60 Tabel 11. Jenis tanah dalam plot contoh dan kehadiran riung anak Castanopsis
javanica .
Jenis tanah Jumlah plot dimana
ditemukan riung anak Jumlah plot dimana tidak
ditemukan riung anak Alic Hapludand
+ Typic Hapludand +
Vitric Hapludand + Eutric Hydrudand
16 18
Inceptisol + Typic Hydrudand
1 10
Nilai Chi Square = 5.097; P value = 0.024
3. Hubungan antara Sesama Peubah Tempat TumbuhTanah
Hubungan korelasi antara peubah peubah tempat tumbuh yang tercantum dalam Tabel 1, disajikan secara lengkap dalam Lampiran 9, yaitu berupa matrik korelasi
antara peubah peubah tersebut. Dari 27 peubah yang dikemukakan dalam Tabel 1, beberapa pasang diantaranya mempunyai keeratan hubungan koefisien korelasi
yang tinggi 0.7. Pasangan pasangan peubah tersebut dikemukakan pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa tebal horizon O berkorelasi secara positif dengan pH
horizon A. Horizon O yang merupakan lapisan yang didominasi bahan organik, bisa berperan dalam menyimpanmeredam aliran air hujan yang akan masuk ke horizon A
dibawahnya, sehingga horizon A lebih terlindung dari proses pencucian leaching. Dalam hal ini, makin tebal horizon O, maka horizon A makin terlindung dari
pencucian, dan karena itu pH nya relatif tinggi. Lokasi penelitian ini merupakan wilayah yang curah hujannya tertinggi di Pulau Jawa Sunarno Rugayah, 1992 dan
proses pencucian akan cenderung menurunkan pH tanah Chen Chiu, 2000. Korelasi yang erat antara kadar C organik dan N total menunjukkan bahwa
nisbah CN cenderung relatif konstan di dalam tanah, dan sumber utama N di dalam Tanah adalah bahan organik yang kadarnya di dalam tanah direfleksikan oleh kadar C
organik, seperti yang dikemukakan oleh Brady 1974. Beberapa sifat kimia tanah kadar K dan pH NaF di tanah lapisan atas horizon
A dan yang ditanah lapisan bawah horizon B berkorelasi erat. Keadaan ini bisa merupakan fenomena tanah di hutan yang sudah stabil dan klimaks dimana sifat
61 kimia seluruh profil tanah bisa direfleksikan direpresentasikan oleh lapisan tanah
atas saja, karena lapisan tanah atas ini secara konstan menerima jatuhan serasah dan hara yang dipompa oleh akar pohon dari lapisan tanah bawah Wilde et. al., 1979.
Tabel 12. Pasangan pasangan peubah tanah yang mempunyai koefisien korelasi 0.7 No
Kode dan nama pasangan peubah Koefisien
korelasi 1
X
5
Tebal horizon O X
8
pH horizon A 0.702
2 X
9
Kadar C organik horizon A X
10
Kadar N total horizon A 0.859
3 X
12
Kadar K horizon A X
20
Kadar K horizon B 0.940
4 X
14
Kadar pasir horizon A X
22
Kadar pasir horizon B 0.751
5 X
14
Kadar pasir horizon A X
15
Kadar liat horizon A - 0.728
6 X
16
pH H2O Horizon B X
27
pH NaF horizon B 0.744
7 X
17
Kadar C organik horizon B X
18
Kadar N total horizon B
0.839 8
X
22
Kadar pasir horizon B X
23
Kadar liat horizon B - 0.712
9 X
24
Kerapatan lindak horizon A X
25
Kerapatan lindak horizon B
0.829 10
X
26
pH NaF horizon A X
27
pH NaF horizon B 0.722
Dari tiap pasangan pasangan peubah yang berkorelasi erat di Tabel 12, hanya satu yang dipakai dalam analisis regresi antara penampilan spesies kajian dan peubah
tempat tumbuhtanah untuk menghindari kolinearitas dalam analisis regresi. Karena itu, dari 27 peubah yang dicantumkan dalam Tabel 1, hanya 18 yang digunakan
dalam regresi, yaitu X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, X
6
, X
7
, X
8
, X
9
, X
11
, X
13
, X
14
, X
17
, X
19
, X
20
, X
21
, X
23
, X
24
, dan X
27
. Dalam ilmu tanah, secara teoritis, beberapa pasangan peubah tertentu dikenal
mempunyai korelasi erat, misalnya antara kadar C organik dan Kapasitas Tukar Kation tanah Rowell, 1994. Dalam studi ini, kadar C organik di horizon A
berkolerasi sangat nyata dan erat dengan Kapasitas Tukar kation KTK di horizon A r = 0.637 Lampiran 9. Dilain pihak, untuk horizon B, kadar C organik dan KTK
berkolerasi secara tidak nyata dan relatif lemah r = - 0.217 Lampiran 9. Diduga hal ini ada hubungannya dengan struktur mineral tanah tanah Andisol tanah di lokasi
studi didominasi oleh Andisol yang amorf atau tak mempunyai struktur yang beraturan Wambeke, 1992. Struktur mineral yang tak beraturan ini diduga
menyebabkan struktur tapak jerapan adsorbtion sites yang juga tak beraturan
62 sehingga ketika berinteraksi dengan bahan organik, maka korelasi antara kadar bahan
organik dan KTK adalah lemah seperti diketahui, besarnya KTK ditentukan oleh struktur tapak jerapan, terutama pada tanah tanah yang kadar bahan organiknya
rendah horizon B. Pada tanah tanah yang bahan organiknya relatif tinggi horizon A, korelasi antara kadar bahan organik dan KTK adalah nyata dan kuat, sehingga
besarnya KTK diduga ditentukan lebih banyak oleh kadar bahan organiknya sendiri, dan bukan oleh struktur tapak jerapannya.
Argumentasi yang dikemukakan dalam paragraf sebelum ini, yang memang masih bersifat spekulatif, didukung oleh data yang dihimpun oleh Wambeke 1992
yang menunjukkan bahwa pada tanah tanah non Andisol Paleustalf, Kandiustalf, Kandiudult, Kandiudox
, Eutrudox dan Acrustrox, korelasi antara kadar C organik dan KTK adalah sangat nyata dan kuat r = 0.80; P-value = 0.00; ukuran contoh, n =
58 sedang pada tanah tanah Andisol Melanudand, Fulvudand dan Hydrudand, korelasi tersebut adalah tidak nyata dan relatif lemah r = 0.47; P-value = 0.07;
ukuran contoh, n = 16. Jadi, fenomena ini nampaknya mendukung spekulasi bahwa rendahnya korelasi antara KTK dan bahan organik pada Andisol adalah karena
struktur mineralnya yang amorf tak beraturan.
5. Keterkaitan antara Penampilan Tumbuhan dengan Faktor Faktor Tempat