49 Gambar 8. Hasil Uji Total Cendawan pada media PDA pada hari ke-14
5. Pengamatan Serangan Penyakit secara Visual
Pengamatan serangan penyakit secara visual dilakukan setiap hari selama 20 hari setelah perlakuan. Tujuan dari pengamatan ini adalah mengetahui seberapa
efektif perlakuan konsentrasi asap cair dan pelilinan yang dibandingkan dengan kontrol terhadap serangan penyakit selama penyinpanan. Parameter yang diamati
adalah timbulnya bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman pada buah yang diduga merupakan gejala serangan penyakit antraknosa. Penyakit ini disebabkan
oleh cendawan Colletrotichum gloeosporioides Penz Sacc. Gejala serangan penyakit ini tampak pada buah menjelang masak yang berupa bulatan-bulatan
kecil berwarna gelap. Bila buah bertambah masak, bulatan-bulatan tadi semakin besar dan busuk cekung kearah dalam buah. Menurut Kalie 1999 bila infeksi
sampai pada daging buah bagian dalam, maka buah menjadi busuk bonyok dengan rasa pahit. Saat buah masih mentah gejala serangan cendawan ini tampak
berbentuk luka kecil ditandai oleh adanya getah yang keluar dan mengental. Luka ini tetap kecil selama buah masih mentah.
Pengamatan yang dilakukan pada awal penyimpanan sampai hari ke-5 belum menunjukkan adanya serangan penyakit antraknosa. Kondisi pepaya yang
diberi perlakuan konsentrasi asap cair dan pelilinan masih segar berwarna hijau kekuningan, persentase kematangan buah masih belum berubah dari kematangan
awal saat panen yaitu sebesar 25-30. Namun pada kontrol tanpa pelilinan
50 mengalami peningkatan kematangan sampai 40 pada akhir hari ke-4, hal ini
ditunjukkan dengan adanya semburat kuning yang cenderung menyebar lebih cepat dibandingkan dengan pepaya yang diberi perlakuan konsentrasi asap cair
dan pelilinan. Sedangkan pada kontrol dengan pelilinan, pepaya mulai menguning pada hari ke-4 dan perubahan kematangannya tidak secepat kontrol tanpa
pelilinan tetapi persentase kematangan yang terjadi lebih tinggi dari pada pepaya yang diberi perlakuan asap cair dan pelilinan.
Serangan penyakit mulai terlihat pada hari ke-6 yaitu pada kontrol tanpa pelilinan. Gejala yang terjadi adalah adanya getah yang keluar dan mengental
pada buah, selain itu mulai terlihat adanya bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman. Hal ini terjadi pula pada kontrol dengan pelilinan, namun gejala yang
terlihat tidak sebanyak pada kontrol tanpa pelilinan. Keadaan ini semakin buruk seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Sedangkan pada pepaya yang
diberi perlakuan asap cair dan pelilinan kondisinya tidak jauh berbeda dengan kondisi awal penyimpanan, masih terlihat segar dan hijau.
Pada hari ke-8 daging pepaya kontrol tanpa pelilinan mulai lunak, serangan penyakit yang terjadi semakin parah yaitu diameter bercak-bercak kecil
yang berwarna coklat kehitaman mulai membesar dan mulai cekung ke arah dalam buah. Selain itu pada pangkal buah mulai layu, melunak dan berubah warna
menjadi kecoklatan, hal ini menunjukkan adanya serangan penyakit busuk pangkal rhizopus. Keadaan ini berlangsung terus sampai penyimpanan pada hari
ke-12, dan cekungan yang terjadi semakin dalam serta diameter bercak hitam yang semakin luas mencapai 3 cm. Selain itu pada kulit buah menjadi keriput dan
daging buah semakin lunak, penampakkan kontrol pada hari ke-12 ini sudah tidak menarik. Gejala-gejala tersebut juga terjadi pada kontrol dengan pelilinan namun
tidak separah pada kontrol dengan pelilinan. Pengamatan untuk kontrol tanpa pelilian dihentikan pada hari ke-13 karena serangan penyakit sudah mencapai
90 lebih, ditandai dengan meluasnya area hitam dengan cekungan yang dalam pada daging buah mencapai 5 cm. Keadaan fisik buah sudah bonyok dan busuk,
kulitnya keriput, dan pangkal buah yang rusak. Sedangkan kontrol dengan pelilinan masih bisa bertahan sampai hari ke-15.
51 Pepaya dengan perlakuan konsentrasi asap cair dan pelilinan mulai
menunjukkan gejala serangan penyakit pada hari ke-10. Pepaya dengan perlakuan asap cair konsentrasi 10 tanpa pelilinan menunjukkan gejala serangan penyakit
yang lebih besar daripada perlakuan yang lainnya. Gejala yang terjadi adalah keluarnya getah yang mengental dan timbulnya bercak-bercak kecil berwarna
coklat kehitaman yang mulai menyebar ke seluruh permukaan kulit buah. Pada pangkal buah terlihat perubahan warna dan pangkal menjadi lunak. Kondisi fisik
pepaya dengan perlakuan asap cair konsentrasi 10 tanpa pelilinan semakin menurun dan kerusakan mencapai puncaknya pada penyimpanan hari ke-16, yaitu
sebesar 75, gejala kerusakan yang terjadi sama dengan kontrol. Keadaan ini diikuti oleh pepaya dengan perlakuan konsentrasi 10 dengan pelilinan, pepaya
dengan perlakuan konsentrasi 5 tanpa pelilinan, pepaya dengan perlakuan konsentrasi 5 dengan pelilinan, pepaya dengan perlakuan konsentrasi 1 tanpa
pelilinan dengan kerusakan mencapai 35-70 pada hari ke-18. Sedangkan pepaya dengan perlakuan konsentrasi 1 dengan pelilinan mampu bertahan
sampai hari ke-20 dengan kerusakan tidak lebih dari 10. Dari pengamatan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asap cair tidak memberikan hasil
yang lebih baik, justru penambahan konsentrasi asap cair yang berlebihan dapat merusak buah secara fisik karena sel-sel yang terdapat dalam buah tidak mampu
mengadaptasi tingginya kandungan fenol dari asap cair tersebut. Perubahan visualisasi pada pepaya selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 9.
52 Gambar 9. Perubahan visualisasi pepaya selama penyimpanan
6. Uji Organoleptik