukaan dan keterlibatan masyarakat terbukti penting agar muncul kepedulian dan rasa memiliki yang kuat
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan pihak dinas dan puskesmas. Untuk itu, instansi pemerintah, terutama dinas kesehatan dan Bappeda perlu
lebih melibatkan masyarakat yang bergabung sebagai jurnalis warga dan media RRI Wamena dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan
lainnya.
b. Penting untuk memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kerja sukarela jurnalis warga dan komitmen RRI Wamena sebagai dua aktor perubahan di
masyarakat. Penyedia layanan harus berterimakasih dan lebih bijaksana dalam menyikapi kritik masyarakat. Di sisi lain, masyarakat juga perlu memberikan informasi
yang berimbang, tidak hanya fokus pada kekurangan penyedia layanan tapi juga menampilkan kisah sukses dan inovasi yang dilakukan puskesmas petugas
puskesmas dinas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Untuk itu, kemitraan setara dan saling membutuhkan antara pemerintah dan masyarakat
perlu terus dikuatkan dan dijaga keberlangsungannya sehingga tercipta perubahan.
c. Insentif bagi jurnalis warga dapat membantu mempercepat perubahan perilaku masyarakat. Insentif tersebut dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misal alokasi
anggaran dan perjanjian kerjasama, lebih banyak akses bagi jurnalis warga untuk terlibat dalam pemberitaan di RRI Wamena wilayah lain, atau terlibat dalam penerbitan
U S A I D K i n e r j a Halaman 42
bulletin pemerintah DPRD. Untuk itu, instansi di tingkat kabupaten kota dan desa perlu bekerjasama menyediakan anggaran dan lebih banyak melibatkan jurnalis
warga di penerbitan siaran agar mereka lebih aktif mengawasi dan melakukan advokasi pelayanan publik.
d. Komunikasi intensif diperlukan untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik. Pertemuan rutin dengan melibatkan jurnalis warga dan media sangatlah penting
dilakukan pihak pemerintah, khususnya dinas kesehatan. Pertemuan bulanan atau setidaknya dua bulanan dapat mengurangi kesalahpahaman antar pihak terhadap
program pemerintah yang sedang ataupun akan dijalankan. Komunikasi yang intensif ini juga akan membuat para pihak saling menghargai peran masing-masing dan akan
selalu mengedepankan dialog persuasif jika terjadi perbedaan pendapat atau perbedaan penafsiran terhadap pemberitaan yang muncul, baik oleh jurnalis warga
maupun media pada dialog interaktif. Ini amat penting karena jurnalis warga dan media sebagai salah satu pilar demokrasi patut dilindungi dan kalaupun mereka melakukan
kesalahan maka mekanisme pemberian Hak Jawab atau Hak Koreksi dapat ditempuh atau dapat juga melalui mediasi kepada Dewan Pers sesuai dengan amanat dalam
Undang Undang Pers. Untuk itu, pemerintah, jurnalis warga, dan media perlu melanjutkan pertemuan rutin agar tercipta kerjasama mutualistik yang akhirnya
berkontribusi terhadap upaya peningkatan pelayanan publik di Indonesia.
U S A I D K i n e r j a Halaman 43
Informasi kontak
Veronika Asso Distrik Asolokobal Koordinator Jurnalis Warga “Noken” Jayawijaya
Nomor telepon: 0852 4432 5882. Assalaus Alua, SKM Distrik Hom-Hom
Kepala Puskesmas Hom-hom Nomor telepon: 0812 4011 7877
Pastor John Jonga Distrik Hebupa Anggota MSF Jayawijaya dari unsur Gereja Katolik
Nomor telepon: 0812 4878 7338 Supriyono Kota Wamena
Kepala Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha RRI Wamena E-mail dan nomor telepon:
espy517gmail.com 0969. 31380
Monica Malisa, SKM Kota Wamena Kepala Bidang Jaminan sarana pra Kesehatan Dinas Kesehatan Jayawijaya
Nomor telepon: 0812 4862 570
Ronny Hisage Kota Wamena Fasilitator Media PPMN
E-mail dan nomor telepon: hiron_hisageryahoo.com
0852 4415 9864
Marthen Abidondifu Kota Wamena Local Health Governance Specialist KINERJA - USAID
E-mail dan nomor telepon: mabidondifukinerja.or.id, marthenlaniejayayahoo.co.id
0852 5494 1773
Firmansyah MS Jakarta Media Specialist KINERJA - USAID
E-mail dan nomor telepon: firmansyahkinerja.or.id, firmansyah.msgmail.com
0811 9527 645 0852 8772 2888
U S A I D K i n e r j a Halaman 44
Lembar Catatan:
U S A I D K i n e r j a Halaman 45
Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Kegiatan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan di Kabupaten Jayapura
Kemitraan antara pemerintah dan masyarakat merupakan strategi kunci untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar memenuhi standar pelayanan minimal. Hal ini,
pada akhirnya, membantu pemerintah meningkatkan indeks pembangunan masyarakat.
U S A I D K i n e r j a Halaman 46
Situasi sebelum inisiatif
Tren anggaran untuk sektor kesehatan di Kabupaten Jayapura selama 2009-2013 semakin memprihatinkan. Jika pada 2009 porsi anggaran untuk bidang kesehatan adalah 11, maka
pada 2013 hanya 5. Komitmen pemerintah daerah untuk pembangunan di bidang kesehatan tidak tercermin dalam anggaran urusan kesehatan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kabupaten Jayapura pada tahun 2012 sebanyak 118.046 jiwa, maka anggaran kesehatan untuk setiap penduduk Kabupaten Jayapura hanya 249 ribu rupiah pertahun atau hanya 24 ribu
rupiah perbulan. Berdasarkan hasil evaluasi pemenuhan Standar Pelayanan Minimal SPM yang difasilitasi oleh
KINERJA, SPM Kesehatan Kab.Jayapura pada tahun 2013 hanya mencapai 36. Pemahaman pemerintah daerah terhadap Peraturan Menteri Kesehatan No 741MenkesPerVII2008
tentang SPM
bidang Kesehatan
serta Keputusan
Menteri Kesehatan
No 828MenkesSKIX2008. tentang Petunjuk Teknis SPM bidang Kesehatan di KabupatenKota
juga masih rendah. SPM masih belum dianggap penting untuk dijadikan landasan dalam perencanaan dan penganggaran sektor kesehatan, dan juga belum dipakai sebagai alat
manajemen untuk menilai kinerja sektor kesehatan di daerah. Indikator SPM belum dijadikan acuan indikator dan target program dan kegiatan dalam pengembangan rencana kerja sektor.
Selain itu, masyarakat masih belum dilihat sebagai mitra yang strategis untuk pembangunan sektor kesehatan di daerah dalam proses ini. Partisipasi masyarakat dalam menentukan
kebutuhan kesehatan untuk pemenuhan hak dasarnya belum banyak didorong dan disaat yang sama ketidakpahaman mengenai standar pelayanan kesehatan yang menjadi hak-nya belum
banyak dipahami dengan baik
Bentuk inovasi
USAID Kinerja membantu pemerintah daerah menyediakan layanan publik berbasis SPM dengan mempertemukan sisi penyedia dan pengguna layanan. Dari sisi pengguna layanan,
program melakukan asistensi dan penguatan kapasitas organisasi lokal dalam melakukan upaya penyadaran akan hak-hak masyarakat, sehingga mampu melakukan advokasi untuk
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. SPM diletakkan dalam bingkai hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas, sehingga diseminasi SPM
dan penyadaran akan pentingnya pemerintah memenuhi SPM bagi masyarakat menjadi prioritas dalam proses penyediaan pelayanan publik yang berbasis standar.
U S A I D K i n e r j a Halaman 47
Dari sisi pemerintah, sebagai penyedia pelayanan publik, USAID Kinerja memberikan peningkatan pemahaman dalam penyediaan pelayanan publik yang berkualitas mengacu pada
standar layanan, asistensi dalam melakukan penelaahan pencapaian SPM untuk mengetahui kesenjangannya, dan kemudian memberikan asistensi dalam penghitungan dan skema
pembiayaan dalam memenuhi SPM serta intervensi kebijakan, program dan kegiatan yang diperlukan untuk memenuhi kesenjangan yang ada.
Proses pelaksanaan program
Penerapan pendekatan perbaikan pelayanan publik melalui sisi penyedia dan pengguna layanan ini dikawal oleh tim teknis kabupaten. Tim teknis kabupaten ini beranggotakan para
aparatur yang memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan program, dan berasal dari berbagai SKPD terkait. Dalam perencanaan kegiatan dan anggaran pemenuhan SPM, Tim
Teknis kabupaten berperan signifikan dalam mendorong integrasi SPM bidang kesehatan ke dalam perencanaan dan pengganggaran daerah dengan keterlibatan aktif masyarakat.
Gambar 1. Dinas kesehatan melibatkan masyarakat untuk mengevaluasi tantangan yang dihadapi untuk menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan mencari solusinya
.
U S A I D K i n e r j a Halaman 48
Penguatan kapasitas Kabupaten Jayapura dalam penerapan SPM Kesehatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Advokasi untuk mendapatkan pemahaman dan kesadaran seluruh stakeholder pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan, masyarakat atas SPM kesehatan
2. Review dan pembaharuan kebijakan yang diperlukan 3. Menyusun data bagi perhitungan status capaian SPM
4. Analisis kesenjangan capaian 5. Menghitungan kebutuhan anggaran untuk mengurangi kesenjangan capaian Costing
6. Konsultasi publik dan pengawasan publik 7. Integrasi target SPM dan kebutuhan anggaran pencapaian target SPM ke dalam
perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan dan daerah 8. Advokasi anggaran kepada para pengambil kebijakan
9. Evaluasi capaian SPM dan umpan balik bagi proses perencanaan berikutnya Konsultasi publik yang dilakukan di Kabupaten Jayapura dalam rangka mendiskusikan hasil
costing SPM pada pemangku kepentingan yang lebih luas dan dalam rangka mendapatkan dukungan. Dalam konsultasi publik ini, SKPD serta badan pemerintah daerah lainnya dilibatkan
karena banyak aspek dari pencapaian SPM kesehatan yang akan memerlukan koordinasi dan sinergi dengan sektor lainnya. Selain itu, konsultasi publik ini menjadi ajang untuk memberikan
ruang yang lebih luas pada masyarakat sipil dan forum multi-stakeholder MSF baik ditingkat kabupaten dan juga distrik untuk memberikan masukan sebelum hasil costing SPM ini
diintegrasikan lebih lanjut ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Masyarakat melalui MSF memberikan masukan dan diharapkan kedepannya juga mendukung Dinas
Kesehatan dalam implementasi rencana. MSF juga akan terus mengawal dan mengawasi pencapaian SPM kesehatan.
Pada berbagai kesempatan, pertemuan MSF tingkat distrik dan juga tingkat kabupaten, SPM menjadi topik diskusi dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat sipil terhadap SPM
dan relevansinya dalam pemenuhan hak kesehatan. Di samping itu, terdapat serangkaian talkshow tentang isu standar layanan termasuk SPM kesehatan di radio hasil kerjasama
dengan Radio Kenambai Umbai dan Radio Suara Kasih – baik yang dilakukan di dalam studio
ataupun di luar ruangandi kampung yang melibatkan masyarakat umum. Radio talkshow ini membantu membangun ‘kebisingan’ di tingkat masyarakat tentang Standar Pelayan Minimal
U S A I D K i n e r j a Halaman 49
sebagai bagian pemenuhan hak masyarakat, dan mendorong perbincangan tentang SPM di tingkat akar rumput.
Selain itu, kelompok jurnalis warga, yang kemudian membentuk forum jurnalis warga dengan nama “CYCLOPS” dan komunitas jurnalis warga video documenter, HILOI, turut juga
mengangkat isu SPM bidang kesehatan lewat tulisan dan dalam berbagai aktivitas mereka
sebagai jurnalis warga.
U S A I D K i n e r j a Halaman 50
Hasil dan dampak program
Hasil penghitungan pembiayaan pemenuhan SPM telah disusun untuk empat tahun yakni 2014- 2017. Anggaran yang dibutuhkan untuk capaian SPM di Tahun 2014 adalah sebesar Rp
6,271,382,000, di Tahun 2015 sebesar Rp 10,290,521,550, di Tahun 2016 sebesar Rp 11,876,847,545, dan di Tahun 2017 sebesar Rp 14,232,772,161. Perbedaan anggaran setiap
tahunnya mengacu pada target kinerja yang disepakati untuk dicapai pada tahun berkenaan. Pemerintah daerah pun telah berkomitmen untuk mengalokasikan APBDnya untuk kebutuhan
tersebut. Pendampingan SPM yang dilakukan oleh USAID Kinerja telah meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, dan keterampilan dinas kesehatan, bahwa kegiatan yang lebih bisa mengungkit capaian SPM, meningkatkan dan menunjukkan kinerja petugas kesehatan adalah dengan
menerapkan SPM. Rencana Strategis Dinas kesehatan sudah mengintegrasikan upaya pencapaian SPM Kesehatan. Dalam Rencana Kerja Dinas Kesehatan 2014 terdapat alokasi
sebesar Rp 6.69 milyar untuk mendukung pemenuhan SPM. Di saat yang sama, relasi dan kerjasama antara penyelenggara dan pengguna pelayanan
kesehatan di Kabupaten Jayapura semakin erat terbangun. Dalam berbagai kegiatan terkait perencanaan program kesehatan, MSF dilibatkan. Keterlibatan masyarakat, terutama forum
multi-pihak dalam perencanaan kesehatan untuk pemenuhan SPM ini telah mendorong adanya mobilisasi sumber daya yang berasal dari masyarakat.
Sebagai contoh: untuk menjamin pencapaian salah satu indicator SPM Kesehatan dalam penanggulangan penyakit menular TB di Kab. Jayapura, Kampung Yoboi di Distrik Sentani
telah mengalokasikan dana untuk menyiapkan insentif bagi empat kader TB Tuberculosis setempat menggunakan anggaran Kampung. Selain itu, Forum Dobonsolo MSF Distrik
Sentani dalam proses musrenbang distrik berhasil mengadvokasi pemerintah distrik untuk merencanakan Pos TB kampong untuk tujuh kampung di distrik Sentani yang nantinya akan
dianggarkan lewat dana Prospek. Selama ini kader TB dan Pos TB yang melakukan tugas selalu dibiayai oleh puskesmas dengan anggaran yang minim.
Saat ini MSF di tingkat kabupaten juga memiliki komitmen yang tinggi untuk mengawal dan mengawasi pelaksanaan pencapaian SPM dan penganggarannya di Kab Jayapura.
Pendampingan yang intensif atas perencanaan dan perhitungan SPM kesehatan, telah
U S A I D K i n e r j a Halaman 51
mendorong pemerintah daerah untuk mereplikasi melalui pendampingan pengembangan SPM untuk pelayanan publik lainnya di daerah.
Anggaran yang diperlukan Monitoring dan evaluasi
Dinas kesehatan Kabupaten Jayapura mulai mengevaluasi hasil costing SPM tahun 2014 dengan melibatkan MSF. Monitoring dan evaluasi ini akan dilakukan setiap tahun dengan
melihat status kegiatan, hasil dan kendala yang dihadapi. Kemudian, hasil evaluasi dikelompokkan. Misal, status kegiatan dikelompokkan menjadi sudah belum sedang
dilaksanakan, sedangkan hasil kegiatan dikelompokkan menjadi sesuai dibawah melebihi target. Jika hasil kegiatan dibawah target, maka penyebabnya akan dicari dan solusinya
didiskusikan.
Tantangan yang dihadapi
Tantangan terbesar pelaksanaan program penerapan SPM adalah menjaga komitmen para pemangku kepentingan, seperti dinas kesehatan. Namun, hal ini dapat diatasi melalui advokasi,
lokakarya, dan audiensi insentif dengan kepala dinas dan staff kuncinya.
Gambar 2. Seorang ibu memeriksakan kehamilan di puskesmas. Berbekal ketrampilan analisis capaian dan kesenjangan SPM, puskesmas dapat memberikan layanan
kesehatan yang terstandar.
U S A I D K i n e r j a Halaman 52
Tantangan lain adalah keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang mampu terlibat dalam program penerapan SPM. Kendala ini diatasi dengan melakukan pelatihan dan rapat kerja
diskusi kelompok terhadap lebih banyak staff.
Keberlanjutan dan peluang replikasi
Keberlanjutan penerapan SPM sangat dipengaruhi oleh komitmen kepala dinas kesehatan. Berdasarkan
pengalaman Kinerja, kepala dinas akan memiliki komitmen untuk melanjutkan penerapan SPM jika
melihat bukti perbaikan proses atau hasil program. Di Kabupaten Jayapura, program penerapan SPM
berpotensi untuk berlanjut karena hasil costing SPM telah diintegrasikan dalam perencanaan lima tahunan
atau rencana strategis renstra dinas kesehatan. Renstra tersebut telah mengintegrasikan indikator
target SPM kesehatan dan beberapa kegiatan pencapaian SPM.
Selain itu, hasil costing SPM juga telah diintegrasikan dalam rencana tahunan sejak 2014. Dengan demikian, pelaksanaan SPM dapat terus dipantau melalui perencanaan tahunan
rencana kerja dinas, RKA dan DPA.
Hasil pembelajaran dan rekomendasi
Pembelajaran yang didapat dari partisipasi masyarakat dalam penerapan SPM Kesehatan adalah:
1. Masyarakat Papua mampu memainkan peran aktif untuk memberikan masukan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan berbasis SPM, ketika sejak awal
proses mereka sudah dilibatkan sebagai bagian dari pendampingan teknis di daerah. Penyadaran dan keterlibatan dari dua belah pihak, baik pemerintah daerah sebagai
penyedia layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan dalam perencanaan dan costing SPM menjadi krusial. Kesadaran bersama dari dua belah pihak akan menjamin
sinergi dalam melakukan upaya perbaikan. 2. Sentuhan kepentingan lokal atau kedaerahan serta menggali kearifan lokal, juga mampu
membangkitkan semangat dan kesadaran. Sentuhan lokal ini antara lain ditunjukannya
Kita berharap cara berpikir ini bisa dilanjutkan oleh teman-teman
kita. Arahnya sudah jelas dan sistemnya sudah dibuat dengan
baik sehingga tinggal bagaimana kita menggerakkan pelayanan
agar kita bisa mendapatkan kinerja yang baik di bidang
kesehatan
.
Bapak Khairul Lie Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Jayapura
U S A I D K i n e r j a Halaman 53
kondisi riil kesehatan rakyat Papua dan dibandingkan dengan daerah lain. Sentuhan tentang betapa pentingnya masyarakat lokal untuk berubah mengejar ketertinggalan dan
konsekuensinya bila tidak ada perubahan, telah mampu membangkitkan kesadaran pemerintah daerah maupun masyarakat untuk berubah melakukan upaya bersama.
3. Peran media
dan MSF
yang dikembangkan di lapangan, mampu
menjadi agen pendorong perubahan di daerah
dengan menyebarluaskan
informasi tentang SPM dan apa kaitan SPM
dalam pemenuhan
hak masyarakat. Selain itu, kemitraan yang
terbangun antara media, forum multi pihak dan unit pelayanan puskesmas
serta dinas
kesehatan telah
memberikan kesempatan yang lebih besar untuk pencapaian SPM dengan
melibatkan berbagai sumber daya yang ada di pemerintah daerah dan juga di
masyarakat. 4. Pentingnya data riil dalam perencanaan kegiatan juga disadari oleh para pengambil
kebijakan. Data menjadi sangat penting dalam menentukan capaian dan target SPM. Pendampingan SPM bagi dinas kesehatan dan puskesmas memberikan nilai tersendiri
bagi pemerintah daerah. Melalui pendampingan SPM bidang kesehatan, pemerintah daerah Kab Jayapura memutuskan untuk mereplikasikan pendekatan penerapan SPM
kepada SKPD lainnya yang memiliki peran sebagai penyelenggara pelayanan publik.
Untuk itu, sejumlah rekomendasi dibuat, yaitu: a. Peran masyarakat dalam perencanaan kegiatan dan anggaran SPM dan dalam
mengawal integrasi dan pelaksanaan SPM Kesehatan, harus menjadi bagian penting dari proses peningkatan kualitas pelayanan kesehatan berorientasi pemenuhan
hak masyarakat yang dijamin dalam SPM Kesehatan. Partisipasi masyarakat dapat terjadi, bahkan dalam kondisi Papua yang penuh tantangan.
b. Pendampingan SPM yang aktif melibatkan masyarakat masih harus terus dilakukan untuk memastikan komitmen Pemerintah Daerah dan Unit Layanan bisa
“Forum multi-pihak mendorong pemerintahan dengan tata-kelola yang
baik… Masyarakat melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk
mengetahui apa yang menjadi masalah puskesmas, kemudian diskusi dengan
pemerintah dan dijawab oleh pemerintah dalam hal pelayanan publik.
Harus ada responsibility masyarakat, mereka harus lebih paham bagaimana
mereka bisa sehat dan cerdas.
Bapak Amos Soumilena Ketua MSF Kabupaten Jayapura.
U S A I D K i n e r j a Halaman 54
diimplementasikan di lapangan. Dalam hal ini, masyarakat memiliki peran untuk mengawasi pelayanan publik, sesuai mandat UU 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik. Untuk menjamin masyarakat sipil dapat menjalankan peran pengawasan yang berkelanjutan tersebut ada dua hal penting yang perlu dilakukan: 1 pengembangan
kapasitas kelompok-kelompok masyarakat sipil LSM, forum multi-pihak, dll dan 2 alur informasi yang transparan antara masyarakat dan pemerintah daerah, dinas kesehatan
atau puskesmas yang akan menjadi precursor yang penting untuk pelibatan aktif masyrakat di masa mendatang.
c. Peningkatan kapasitas bagi dinas kesehatan tetap masih diperlukan karena
kadangkala dinas kesehatan belum memahami harmonisasi dan sinkronisasi teknis penganggaran antara Permendagri No 13 Tahun 2006 dan SPM Kesehatan yang
diterbitkan oleh Kementerian kesehatan. Kesulitan dalam mengharmonisasikan aturan ini pada beberapa kasus dapat membuat dinas kesehatan dan pemerintah kabupaten
kurang memiliki keberanian dalam membuat kegiatan inovasi yang dapat meningkatkan capaian SPM dan IPM, seperti yang dialami Kab.Jayapura.
U S A I D K i n e r j a Halaman 55
Informasi kontak
Bapak Amos Soumilena
Ketua MSF Kabupaten Jayapura 081248263822
U S A I D K i n e r j a Halaman 56
Lembar Catatan:
U S A I D K i n e r j a Halaman 57
Penanganan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan dengan Melibatkan Masyarakat
di Kota Jayapura
Partisipasi masyarakat dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sangat penting agar para korban mendapatkan bantuan yang sesuai sesegera
mungkin.
U S A I D K i n e r j a Halaman 58
Situasi sebelum program dilakukan
Angka kekerasan terhadap perempuan dan anak KtPA masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2013, angka KtPA
di Papua berada di peringkat kelima tertinggi di Indonesia. Selama Januari hingga November 2013, Kepolisian Daerah Papua menerima pelaporan 154 kasus penganiayaan, 40 kasus
penelantaran, 31 kasus perkosaan, 37 kasus perselingkuhan dan 24 kasus untuk kekerasan fisik
1
. Sedangkan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Kota
Jayapura mencatat sepanjang tahun 2011-2013 terdapat kasus-kasus kekerasan sebagai berikut:
Tahun Jumlah Kasus
Jenis Kasus 2011
9 kasus Dua kasus penelantaran,
Enam kasus kekerasan fisik, Satu kasus perlindungan anak.
2012 13 kasus
Lima kasus kekerasan fisik, Enam kasus penelantaran,
Dua kasus perlindungan anak.
2013 12 kasus
Lima kasus penelantaran, Dua kasus perselingkuhan,
Dua kasus kekerasan fisik, Satu kasus kawin paksa,
Dua kasus perlindungan anak.
1
Notulensi Workshop Penyusunan Rencana Kegiatan Bersama Multi Stakeholder Forum Kota Jayapura, 30 Januari 2014
U S A I D K i n e r j a Halaman 59
Sementara itu, hasil kajian cepat yang dilakukan LSM mitra lokal USAID Kinerja, Lembaga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak LSPPA di tiga puskesmas di tiga distrik di Kota
Jayapura menemukan kasus KtPA selama 2013 sebagai berikut:
Angka ini terus meningkat selama tahun 2014 hingga Maret 2015. Pada periode tersebut P2TP2A dan puskesmas mitra USAID Kinerja menerima kasus kekerasan sebagai berikut:
No Nama puskesmas
Kasus Korban
1 Puskesmas Tanjung Ria
15 kasus kekerasan fisik Perempuan dewasa
satu pelecehan seksual Perempuan dewasa
empat pelecehan seksual Anak 1 KDRT : maret 2015
Pekerja rumah tangga
3 Puskesmas Abe pantai
Tujuh kasus KDRT Perempuan dewasa
2 P2TP2A, Kota Jayapura
10 kasus penelantaran, Empat kasus
perselingkuhan, Dua kasus kawin paksa,
24 kasus kekerasan fisik, 24 kasus perlindungan
Perempuan dewasa
Penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Jayapura belum maksimal. Beberapa tantangan dalam penanganan kasus kekerasan ini adalah:
Puskesmas Kasus
Tanjung Ria Tujuh kasus kekerasan dalam rumah tangga KDRT
Abepantai
Empat kasus KDRT
Koya Barat
Puskesmas Koya Barat tidak memiliki catatan khusus, tetapi informasi dari staff puskesmas bahwa setiap bulannya pasti ada kasus KDRT, setidaknya
sebulan sekali.
U S A I D K i n e r j a Halaman 60
1. Kerjasama lintas sektor untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak berjalan. Selama ini hubungan antara puskesmas, P2TP2A dan
kepolisian tidak selaras. Mereka tidak saling mengenal dan tidak memahami peran setiap lembaga. Hubungan P2TP2A dan puskesmas hanya sebatas melakukan
sosialisasi. Selain itu, tidak ada sistem yang memungkinkan puskesmas merujuk korban kekerasan ke P2TP2A sehingga korban tidak bisa mendapatkan bantuan yang
semestinya.
2. Keterbatasan kapasitas petugas kesehatan dan staff P2TP2A. Meskipun P2TP2A
Kota Jayapura telah berdiri sejak November 2008, masih banyak staff yang kurang memahami tentang alur penanganan kasus kekerasan karena tidak ada panduan
tertulis. Mereka hanya merujuk korban yang melapor ke kepolisian tanpa melibatkan layanan kesehatan sehingga mereka tidak mempunyai bukti medis yang akurat.
Selain itu, puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan pertama hanya memberikan pengobatan fisik bagi pasien yang diduga mengalami tindak kekerasan tapi tidak
mendokumentasikan kasus dengan baik. Mereka tidak memiliki kapasitas cukup untuk menggali dan memastikan pasien yang diduga sebagai korban benar-benar mengalami
kekerasan. Mereka juga tidak mendokumentasikan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan baik sehingga mereka tidak mempunyai data akurat
tentang kejadian kasus di wilayah mereka. “Kita sebagai petugas kesehatan, batasnya
hanya mengobati saja, menerapi fisik, merawat luka ”, ujar Syiska, bidan di Puskesmas
Koya Barat.
3. Tidak ada transfer pengetahuan ketika terjadi mutasi staff P2TP2A. SK Walikota
hanya mencantumkan instansi sebagai penangggungjawab penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak. Hal ini diperburuk dengan kurangnya transfer
pengetahuan antar staff ketika terjadi mutasi sehingga P2TP2A harus terus mengulang penguatan staff baru.
4. Masyarakat tidak mengenal layanan KtPA. Banyak perempuan di Kota Jayapura tidak