70 kecenderungan puspa untuk lebih banyak hadir ditanah tanah Andisol Tabel 9,
sedang tanah Andisol adalah tanah yang mempunyai kerapatan lindak yang rendah.
5. Perbedaan Kondisi Tempat Tumbuh Berdasarkan Kehadiran Spesies Kajian.
Untuk masing masing spesies kajian, plot-plot contoh dalam studi ini dipilah menjadi dua kelompok, yaitu plot contoh yang mengandung spesies kajian, dan plot
contoh yang tidak mengandung spesies kajian. Selanjutnya diadakan pengujian apakah kedua kelompok tersebut berbeda dalam hal peubah tempat tumbuh tertentu.
Sebagai misal, untuk jenis saninten, diadakan pengujian apakah kadar P horizon A kelompok plot contoh yang mengandung saninten, berbeda dibanding kelompok plot
contoh yang tidak mengandung saninten. Hasil uji terhadap masing masing dari 18 peubah tempat tumbuh untuk tiap spesies kajian uji beda nilai tengah, disajikan
pada Tabel 13. Tabel 13 mengindikasikan bahwa dibanding spesies lainnya, saninten dan
tungurut kurang selektif dalam memilih tempat tumbuhnya, dan ini ditunjukkan oleh tidak adanya perbedaan nyata antara lokasi yang ditumbuhi dan yang tidak ditumbuhi
jenis tersebut. Puspa memiliki kecenderungan yang berbeda dibanding saninten dalam hal
elevasi, dimana puspa cenderung berada pada elevasi yang besar Tabel 13. Fenomena ini sesuai dengan kategorisasi selama ini yang memasukkan saninten
sebagai vegetasi submontana dan puspa sebagai vegetasi montana danatau submontana Sunarno Rugayah, 1992.
Puspa juga cenderung hadir di lokasi yang memiliki kadar K horizon A relatif rendah Tabel 13. Fenomena ini sulit diinterpretasikan karena kadar hara di dalam
tanah hutan hujan tropika sering tidak mencerminkan kondisi biomassa tumbuhan, dan yang sering terjadi adalah tanah yang miskin mendukung hutan dengan biomassa
yang besar, terutama pada tanah tanah yang tua Jacobs, 1981. Korelasi yang erat antara kandungan hara dengan ukuran biomassa hutan hujan tropika, hanya
ditemukan ditanah tanah muda, misalnya deposit volkanik muda Jacobs, 1981. Tanah di lokasi studi ini bisa dikategorikan sebagai tanah muda. Karena itu, ada
71 kemungkinan puspa memang lebih menyukai tanah dengan kadar K horizon A yang
rendah, karena kebutuhan puspa yang rendah akan K. Hal ini kemungkinan merupakan feno mena untuk menghindari luxury consumption, yaitu penyerapan unsur
hara dalam jumlah melebihi kebutuhan, tanpa menimbulkan pertambahan pertumbuhan Tisdale et. al., 1990, dan unsur K adalah salah satu unsur yang kadang
kadang diserap berlebih kalau memang tersedia melimpah di tanah. Di lokasi studi ini, kadar K horizon A berkisar dari sangat rendah sampai sangat tinggi Tabel 1
sehingga diduga ada adaptasi puspa untuk menghindari luxury consumption luxury consumption
ini merupakan fenomena ketidak efisienan, sedang tumbuhan di hutan hujan primer terkenal efisien dalam menggunakan hara Jacobs, 1991.
6. Pengelompokkan Plot Plot Contoh Berdasarkan Kehadiran Spesies Kajian
dan Peubah Peubah Tempat Tumbuh Analisis Diskriminan.
Penelitian ini mengelompokkan plot plot contoh menjadi dua, yaitu plot contoh yang dihadiri spesies kajian tertentu, dan plot contoh yang tidak dihadiri oleh spesies
kajian tertentu. Selain itu, studi ini juga mengelompokkan plot plot contoh menjadi dua, berdasarkan jenis tanahnya, yaitu Andisol dan Inceptisol. Selanjutnya, analisis
diskriminan menggunakan MINITAB 13 dengan menggunakan prosedur fungsi diskriminan linier dan cross validation, dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai sejauh mana peubah peubah tempat tumbuh yang ada, berperan dalam pengelompokan unit unit contoh tersebut. Gambaran ini diperoleh dari proporsi
jumlah unit contoh yang dikelompokkan secara benar sesuai dengan pengelompokan yang sudah diketahui sebelumnya oleh
72 Tabel 13. Peubah tempat tumbuh yang menunjukkan perbedaan nyata
α = 0.05
antara plot yang dihadiri dan yang tidak dihadiri oleh spesies kajian tertentu.
1
Nilai rata rata peubah Spesies
kajian Peubah tempat tumbuh
Plot yang dihadiri
spesies kajian
Plot yang tidak dihadiri
spesies kajian Arah
perbeda an
+ - Saninten
Castanop sis
argentea tn
2
tn n = 31
tn n = 14
tn
X
2
=Jumlah batang semua spesies per plot
54 n = 36
37 n = 9
+
3
X
3
=Elevasi m dpl 1314
999 +
X
9
=Kadar C organik horizon A 4.8
3.3 +
X
12
=Kadar K horizon A me100 g 0.20
0.45 -
X
24
=Kerapatan lindak horizon A gcm3
0.63 0.75
- Puspa
Schima wallichii
X
27
=pH NaF horizon B 11.9
11.4 +
X
1
=Luas bidang dasar semua spesies per plot m2
4.27 n = 24
2.98 n = 21
+ X
3
=Elevasi m dpl 1168
1345 -
X
9
=Kadar C organic horizon A 3.98
5.09 -
Rasamala Altingia
excelsa
X
21
=Kapasitas Tukar Kation horizon B me100 g
21.43 17.58
+ Tungurut
Castanop sis
tungurut tn
tn n = 11
tn n = 34
tn
X
2
=Jumlah batang semua spesies per Plot
60 n = 17
45 n = 28
+ X
3
=Elevasi m dpl 1435
1139 +
Riung anak
Castanop sis
javanica
X
23
=Kadar liat horizon B 14.00
22.89 -
X
7
=Kandungan batu 20
n = 10 7
n = 35 +
Pulus Laportea
stimulans X
9
=Kadar C organik horizon A 3.47
4.79 -
1 Analisa dengan SPSS 10,prosedur Independent sample t test, dengan didahului uji kesamaan ragam, prosedur Levene’s test
2 tn = tidak nyata = tidak ada peubah yang menunjukkan perbedaan nyata 3 + = plot yang mengandung spesies kajian, memiliki nilai rata rata peubah lebih tinggi
- = plot yang mengandung spesies kajian , memiliki nilai rata rata peubah lebih rendah n = banyaknya plot contoh ulangan
73 prosedur analisis diskriminan, berdasarkan peubah peubah tempat tumbuh yang ada
proportion correct. Peubah peubah tempat tumbuh yang digunakan adalah X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, X
6
, X
7
, X
8
, X
9
, X
11
, X
13
, X
14
, X
17
, X
19
, X
20
, X
21
, X
23
, X
24
, dan X
27
, dengan arti notasi yang sama seperti pada Tabel 1. Bila diantara sesama 18 peubah peubah
tempat tumbuh tersebut di pasang pasangkan satu sama lain, tidak ada pasangan peubah yang memiliki korelasi 0.7. Hasil analisis diskriminan disajikan pada Tabel
14.
Tabel 14. Analisis Diskriminan terhadap pengelompokkan plot plot contoh berdasarkan kehadiran spesies kajian 2 kelompok
1
dan jenis tanah 2 kelompok
2
dengan prediktor 18 peubah tempat tumbuh
3
. Dasar Pengelompokkan plot contoh
Proporsi plot contoh yang dikelompokkan secara benar dengan
menggunakan peubah tempat tumbuh yang tersedia dan prosedur analisis
diskriminan proportion correct
Kehadiran saninten 0.556
Kehadiran puspa 0.756
Kehadiran rasamala 0.644
Kehadiran riung anak 0.733
Kehadiran tungurut 0.467
Kehadiran pulus 0.689
Jenis tanah 0.844
1
hadir atau tidak hadir
2
Andisol atau Inceptisol
3
Menggunakan MINITAB 13, fungsi diskriminan linier dan cross validation Tabel 14 menunjukkan bahwa kehadiran saninten dan tungurut termasuk 2
terendah dalam hal proportion correct. Ini berarti bahwa peubah peubah tempat tumbuh yang dipakai 18 peubah kurang tepat untuk dijadikan dasar
pengelompokkan plot contoh berdasarkan kehadiran 2 spesies tersebut. Hasil analisis diskriminan ini sejalan dengan hasil uji beda tempat tumbuh yang disajikan pada
Tabel 13 dimana ditunjukkan bahwa peubah peubah tempat tumbuh yang ada, tidak berbeda nyata antara plot yang dihadiri saninten tungurut dan plot yang tidak
74 dihadiri oleh jenis tersebut. Antara Tabel 13 dan 14 nampak ada hubungan, dimana
makin tinggi nilai proportion correct, jumlah peubah yang berbeda nyata di Tabel 13, juga makin banyak. Untuk spesies puspa misalnya, yang nilai proportion correct nya
terbesar untuk kehadiran species kajian, ternyata jumlah peubahnya yang berbeda nyata di Tabel 13, juga paling banyak.
Pengelompokkan plot contoh berdasarkan jenis tanah Andisol atau Inceptisol mempunyai nilai proportion correct terbesar pada Tabel 14, karena dari 18 peubah
tempat tumbuh yang dipakai, 14 diantaranya adalah peubah tanah.
6. Pengelompokkan Plot plot Contoh Berdasarkan Peubah Tempat Tumbuh