ini dilakukan dengan cara formal. Ritual ini dilakukan di ruangan yang beralaskan tatami tikar Jepang dengan para partisipasi ritual yang menggunakan pakaian
haori hakama pakaian luar untuk mempermewah kimono dan terdapat nak ōdo
perantara untuk membantu pelaksanaan dan sebagai saksi upacara. Ritual dilaksanakan di depan altar dan suatu persembahan dilakukan
pertama kali untuk ditujukan kepada dewa Shinto yang diletakkan di atas altar sebelum ritual sakazuki dilakukan. Individu yang akan bergabung dan membentuk
suatu jalinan dengan kelompok duduk di tatami dengan na kōdo di dekatnya. Pada
saat pertukaran mangkuk sake, jumlah sake yang dituangkan ke dalam mangkuk berbeda-beda sesuai dengan status dan hubungan yang akan dibuat. J ika yang
dihubungkan merupakan antarsaudara maka volume sake yang dituangkan sama banyaknya. Mangkuk sake diisi penuh oleh nakodo dan memberikannya ke
masing- masing pihak yang akan dihubungkan. Apabila yang akan dihubungkan adalah saudara tua dan saudara muda, maka mangkuk sake untuk saudara tua diisi
sebanyak enam persepuluh dan mangkuk sake untuk saudara muda diisi sebanyak empat persepuluh. Sedangkan apabila yang dihubungkan merupakan hubungan
oyabun-kobun, maka mangkuk sake yang dibutuhkan hanya satu. Manguk sake tersebut diisi penuh oleh
nakōdo, lalu diminum setengahnya oleh oyabun, dan sisanya diberikan kepada kobun yang akan dihubungkan.
2.1.6 Obyek Bisnis Yakuza
Kelompok yakuza tradisional yaitu bakuto dan tekiya pada dasarnya memiliki bidang yang berbeda dalam pekerjaannya. Bakuto sebagai kelompok
penjudi pastilah bergerak di bidang perjudian, sedangkan tekiya bergerak di
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
bidang usaha perdagangan. Bakuto melakukan pekerjaan dengan cara yang tertutup, sedangkan tekiya secara terbuka membuka dan menguasai kios-kios
dagangan di sekitar tempat diadakannya matsuri pesta rakyat. Berawal dari kedua pekerjaan tersebut, bisnis yakuza kemudian meluas dan mencakup segala
aspek bisnis ilegal. Bisnis ilegal yang umumnya dijalankan dan dikuasai oleh yakuza yaitu
penyelundupan narkoba, perjudian, penjualan senjata api, penjualan wanita atau prostitusi, bisnis klub-klub malam, real estate, dunia hiburan, dunia olahraga dan
lain- lain. Yamaguchi-gumi, salah satu kelompok yakuza terbesar menguasai bisnis ilegal yakuza di bagian barat Jepang. Berbagai geng yang berafiliasi dengannya
mengendalikan buruh harian di pelabuhan dan perusahaan konstruksi; memonopoli ratusan pengelola kios kaki lima; memeras uang dari bar lokal dan
perusahaan nasional; serta mengelola berbagai bentuk perjudian, mulai dari judi tebak angka di pojok jalan hingga permainan kartu tingkat tinggi dengan taruhan
mencapai jutaan dolar dalam semalam. Mereka mengontrol partai-partai politik dan bekerja sebagai asisten kampanye bagi para kandidat golongan sayap kanan.
Pada awal tahun 1970, Yamaguchi-gumi telah mengembangkan bisnisnya ke bidang tinju professional, sumo, dan gulat gaya barat yang kemudian diikuti oleh
kelompok-kelompok yakuza lainnya. Dalam bisnis hiburan, yakuza menguasai sekitar 100 perusahaan produksi.
Selain itu, puluhan agensi pencari bakat dan penyalur tenaga kerja berada di bawah pengaruh yakuza. Banyak artis yang tidak bisa tampil di panggung kalau
tidak disponsori yakuza. Rumah-rumah produksi yang sangat haus akan film- film gangster juga berada di bawah pengaruh yakuza. Keberadaan rumah-rumah
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
produksi yang dimiliki oleh yakuza pada dasarnya hanyalah sebuah kedok untuk menguasai bisnis hiburang di Jepang.
Meskipun perjudian dilarang oleh pemerintah, namun rumah judi dan kios- kios tekiya tetap menjadi bisnis standar yakuza. Judi dengan taruhan tinggi
memberikan pemasukan besar bagi yakuza. Untuk melancarkan bisnis perjudian, yakuza membuat taktik yaitu dengan melakukan perjudian dibalik perjudian yang
dilegalkan pemerintah, seperti pacuan kuda, lotre, dan lain- lain. Karena perjudian legal semacam ini dimonopoli oleh pemerintah, maka pihak luar atau yakuza yang
ingin berjudi dalam bentuk ini harus membayar pajak kepada pemerintah. Akan tetapi yakuza termasuk kelompok yang menyelenggarakan perjudian jenis ini
tanpa membayar pajak. Sehingga perjudian itu kemudian dianggap ilegal dan dilarang oleh pemerintah. Pelarangan tersebut tidak membuat yakuza
mengurungkan niat mereka dalam menginvestasikan perjudian atau menurut untuk membayar pajak kepada pemerintah. Sebaliknya, mereka justru mencari
cara agar tetap dapat berjudi tanpa harus membayar pajak. Bisnis narkotika juga dianggap sebagai lumbung penghasil uang bagi
yakuza. Amfetamin adalah salah satu jenis narkotika yang paling dicari pasca perang dunia kedua. Amfetamin digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat,
dan bagi tentara berguna untuk meningkatkan stamina tubuh agar tetap kuat. Karena penggunaan dan kebutuhan masyarakat terhadap amfetamin pada masa
pasca perang dunia kedua semakin meningkat, pemerintah kemudian menetapkan amfetamin sebagai obat terlarang untuk dijual secara umum. Akibatnya,
masyarakat yang telah terlanjur menjadi pecandu terpaksa beralih ke narkotika jenis lain seperti heroin dan metafetamin. Celah ini kemudian dimanfaatkan oleh
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
yakuza untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Namun tidak semua kelompok yakuza yang melakukan bisnis narkotika. Pemimpin kelompok
Yamaguchi-gumi yang sangat sadar akan bahaya penggunaan narkotika mengeluarkan aturan pelarangan menjual da n memakai amfetamin dan obat-
obatan jenis lain bagi anggotanya, meskipun aturan tersebut tidak sepenuhnya dipatuhi.
2.2 Politik Jepang Setelah Perang Dunia Kedua
2.2.1 Politik Jepang Pada Masa Pendudukan Sekutu
Dalam waktu dua minggu setelah Jepang menyerah kalah, pasukan- pasukan sekutu yang dipimpin Amerika Serikat mulai mendarat di Jepang. Pada
tanggal 2 Oktober 1945 dibentuk SCAP Supreme Commander for the Allied Powers atau markas besar negara- negara sekutu di bawah pimpinan Jenderal
Douglas Mac Arthur. Tugas utama SCAP adalah mengatur dan melaksanakan reformasi dan kebijakan pemerintahan di seluruh wilayah Jepang yang meliputi
penghapusan unsur-unsur feodal dan militer dari masyarakat Jepang, serta peningkatan kebebasan modern dan perdamaian. Angkatan bersenjata Jepang
dilucuti dan dibubarkan, penjahat-penjahat perang ditangkap, diadili dan dihukum oleh mahkamah militer sekutu. Tokoh-tokoh politik yang pernah berkuasa, kaum
militeris dan ultranasionalis, dan panglima perang untuk sementara waktu
disingkirkan dari pemerintahan.
Tokoh-tokoh yang dipenjara karena kejahatan politik selama perang dibebaskan dan undang-undang yang membatasi kebebasan pendapat, berkumpul,
dan berserikat juga dicabut. Hak bagi kaum wanita untuk bersuara dan menduduki
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD