terbuka dengan paham-paham baru dan berhaluan sayap kiri, atau Partai Komunis yang memang beraliran komunis. Bagi yakuza dan
Jiyūminshutō, kedua partai tersebut adalah musuh yang harus selalu diawasi pergerakannya. Apabila terjadi
demonstrasi dari kelompok-kelompok sayap kiri, maka yakuza akan berada di depan menghadapi mereka sebagai pasukan pelindung
Jiyūminshutō. Kasus lain yang menunjukkan hubungan dan pengaruh yakuza dalam
tubuh Jiyūminshutō adalah ketika Tanaka Rokusuke memanfaatkan bantuan dari
yakuza. Pada tahun 1976, Tanaka yang pada saat itu menjabat sebagai kepala sekretaris kabinet
Jiyūminshutō mengakui bahwa seorang yakuza mengendalikan salah satu dari sekian banyak kelompok kampanye miliknya. Yakuza tersebut
berasal dari distrik Fukuoka yang juga merupakan tempat kelahiran kelompok- kelompok yakuza modern berhaluan kanan. Akhir tahun 1983, dua staf kampanye
Tanaka yang masih aktif sebagai yakuza ditangkap karena melanggar Undang- Undang Pemilihan Umum Pejabat Publik Jepang. Keduanya merupakan anggota
kelompok Kusano-kai.
3.2 Pengaruh Terhadap Pemerintahan Pusat
Pengaruh yakuza terhadap pemerintahan pusat setelah perang dunia kedua kebanyakan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan dalam bidang politik dan
ekonomi. Melalui kedekatan dengan tokoh-tokoh politik penting, yakuza mampu mengambil bagian dalam pemerintahan pusat di Jepang. Pengaruh tersebut
meliputi hubungan dengan tokoh-tokoh partai Jiy ūminshutō, perdana menteri
yang berkuasa, serta beberapa pengusaha besar atau tokoh dalam bidang ekonomi yang berpengaruh dalam pemerintahan.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Pada tahun 1960, situasi politik di Jepang memanas akibat rencana Amerika Serikat ingin menegosiasikan kembali pakta keamanan yang mengatur
perjanjian pertahanan bersama kedua negara. Perjanjian sebelumnya menyatakan bahwa Amerika akan terus mempertahankan pangkalan-pangkalan militer mereka
di Jepang. Amerika harus membantu Jepang apabila di serang, tetapi Jepang tidak berkewajiban membantu Amerika apabila mendapat serangan. Pemerintahan
Jepang yang pada waktu itu dipimpin oleh perdana menteri K ishi Nobusuke sangat menginginkan agar pakta pertahanan teersebut diratifikasi. Alasannya
adalah untuk menjaga hubungan baik dengan Amerika. Tetapi peraturan tersebut memuat sejumlah aturan yang tidak disukai kebanyakan orang Jepang, khususnya
orang-orang yang beraliran sayap kiri. Pakta tersebut mengizinkan pasukan Amerika di Jepang dipersenjatai senjata nuklir. Pakta tersebut juga mengizinkan
Amerika mengambil tindakan di dalam wilayah Jepang apabila pemerintah Jepang meminta bantuan mereka guna memadamkan gangguan keamanan di dalam negeri.
Namun, bagi orang-orang sayap kiri merasa bahwa mereka adalah sasaran utama dari kebijakan tersebut.
Pada Maret 1959 terbentuk Anpo Jōyaku Kaitei Soshi Kokumin Kaigi
Dewan Rakyat Untuk Mencegah Revisi Perjanjian Keamanan atau lebih sering disebut Anpo. Anpo merupakan sebuah gerakan koalisi yang terdiri dari semua
kelompok sayap kiri, kelompok pekerja, pengajar, mahasiswa, dan kaum perempuan. Pembentukan gerakan tersebut langsung ditanggapi dengan cepat oleh
pemerintah dan kaum kanan. Kelompok-kelompok kanan mengadakan sejumlah pertemuan publik untuk mendukung pakta tersebut. Salah satunya adalah rapat
yang diadakan oleh Kokusui Taish ūtō Partai Massa Rakyat Patriotik dan rapat
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
umum yang diselenggarakan oleh salah satu kelompok yakuza yang cukup besar, yaitu Matsuba-kai.
Kemunculan kaum kanan dan yakuza dalam masalah ini menunjukkan bahwa mereka mendukung pemerintahan K ishi Nobusuke dan tidak ingin kaum
kiri mengganggu proses ratifikasi. Pada 19 Mei 1960, walaupun sedang terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh kelompok Anpo, politikus-
politikus Jiyūminshutō di parlemen tetap memaksa agar perjanjian keamanan
diratifikasi dan melarang orang-orang dari Partai Sosialis memasuki ruang parlemen. Perdana menteri K ishi Nobusuke yang memiliki ambisi terhadap
ratifikasi perjanjian keamanan ini akhirnya menyetujui dilakukannya ratifikasi. Setelah itu akan dilakukan penandatanganan perjanjian keamanan yang baru
bersamaan dengan kunjungan presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower. Disetujuinya ratifikasi membuat demonstrasi semakin meningkat dan pemerintah
kemudian menanggapi serius gerakan Anpo. Namun pemerintah bukan mempertimbangkan kembali ratifikasi perjanjian keamanan, melainkan mencari
cara untuk membungkam demonstran dan mengatasinya. Menjelang kedatangan presiden Eisenhower, demonstrasi semakin
memanas dan kekacauan semakin parah. Pemerintah dan Jiyūminshutō merasa
kewalahan dan tidak mampu menahan para demonstran. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk meminta bantuan yakuza. K ishi Nobusuke turun
tangan dengan meminta bantuan dari sekutu terdekatnya, Kodama Yoshio. Kodama menyatakan dukungannya dan meyakinkan politikus bahwa permintaan
mereka dapat dikabulkan. Ia kemudian menghubungi rekannya para pemimpin- pemimpin kelompok yakuza, serta beberapa kelompok sayap kanan radikal untuk
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
menjamin keamanan presiden Eisenhower. Kekuatan yang berhasil dikumpulkan Kodama berjumlah sekitar 28.000 orang yakuza, 10.000 veteran perang, dan
ribuan orang-orang dari kelompok sayap kanan. Untuk mendukung operasional ini, pemerintah menyediakan helikopter, truk, mobil, makanan, pos komando, dan
dana sebesar 800 juta yen. Namun pembentukan kekuatan baru pemerintah itu tidak membuat para
demonstran takut. Mereka terus berdemonstrasi menentang ratifikasi perjanjian keamanan. Akhirnya pada 15 Juni 1960 demonstrasi mencapai puncaknya. Para
demonstran di luar gedung parlemen terlibat bentrokan dengan para yakuza dan kaum kanan yang direkrut pemerintah sehingga menyebabkan sejumlah
demonstran terluka dan menewaskan seorang mahasiswi. Karena takut jumlah korban semakin banyak, akhirnya pemerintah membatalkan undangan kedatangan
presiden Eisenhower. Tiga hari kemudian, 300.000 demonstran kembali berunjuk rasa di jalan-jalan Tokyo menuntut agar ratifikasi dibatalkan serta agar K ishi
Nobusuke turun dari jabatannya. Ratifikasi perjanjian resmi dilakukan pada 18 Juni 1960 dan perjanjian tersebut mendapat stempel kaisar. Sebagai akibatnya,
Kishi Nobusuke mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri dan demonstrasi perlahan-lahan berkurang.
Ratifikasi pakta keamanan Amerika Serikat dengan Jepang memang terkesan terlalu dipaksakan. Pemerintah membuat keputusan yang tidak sesuai
dengan aspirasi masyarakat. Pemerintah hanya memikirkan ambisi para politikus berkuasa yang ingin menjaga hubungan dengan Amerika. Penggunaan yakuza dan
kaum sayap kanan sebagai pasukan pembubar unjuk rasa menjadi bukti adanya koalisi antara pemerintah, yakuza, dan sayap kanan pada masa pemerintahan K ishi
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Nobusuke. Dengan adanya demonstrasi besar-besaran, yakuza dan kaum kanan merasa diuntungkan karena hal itu memberikan alasan bagi mereka untuk
menyingkirkan orang-orang sayap kiri yang cenderung berhaluan komunis. Kejadian itu juga membuktikan bahwa kelompok yakuza merupakan tameng bagi
pemerintah untuk menghadapi akibat dari keputusan-keputusan bertentangan yang mereka buat. Apabila terjadi kekacauan, maka yakuza akan menjadi salah satu
andalan pemerintah berkuasa untuk menyelesaikannya. Hubungan pemerintah dengan yakuza tidak hanya sekedar pengaruh dalam
pembuatan kebijakan-kebijakan politik, tetapi juga berupa korupsi di pemerintahan dan beberapa kasus suap dengan perusahaan besar. Kasus paling
menarik perhatian di Jepang bahkan di dunia adalah kasus suap yang melibatkan politikus Jepang, yakuza, dan perusahaan penerbangan asal Amerika, Lockheed
Corporation. Beberapa pejabat pemerintah uang terbukti menerima suap yaitu perdana menteri Tanaka Kakuei, sekretaris jenderal
Jiyūminshutō, serta menteri dan wakil menteri perindustrian dan transportasi. Tentu saja aktor dibalik kasus
ini adalah godfather dari semua godfather yakuza, Kodama Yoshio. Lockheed Corporation telah memiliki hubungan kerjasama dengan
Kodama sejak tahun 1957. Pada saat itu perusahaan Lockheed ingin menjual pesawat tempur F-104 Starfighter yang mereka produksi kepada Jepang. Karena
khawatir penjualan F-104 Starfighter tidak berhasil, pimpinan Lockheed di Jepang, John Kenneth Hull mencari tahu politikus yang bisa membantu Lockheed
mengajukan proposalnya kepada pemerintah. Hull kemudian bertemu dengan Kodama yang sebenarnya bukan seorang politikus, tetapi Kodama mampu
meyakinkan Lockheed Corporation untuk menggunakan jasanya. Kemudian
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Kodama langsung melaksanakan tugasnya dengan baik untuk klien barunya. Dengan menggunakan koneksi politiknya, ia berhasil melobi
Bōei-chō Badan Pertahanan Jepang untuk memilih F-104 Starfighter. Koneksi utama Kodama
dalam pemerintahan berpusat pada tiga politikus yang memiliki hubungan paling erat dengan yakuza, yaitu O no Banboku, Kono Ichiro, dan perdana menteri K ishi
Nobusuke. Sejak saat itu, Lockheed Corporation selalu menggunakan Kodama untuk melakukan lobi dengan pemerintah.
Pada tahun 1968, Lockheed memberikan tugas kepada Kodama untuk menjual pesawat Tri Star L1011 yang merupakan pesawat penumpang berbadan
lebar buatan terbaru. Lockheed Corporation menjanjikan bayaran ratusan ribu dolar untuk setiap pesawat yang terjual. Kodama mulai beraksi sebagai makelar
kekuasaan di Jepang. Karena pada saat itu tidak lagi memiliki hubungan dekat dengan para pemimpin penting di
Jiyūminshutō, Kodama mulai bergantung pada uang untuk mewujudkan rencananya. Masalah utama bagi Kodama adalah
bagaimana cara mendekati Tanaka Kakuei yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Industri dan Perdagangan Internasional dan sekaligus kandidat perdana
menteri terkuat. Kemudian ia mendekati salah satu orang terkaya di Jepang pada saat itu, Osano Kenji. Osano adalah teman dekat dan pendukung terbesar Tanaka
Kakuei. Ia juga pemegang saham publik terbesar dalam Japan Air Lines dan All Nippon Airways. Osano juga memiliki reputasi sebagai penyumbang paling royal
kepada kandidat-kandidat
politikus, baik
dari Jiy
ūminshutō maupun Shakaiminsh
utō Partai Sosial Demokrat. Sebagai langkah pertama, Kodama menyarankan kepada Osano untuk
menaikkan posisinya sebagai pemegang saham All N ippon Airways dari
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
peringkat ke-28 menjadi ke-10. Posisi tersebut akan memudahkan Osano untuk mendapatkan informasi internal perusahaan. Untuk langkah ini, Lockheed harus
mengeluarkan uang lebih dari 200.000 dolar sebagai pembayaran atau suap kepada Osano. Pada saat itu tantangan terbesar Kodama adalah presiden All
Nippon Airways, Oba Tetsuo yang lebih memilih pesawat buatan McDonnell Douglas daripada buatan Lockheed Corporation. Tujuan utama kerjasama
Kodama dengan Osano adalah untuk menyingkirkan Oba Tetsuo. Pada saat rapat umum pemegang saham All N ippon Airways, Kodama menyuruh orang-orangnya
membocorkan informasi rahasia tentang pinjaman palsu senilai satu juta dolar yang ada kaitannya dengan Oba Tetsuo. Peristiwa itu menjatuhkan posisi Oba dan
ia akhirnya mengundurkan diri. Kemudian Kodama mendudukkan kandidat yang mampu ia kuasai sebagai presiden All N ippon Airways, yaitu seorang mantan
wakil menteri transportasi. Pada Juli 1972, Tanaka Kakuei terpilih sebagai perdana menteri Jepang.
Pada suatu pertemuan tingkat tinggi dengan presiden N ixon di sebuah hotel milik Osano di Hawaii, Tanaka berjanji bahwa Jepang akan membeli pesawat sipil
senilai 320 juta dolar demi membantu mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat. Ketika kembali ke Jepang, perdana menteri Tanaka memanggil presiden
All N ippon Airways dan tidak lama setelah itu beredar laporan bahwa perusahaan penerbangan Jepang tersebut akan membeli pesawat Tri Star buatan Lockheed
Corporation. Keberhasilan Kodama melobi pejabat pemerintahan Jepang dalam proses
pembelian pesawat Tri Star memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Kodama. Bahkan sebelum kesepakatan dengan All N ippon Airways terjadi,
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Kodama telah mendapatkan bayaran sekitar 2,2 juta dolar. Selain itu, Lockheed Corporation juga membagi-bagikan uang jutaan dolar kepada pihak-pihak yang
membantu proses terjadinya kesepakatan. Uang tersebut mengalir melalui Kodama yang kemudian menyalurkannya. Kenyataannya, pihak Lockheed tidak
mengetahui digunakan untuk apa saja uang suap yang mereka berikan kepada Kodama. Bukti-bukti menunjukkan bahwa sebagian besar uang dari Lockheed
tidak hanya digunakan untuk suap, tetapi juga untuk dana pemilihan umum. Dana itu digunakan untuk membiayai para kandidat
Jiyūminshutō dalam kampanye pemilihan majelis tinggi pada tahun 1974.
Kasus suap Lockheed Corporation mendapat perhatian luas pada tahun 1980. Sejumlah media massa di Jepang beramai-ramai memberitakan kasus yang
melibatkan perdana menteri Jepang serta beberapa politikus ternama. Sejumlah demonstran yang marah juga berusaha menyerang kediaman Kodama. Mereka
sangat marah atas skandal yang melibatkan pemerintah dengan yakuza. Sejak saat itu popularitas Kodama mulai menghilang. Sekutu-sekutunya di pemerintahan
semakin berkurang karena dipenjara dalam kasus suap Lockheed Corporation. Bahkan kelompok-kelompok sayap kanan yang dulu sangat menghorma ti Kodama
tidak lagi simpatik kepadanya. Meskipun beberapa kali diadakan sidang pengadilan dalam kasus yang melibatkan Kodama, ia tidak pernah menghadirinya
bahkan sampai pada kematiannya pada 7 Januari 1984, Kodama tidak pernah dipenjara akibat kasus tersebut.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
3.3 Pengaruh Terhadap Pemerintahan Daerah