Penyakit Pascapanen pepaya TINJAUAN PUSTAKA

10 dipanen, kebenaran kultivar, keseragaman ukuran berat, tingkat kerusakan, kebusukan, dan kadar kotoran, serta tingkat kesegaran. Tabel 4. Klasifikasigolongan pepaya malang segar Spesifikasi Satuan Mutu I Mutu II Mutu III a. Tingkat ketuaan warna kulit jumlah strip warna jingga b. Kebenaran kultivar c. Keseragaman ukuran berat d. Keseragaman bentuk e. Buah cacat dan busuk f. Kadar kotoran g. Serangga hidup atau mati h. Tingkat kesegaran Strip 3 97 97 97 100 2-3 95 95 95 25 1 90 90 90 25 Sumber : SNI-01-4230-1996 Buah pepaya lebih lanjut dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang digemari oleh masyarakat. Biasanya buah yang diolah adalah buah yang tidak memiliki standar buah untuk pasar, seperti buah yang terlalu besar atau terlalu kecil, buah yang tidak memiliki bentuk sempurna. Bentuk olahan pepaya antara lain manisan pepaya, koktil pepaya, jeli pepaya, jam pepaya, sirup pepaya dan saus buah pepaya.

C. Penyakit Pascapanen pepaya

Penyakit pascapanen pada pepaya merupakan sesuatu kerugian besar yang harus ditangani secara serius karena dapat menurunkan produksi dan mutu produk yang dihasilkan. Penyakit pascapanen biasanya disebabkan oleh luka-luka pada komoditi selama dan sesudah pemanenan, seperti batang-batang yang dipotong, dan kerusakan mekanik pada sel-sel permukaan selama penanganan dan pengangkutan. Kebanyakan dari kerusakan-kerusakan pascapanen yang berat pada buah pepaya adalah akibat pembusukan cendawan. Berikut ini penyakit yang sering menyerang pada pascapanen tanaman pepaya: 1. Penyakit Antraknosa Penyakit ini disebabkan oleh sejenis cendawan yang disebut Colletotrichum, termasuk kelas Deuteromycetes ordo Melanconiaceae, subklas cendawan imperfecti yang belum diketahui tingkat seksualnya teleomorf 11 Semangun, 2000. Menurut Pantastico 1986 penyakit antraknosa merupakan penyakit laten pada buah-buahan dan akan tampak nyata bila buah menjadi matang. Cendawan ini memiliki tubuh buah aservulus berbentuk piring dangkal. Konidium oval sampai memanjang, agak melengkung dan dalam jumlah banyak berwarna kemerahan. Cendawan ini sesungguhnya tidak hanya menyerang buah saja, tetapi juga menyerang daun, bunga, ranting, dan tanaman semai Kalie, 1999. Konidia diproduksi di aservulus dalam kondisi lembab dan menyebar dengan bantuan percikan air dan serangga pada malam hari yang berupa massa lendir berwarna merah jambu. Pada kondisi lingkungan yang kering, konidia mengeras dan berwarna kekuningan. Salah satu cendawan Colletotrichum yang menimbulkan penyakit antraknosa yaitu Colletotrichum gloeosporioides Penz Sacc. Serangan antraknosa pada pepaya terjadi secara sporadis dan banyak tergantung pada keadaan iklim serta perlakuan-perlakuan teknis budidaya. Iklim yang senantiasa basah, serta kondisi lahan dan pertanaman yang menunjang kelembapan sangat serasi bagi pertumbuhan dan perkembangan penyakit ini. Buah-buah yang diserang umumnya buah-buah yang menjelang masak. Semua buah jeruk, mangga, pepaya, alpukat, dan pisang yang tumbuh di daerah tropika basah menderita infeksi laten oleh Colletotrichum gloeosporioides dan Gloeosporium musarum pada kulit waktu pemanenan Baker et al., 1934 di dalam Pantastico, 1986. Pada saat buah masih berada di pohon, patogen Colletotrichum gloeosporioides berada dalam keadaan laten dan bertahan dalam kondisi dorman. Spora-spora Colletotrichum gloeosporioides terdapat pada mulut kulit buah-buah pepaya muda dan pada lentisel buah-buah mangga dan alpukat Stanghellini dan Aragaki, 1966 di dalam Pantastico, 1986. Colletotrichum gloeosporioides adalah parasit yang kuat sehingga dapat berkembang setelah jaringan menjadi lemah karena proses penuaan Prabawati et al., 1991 di dalam Hutari, 2005. Gejala penyakit ini secara umum pada buah berupa bulatan-bulatan kecil berwarna gelap. Bila buah bertambah masak, bulatan-bulatan tadi semakin membesar dan busuk cekung ke arah dalam buah. Saat buah masih mentah gejala 12 serangan cendawan ini tampak berbentuk luka kecil ditandai oleh adanya getah yang keluar dan mengental. Menurut Kalie 1999 pada pepaya tanda serangan Colletotrichum gloeosporiodes Penz Sacc berupa bercak-bercak basah agak cekung berwarna jingga merah jambu oleh adanya massa spora. Bercak-bercak ini kemudian membesar, dapat mencapai diameter 5 cm, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bila infeksi sampai pada daging buah bagian dalam,maka buah menjadi busuk bonyok dengan rasa pahit. Penyakit ini menyebar dengan lebih cepat di daerah dengan iklim basah, yang mengakibatkan keriput pada kulit, hitamnya buah, pelunakan, dan pembusukan buah. Kebusukan selama penyimpanan dapat dicegah dengan cara mencelupkan buah ke dalam air panas yang bersuhu 43-49 o C selama 20 menit. Colletotrichum gloeosporioides Penz Sacc dapat tumbuh dalam kisaran suhu 33-52 o C Suhu optimum untuk perkecambahan sporanya adalah 43 o C Pantastico, 1986. 2. Penyakit busuk buah Rhizopus Cendawan Rhizopus termasuk keluarga Mucoraceae, klas Phycomycetes. Sporangia keluarga Mucoreceae mengandung kolumela yang berdinding tipis. Cendawan Rhizopus mempunyai miselia dan menyebabkan penyakit busuk buah pada buah-buahan, seperti anggur, jambu mete, durian, melon, semangka, pepaya dan sebagainya. Salah satu penyebab penyakit busuk buah pada pepaya yaitu Rhizopus stolonifer Lind. Menurut Kalie 1999 penyakit busuk buah ini menyerang buah-buah pepaya tua yang terluka. Luka ini terjadi saat pemanenan atau selama pengangkutan yang dilakukan dengan tidak hati-hati. Buah-buah mentah utuh, sehat, dan tidak terluka tidak akan diserang. Buah yang terkena serangan penyakit ini akhirnya menjadi busuk, bonyok, dan berair. Bila keadaannya lembap, buah dilapisi oleh sporangiospora berwarna hitam dan cendawan akan menyerang. Cendawan Rhizopus stolonifer Lind menyerang pula strawberi, buah yang terserang menjadi lunak dan berair. Buah ini bila ditekan akan mengeluarkan cairan. Buah-buah yang busuk akan tertutup oleh massa cendawan putih dan banyak sporangium hitam. Pada buah almond Rhizopus stolonifer Lind menimbulkan busuk kulit hull rot. 13 Usaha pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mencelup buah ke dalam air panas yang bersuhu 48 o C selama 20 menit. Pada suhu atau perlakuan tersebut sporangiospora akan mati. Di tempat penyimpanan, buah pepaya yang telah terserang penyakit segera dipisahkan dan dimusnahkan agar tidak menular ke buah lain yang masih sehat Kalie, 1999.

D. Pengendalian Penyakit Pascapanen