BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP
YAKUZA DAN POLITIK JEPANG SETELAH PERANG DUNIA KEDUA
2.1 Yakuza
2.1.1 Awal Munculnya Yakuza
Yakuza pertama sekali muncul pada zaman Edo atau zaman Tokugawa 1603-1868. Zaman Edo ditandai dengan terjadinya perang besar di Jepang yang
melibatkan keluarga Toyotomi dengan keluarga Tokugawa, yaitu perang Sekigahara. Perang tersebut berawal dari perselisihan daimyo penguasa wilayah
pada zaman feodal dari kedua keluarga tersebut untuk memperebutkan kekuasaan dan kedudukan shogun sebagai pengganti Toyotomi Hideyoshi yang meninggal
pada tahun 1598. Menurut tradisi, yang berhak mewarisi kedudukan shogun adalah putra dari Toyotomi Hideyoshi, yaitu Toyotomi Hideyori. Namun
kekuatan Tokugawa Ieyasu semakin hari semakin kuat dan hal tersebut membuat khawatir keluarga daimyo Ishida Mitsunari 1560-1600 yang merupakan
pendukung Hideyori Ieyasu. Karena kekhawatiran tersebut, Ishid a Mitsunari kemudian mengumpulkan pengikutnya untuk menjatuhkan Tokugawa Ieyasu.
Tetapi Tokugawa Ieyasu tidak membiarkan begitu saja, sehingga perselisihan diantara daimyo-daimyo pendukung keluarga tersebut semakin memanas dan
akhirnya terjadilah perang Sekigahara. Perang Sekigahara berhasil dimenangkan oleh Tokugawa Ieyasu. Ia
kemudian diangkat menjadi shogun dan mendirikan pemerintahan bakufu di Edo
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Tokyo pada tahun 1603. Meskipun perang sudah berakhir, namun Jepang belum stabil. Perdamaian mengakibatkan sekitar 500.000 samurai kehilangan tuan dan
menganggur, padahal keahlian utama mereka adalah dibidang ketentaraan dan bela diri. Samurai yang tidak memiliki tuan ini disebut ronin. Kemudian sebagian
besar samurai tersebut bergabung dengan kelas pedagang yang sedang berkembang. Sebagian lagi menemukan pekerjaan dalam birokrasi sipil atau
sebagai cendikiawan dan filsuf. Namun tidak semuanya bisa berhasil. Para ronin yang pengangguran ini terpaksa memilih jalan lain untuk meneruskan hidupnya
yaitu sebagai perampok, pengganggu, suka membuat perkelahian di jalan, dan menebar teror. Para ronin pengangguran tersebut membentuk beberapa kelompok
dalam melakukan aksinya dan menamakan dirinya kabuki-mono. Masyarakat menganggap kelompok ini sebagai orang-orang aneh karena perilaku mereka yang
menyimpang dan penampilan yang eksentrik. Kemanapun mereka pergi, kabuki- mono selalu berpakaian aneh dan potongan rambut yang tidak lazim pada zaman
itu, serta selalu membawa pedang panjang untuk menakuti lawan mereka. Kabuki-mono juga dikenal masyarakat sebagai hatamoto-yakko, yaitu
ronin pembantu shogun yang menerapkan loyalitas yang tinggi pada tuannya dan bersumpah untuk saling melindungi sesama kelompoknya dalam situasi apapun,
bahkan bila harus melawan orangtua sendiri. Meskipun pada masa itu kabuki-mono atau hatamoto-yakko merupakan
samurai pengganggu, namun yakuza tidak mengidentifikasikan mereka sebagai kelompok tersebut. Yakuza lebih mengidentifikasikan mereka sebagai machi-
yakko atau pelayan kota. Machi-yakko merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari orang-orang dengan profesi berbeda seperti juru tulis, pemilik
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
toko, pemilik penginapan, seniman, buruh, serta samurai pengembara. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk melindungi kota dari gangguan para kabuki-
mono yang semakin lama semakin meresahkan masyarakat. Karena tujuannya adalah untuk melindungi kota, masyarakat menerima dan menganggap kelompok
ini sebagai pahlawan. Seiring waktu berlalu, kabuki-mono berhasil dikalahkan. Namun hal ini
kemudian menyebabkan machi-yakko tidak lagi memiliki pekerjaan sebagai pahlawan kota. Justru para machi-yakko ini yang kemudian membuat resah
masyarakat dengan kegiatan sehari- hari mereka yaitu berjudi. Sebagian lagi memilih untuk menjadi pedagang keliling. Namun bukan seperti pedagang pada
umumnya, pedagang ini sering menipu masyarakat bahkan sesama kelompok pedagang. Kedua kelompok ini yaitu bakuto penjudi dan tekiya pedang
keliling kemudian dikenal sebagai kelompok yakuza tradisional. Istilah ‘yakuza’ berasal dari sebuah permainan kartu hanafuda kartu
bunga yang dimainkan oleh kelompok bakuto penjudi. Dalam permainan kartu ini, para pemain dibagi tiga buah kartu. Jumlah angka yang mereka pegang
berasal dari angka terakhir dari jumlah angka keseluruhan dala m kartu yang mereka miliki. Apabila dalam permainan seorang pemain mendapatkan total
angka dari kombinasi kartu yang dimiliki berjumlah 20, maka pemain tersebut dianggap kalah. Angka terakhir merupakan angka penentu, dan angka 0
merupakan angka yang paling buruk. Kombinasi tiga angka terburuk yang menghasilkan nilai 20 adalah angka 8, 9, dan 3. Ketiga angka tersebut dalam
bahasa jepang dibaca ya-ku-sa. Dari situlah asal mula nama yakuza. Pada awalnya istilah ini digunakan oleh kelompok bakuto untuk menjuluki orang yang kalah
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
bermain kartu dan tidak berguna dalam kelompoknya. Semakin lama istilah ini semakin meluas dan kemudian digunakan juga oleh kelompok tekiya.
2.1.2 Kelompok-Kelompok Yakuza