13 aksara, kecakapan keaksaraan tidak hanya sekedar dapat membaca, menulis dan
berhitung, akan tetapi lebih menekankan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
UNESCO mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, dengan
menggunakan bahan-bahan cetak dan ditulis terkait dengan berbagai konteks. Literasi melibatkan kontinum pembelajaran pada individu, memungkinkan untuk mencapai
tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi, dan untuk berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat yang lebih luas
www.unesco.org di akses tanggal 09 Februari 2013. Dari uraian di atas pendidikan keaksaraan merupakan sebuah program atau
bentuk layanan bentuk Pendidikan Non-Formal untuk membelajarkan warga masyarakat buta aksara, agar memiliki kemampuan menulis, membaca, berhitung
CALISTUNG dan menganalisa, yang berorientasi pada kehidupan sehari – hari dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitarnya, Melalui
kemampuan dan keterampilan tersebut warga mampu memanfaatkanya untuk memecahkan masalah kehidupanya sendiri dan kehidupan masyarakat sekitarnya,
membuka pengetahuanya untuk selalu berpikir bagaimana mendapatkan sumber kehidupanya, terus menggali , mempelajari pengetahuan dan keterampilan, sehingga
warga belajar dan masyarakat dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya, dan hasil belajarnya memberikan kebermaknaan atau fungsional bagi peningkatan mutu dan
kesejahteraan warga belajar begitu juga bagi masyarakatnya.
14
b. Hakikat Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Hakikat pembelajaran keaksaraan fungsional berpusat pada masalah, minat dan kebutuhan warga belajar itu sendiri. Materi pembelajaran keaksaraan didasarkan
pada kegiatan untuk membantu mereka dalam mengimplementasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.
Kusnadi, dkk 2005: 192 mengatakan bahwa program keaksaraan fungsional dapat terlaksana dengan baik apabila sesuai dengan kebutuhan masing-masing
daerah, maka prinsip-prinsip sebagai berikut 1
Konteks Lokal Konteks lokal adalah disesuaikannya aspek penyelenggaraan pendidikan
keaksaraan dengan kebutuhan khusus warga belajar yang mengacu pada konteks lokal. Pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan berdasarkan minat,
kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta potensi yang ada di sekitar warga belajar. Keberhasilan tidak bisa dinilai secara universal artinya
tergantung pada situasi dan kondisi dimana individu warga belajar berada atau tinggal. Contohnya ialah kebutuhan masyarakat pesisir pantai yang mayoritas
nelayan, maka materi yang disediakan seputar cara menjadikan hasil laut yang mempunyai daya jual tinggi. Bagaimana menggelola hasil laut tersebut sehingga
mencukupi kebituhan hidup bagi masyarakatnya. Hal ini tentu membantu warga
belajar, karena berhubungan langsung dengan materi yang disampaikan tutor.
15 2
Desain Lokal
Desain lokal mengandung makna bahwasanya tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di kelompok belajar, sebagai jawaban atas
permasalah, minat dan kebutuhan warga belajar. Unsur utama dari rancangan program ini adalah: tujuan, kelompok sasaran, bahan belajar, kegiatan belajar, waktu
dan tempat pertemuan, dan lain-lain yang berkaitan dengan itu. Untuk itu perlu dirancang dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing kelompok
belajar. Desain lokal menyangkut kesepakatan belajar yang dibuat oleh kelompok. Rencana pembelajaran yang dilakukan yang mengarah pada tujuan kelompok,
sasaran, bahan belajar, kegiatan belajar, waktu dan tempat belajar. 3
Proses Partisipatif Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif,
dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajarevaluasi. Bukan hanya warga belajar namun juga kerjasama dengan semua
komponen yang terlibat dalam pembelajaran keaksaraan tutor, narasumber, penyelenggara dan masyarakat setempat tentunya dengan potensi yang dimiliki
masing-masing individu atau kelompok. Mereka harus dilibatkan secara aktif dan berkesinambungan dalam segala aspek. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan
keberhasilan individukelompok yang tergabung dalam proses pembelajaran
keaksaraan.