berpotensi memunculkan pelaku kriminalitas. Pada masa akhir pemerintahan Tokugawa yaitu sekitar tahun 1867, jumlah burakumin mencapai 400.000 jiwa
dari populasi Jepang pada saat itu yang berjumlah 33.000.000 jiwa. Bentuk diskriminasi yang sah secara hukum terhadap burakumin akhirnya resmi
dihapuskan pada tahun 1871 melalui keputusan pemerintah. Tetapi, sikap sewenang-wenang terhadap mereka masih saja terjadi sehingga hal itu ter us
mendorong sejumlah besar burakumin mesuk ke dalam cengkeraman yakuza.
2.1.3 Pola Identitas Yakuza
Pada umumnya, setiap organisasi kejahatan pasti menjalankan aktivitasnya secara diam-diam untuk menyembunyikan identitas. Tetapi yakuza tidak
merahasiakan identitas dan keberadaan mereka seperti organisasi kejahatan yang lain. Yakuza justru terbuka dan menunjukkan kepada masyarakat siapa diri
mereka. Beberapa karakteristik yakuza yang terlihat jelas di masyarakat dapat dilihat dari simbolisme pada tubuh yakuza. Simbolisme tubuh yakuza pertama kali
dikenalkan oleh kelompok bakuto pada zaman dulu dan tradisi tersebut berlangsung sampai sekarang. Yubitsume atau pemotongan jari dan irezumi atau
pembuatan tato adalah simbolisme tubuh yang menunjukkan identitas yakuza di masyarakat.
2.1.3.1 Yubitsume
Yakuza terkenal dengan ketaatan dan loyalitas yang sangat tinggi terhadap organisasi. Setiap anggota yakuza wajib mematuhi perintah bos mereka dan
apabila melakukan kesalahan atau melanggar aturan geng, mereka akan dihukum.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Sifat pengecut, ketidaktaatan, dan membuka rahasia geng tidak hanya dianggap sebagai pengkhianatan tetapi juga penghinaan terhadap reputasi dan kehormatan
geng. Apabila melakukan kesalahan, anggota yakuza dapat dihukum mati atau diusir dari geng, tergantung seberapa besar kesalahan yang dilakukannya. Selain
hukuman mati dan diusir dari geng, yakuza juga memiliki bentuk hukuman lain yang juga menunjukkan identitas mereka kepada masyarakat yaitu yubitsume.
Yubitsume adalah bentuk hukuman bagi pelanggar peraturan dalam organisasi yakuza. Yubitsume merupakan tradisi potong jari yang dikenalkan sejak
dulu oleh kelompok bakuto atau penjudi dan berlaku sampai sekarang. Dalam ritual potong jari, ruas teratas jari kelingking dipotong dalam suatu upacara. Pada
awalnya yakuza memberlakukan hukuman potong jari dengan tujuan melemahkan genggaman, artinya pedang yang memiliki peran signifikan bagi yakuza awal
tidak dapat lagi digenggam erat. Ritual tersebut, baik dipaksakan atau dilakukan secara sukarela, berhasil membuat kobun atau anggota yakuza yang suka
melanggar aturan menjadi patuh dan tergantung kepada atasannya.
2.1.3.2 Irezumi
Pada zaman feodal, tato digunakan oleh pemerintah sebagai bentuk hukuman yang digunakan untuk mengasingkan para penjahat dari mas yarakat.
Para penjahat diberi tato berbentuk lingkaran hitam di sekeliling lengan untuk setiap pelanggaran yang dilakukan, sehingga masyarakat dapat mengenali
penjahat dan menjauhinya. Akan tetapi, tato kemudian mengalami perkembangan dan perubahan makna. Tato tidak lagi dianggap hanya sebagai penanda bagi para
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
penjahat, tetapi juga sebagai hasil seni dan menjadi tradisi mulia di Jepang. Tato Jepang merupakan salah satu yang terbaik di dunia dan telah berusia ratusan tahun.
Seiring waktu, pola desain tato berkembang dan semakin kompleks, berupa gabungan antara gambar dewa-dewa terkenal, pahlawan rakyat kecil,
binatang, dan bunga yang sangat indah. Pada akhir abad ke-17, desain tato yang rumit dan membentang di seluruh tubuh menjadi popular di kalangan penjud i dan
pekerja kasar seperti kuli angkut, pembantu di kandang kuda, tukang batu, bahkan para geisha.
Asal mula tradisi irezumi dalam yakuza dilakukan oleh kelompok bakuto. Mereka membuat tato di seluruh tubuh untuk menunjukkan identitas mereka
dalam masyarakat. Selain sebagai identitas, tato bagi yakuza juga menunjukkan hubungan oyabun-kobun atau hubungan saudara. Anggota yakuza yang memiliki
pola dan gambar tato yang sama membuktikan komitmennya dalam kelompok yakuza. Pembuatan tato bagi anggota yakuza juga dianggap sebagai uji kekuatan.
Hal itu dikarenakan pembuatan tato dengan cara tradisional adalah proses yang sangat menyakitkan. Seniman tato menggunakan alat yang diukuir dari tulang
atau kayu dengan ujung berupa sekelompok jarum kecil. Alat tersebut kemudian ditusukkan ke kulit dengan rangkaian tusukan yang menyakitkan. Tusukan sang
seniman tato akan terasa menyengat dan menyakitkan bagi anggota yakuza. Proses pembuatan tato tradisional memakan waktu sangat lama. Untuk membuat
tato seluruh badan dapat memakan waktu selama seratus jam. Lamanya proses pembuatan tato dan rasa sakit yang dirasakan selama pembuatan tato merupakan
bentuk uji kemampuan anggota dalam menunjukkan keberanian dan ketangguhan seorang yakuza.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Meskipun zaman sekarang pembuatan tato dap at dilakukan dengan jarum listrik yang dapat membuat tato lebih cepat dan tidak menyakitkan, masih banyak
anggota yakuza yang lebih memilih menggunakan cara tradisional karena ketangguhan menahan rasa sakit selama proses pembuatan tato sangat dihargai.
Seperti tujuan awal dibuatnya tato oleh pemerintah untuk mengasingkan penjahat yang tidak berguna, tato yakuza juga merupakan bentuk identitas sebagai
kelompok yang diasingkan dari masyarakat.
2.1.4 Giri dan Ninjo Dalam Yakuza