2004 studi kasus di Kota Pekanbaru, menghasilkan 7 kelas tutupan lahan, yaitu hutan, perkebunan, permukiman, semak, rumput, lahan terbuka dan tubuh air.
Penelitian mengenai identifikasi tutupan lahan pun dilakukan oleh Priyatna 2007 di Kabupaten Bogor menggunakan citra LANDSAT TM
Multiwaktu. Interpretasi visual citra dapat mengidentifikasi sebanyak 13 kelas tutupan lahan dengan menggunakan kombinasi band 5-4-3. Tutupan lahan yang
dimaksud adalah badan air, sawah, tanah kosong, padang rumput, permukiman, semak, kebun campuran, kebun karet, kebun teh, tegakan pinus, hutan daun
lebar, awan dan bayangan awan. Wasit 2010 dalam penelitiannya menggunakan citra LANDSAT
mampu mengidentifikasi sebanyak 10 sepuluh kelas tutupan lahan, yaitu hutan rakyat, hutan sekunder, kebun campuran, lahan terbuka galian c,
permukiman penduduk, semak belukar, lahan sawah, tegalan, tubuh air sungai dan jalan.
2.2.2 Penggunaan Citra ALOS PALSAR untuk Identifikasi Tutupan Lahan
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap citra ALOS sejak diluncukan pada tahun 2007. Khususnya pada citra ALOS PALSAR, terdapat
beberapa penelitian penutupan lahan yang telah dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Riswanto 2009 dengan
menggunakan citra komposit, yaitu HH-HV-HH resolusi 200 m di Pulau Kalimantan mampu mengidentifikasi obyek ke dalam 4 kelas tutupan lahan,
yaitu badan air, vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat. Selanjutnya
Bainnaura 2010
melakukan penelitian
dengan menggunakan citra komposit HH-HV-HHHV resolusi 50 m di Kabupaten
Bogor dan Sukabumi mampu mengidentifikasi adanya 12 kelas tutupan lahan, yaitu: badan air, bandara, hutan lahan kering, kebun campuran, perkebunan
karet, perkebunan kelapa sawit, perkebunan teh, pertanian lahan kering, perumahan, sawah, semak belukar dan tanah terbuka.
Di Yogyakarta, penelitian penutupan lahan menggunakan citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan komposit yang sama HH-HV-HHHV dilakukan
oleh Puminda 2010 dan mampu mengklasifikasikan obyek dalam 8 delapan
kelas, yaitu badan air, hutan tanaman pinus, kebun campuran, pertanian lahan kering, hutan tanaman jati, lahan terbangun, sawah dan kebun kelapa.
Salman 2011 berhasil mengklasifikasikan 11 kelas tutupan lahan yang dilakukan di Provinsi Bali dengan citra, komposit dan resolusi yang sama.
Kesebelas tutupan lahan tersebut, yaitu badan air, bandara, hutan lahan kering, hutan mangrove, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, permukiman,
pertanian lahan kering, sawah, tambak. Penelitian mengenai penutupan lahan dengan citra ALOS PALSAR
resolusi 50 m dan komposit HH-HV-HHHV terakhir dilakukan oleh Nurhadiatin 2011 di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas, dan Ciamis.
Nurhadiatin mampu mengklasifikasi 9 kelas tutupan lahan diantaranya badan air, hutan tanaman sedang-tua, hutan tanaman muda, kebun campuran,
perkebunan karet sedang-tua, perkebunan karet muda, permukiman, sawah diolahdigenangi air, dan sawah bervegetasi.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat