Kelas Drainase Tanah. Beberapa Sifat Tanah yang Digunakan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan.

31 atau sekumpulan partikel liat tersemen menjadi seolah olah satu butir debu dan menjadi pseudosilt debu semu. Penentuan tekstur tanah disebut juga Analisis Ukuran Partikel. Perlakuan pendahuluan terhadap tanah sebelum analisis ini adalah penghancuran bahan bahan yang menyemen partikel partikel tanah seperti yang disebut sebelum ini, sehingga partikel partikel primer tersebut terdispersi secara sempurna atau maksimum. Perlakuan pendahuluan juga bertujuan agar dispersi ini tetap dipertahankan ketika analisis berlangsung Baver et. al., 1972. Bahan penyemen yang dihancurkan ini bisa berupa bahan organik, seskuioksida, kalsium karbonat, dan lain lain Van Reeuwijk, 1986. Menurut Van Reeuwijk 1986 perlakuan penghancuran bahan penyemen masih perlu diperdebatkan perlu-tidaknya, karena pada kenyataan di lapangan, yang secara aktual mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah partikel partikel primer yang kadang kadang sebagian diantaranya tersemen satu sama lain oleh bahan penyemen dan membentuk susunan pori, struktur, retensi air, retensi hara, dan lain lain yang secara aktual mempengaruhi tanaman. Bila penghancuran bahan penyemen dilakukan sebelum analisis tekstur tanah di laboratorium, maka tekstur tanah yang diperoleh bisa lebih halus dibanding yang dirasakan dengan perabaan di lapangan, untuk tanah tanah tertentu, misalnya yang banyak mengandung seskuioksida Junaedi A. Rahim, Komunikasi Pribadi. Karena hal hal tesebut, Van Reeuwijk 1986 menyarankan bahwa perlakuan pendahuluan untuk dispersi, bersifat tidak mutlak untuk dilakukan opsional.

4.4. Kelas Drainase Tanah.

Drainase tanah terkait dengan ketersediaan oksigen di tanah untuk keperluan perakaran tanaman. Oksigen yang diperlukan akar tanaman tersedia di pori pori tanah. Pori tanah bisa diisi oleh dua kemungkinan, yaitu udara atau air. Karena itu, drainase tanah juga terkait dengan kecepatan hilangnya air dari tanah, terutama melalui aliran permukaan dan aliran didalam tanah. Akar punya lubang yang disebut lentisel yang memungkinkan pertukaran gas antara akar dengan sekelilingnya. 32 Oksigen berdifusi ke sel sel akar dan digunakan untuk respirasi, sedang CO 2 berdifusi menuju ke tanah. Tanah yang berdrainase baik punya banyak pori yang berisi udara, dan terletak pada posisi dimana tanah tak pernah jenuh air. Tanah yang berdrainase buruk biasanya terletak pada posisi dimana tanahnya sering jenuh air, sehingga pori pori lebih banyak terisi air. Tiap tanah punya sifat drainase alami yang diklasifikasikan menjadi kelas kelas drainase misalnya sebagai berikut ini CSRFAO staff, 1983: cepat, agak cepat, baik, agak baik, agak buruk, buruk, dan sangat buruk. Bila tanah berdrainase buruk, maka Foth dan Turk, 1972: 1 Kedalaman perakaran berkurang. 2 Warna tanah dengan bercak bercak terdapat dekat dengan lapisan tanah atas. 3 Warna tanah lapisan bawah berubah dari coklat terang kuning terang atau merah terang menjadi abu abu dengan bercak bercak karatan besi. Sifat morfologi tanah seperti tersebut diatas seringkali bisa dijadikan indikator yang bisa diandalkan untuk menaksir kelas drainase alami dari tanah tersebut, kecuali di tanah tanah yang masih sangat muda dan pengamatan ini bisa dilakukan sepanjang tahun, dalam keadaan kering ataupun basah Foth dan Turk, 1972. Yang dimaksud bercak bercak mottles adalah penampakan yang warnanya cukup kontras dengan warna dasar tanah yang bersangkutan. Warna tanah bisa memberi petunjuk penting mengenai komponen penyusun tanah, dan mengenai status oksidasi-reduksi suatu tanah, atau bagian bagian tertentu dari tanah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena komponen komponen tanah yang sensitif terhadap oksidasi, seperti besi oksida bebas dan bahan organik terhumifikasi, sangat besar pengaruhnya terhadap warna tanah Fanning and Fanning, 1989. Pola warna tanah berkaitan diantaranya dengan proses gleisasi yang menunjukkan drainase tanah yang buruk. Pada proses gleisasi, besi mengalami reduksi dari Fe III menjadi Fe II karena suasana tanah yang basah, pada beberapa bagian atau seluruh bagian tanah. Pada proses ini, Fe II menjadi larut dan 33 umumnya tercuci atau bergerak pindah dalam profil tanah. Proses reduksi ini umumnya diikuti oleh proses oksidasi Fe II menjadi Fe III dan pengendapan besi oksida {istilah oksida disini dicetak miring karena mencakup hidroksida, oksihidroksida seperti FeOOH, dan juga oksida sejati} di bagian lain dari tanah tersebut Fanning dan Fanning, 1989. Proses proses tersebut cenderung memunculkan warna dengan chroma rendah umumnya abu abu pada bagian tana h dimana besinya telah pindah, dan warna dengan chroma tinggi warna karat dimana oksida tersebut terakumulasi. Komponen komponen tanah yang lain, seperti bahan organik, mangan oksida dan mineral mineral yang mengandung sulfur, juga sensitif terhadap kondisi oksidasi dan reduksi, dan bisa menimbulkan sifat sifat morfologi tanah yang disebabkan oleh fenomena gleisasi. 34

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.

Letak dan Luas Berdasarkan Peta Rupabumi Digital Indonesia BAKOSURTANAL, tahun 1997, kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, secara geografis terletak antara 106 o 50 ′ - 107 03’ BT dan 6 42’ – 6 59’ LS, sedangkan puncak gunung Gede yang merupakan titik pusat kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terletak pada 106 58’ 30 ″ BT dan 6 47’ 30 ″ LS. Secara administrasi pemerintahan, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak pada 3 wilayah kabupaten, yaitu kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur.

2. Topografi dan Tanah

Gunung Gede {dengan puncak 2958 m diatas permukaan laut dpl} dan Gunung Pangrango dengan puncak 3019 m dpl dihubungkan oleh punggung bukit yang disebut Kandang Badak pada ketinggian ± 2400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan banyak mempunyai punggung bukit yang terbentuk oleh celah-celahanak sungai yang mengalir kearah kabupaten Bogor, kabupaten Sukabumi dan kabupaten Cianjur FAO, 1978. Tanah pada lereng yang lebih tinggi dari daerah pegunungan di dalam kawasan Taman Nasional G. Gede Pangrango, merupakan tanah Andosol yang bersal dari batuan beku dan abu vulkanik FAO, 1978. Pada lereng yang lebih rendah, tanah menjadi lebih mudah lapuk dan berupa asosiasi Andosol dan Latosol. Selain itu juga terdapat asosiasi antara Andosol dan Regosol. Tanah Latosol disini banyak mengandung liat yang tidak lengket. Bagian yang lebih rendah, merupakan batuan dan tanah Latosol yang sangat subur, yang menjadi tipe tanah yang dominan FAO, 1978.