BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laju penurunan kawasan hutan di Indonesia merupakan permasalahan yang tidak dapat diabaikan dan perlu dicari jalan keluarnya. Luas hutan pada
tahun 1985-1997 untuk pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi berkurang seluas 21 juta ha. Pada tahun 1997-2000 laju penurunan luas hutan di dalam
kawasan hutan Indonesia meningkat menjadi 2,84 juta hatahun. Selanjutnya pada tahun 2000-2005 laju penurunan luas hutan mencapai angka 1,08 juta
hatahun atau sekitar 5,4 juta ha selama kurun waktu lima tahun BAPLAN 2008. Laju kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh terjadinya pertambahan
jumlah penduduk yang cukup pesat sehingga mengakibatkan konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, permukiman atau areal industri
FWI 2003. Salah satu pemecahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui
kondisi penutupan lahan yang ada sehingga penatagunaan kawasan hutan yang sesuai dan pengelolaan hutan yang lestari dapat terwujud. Untuk mengetahui
kondisi penutupan lahan pada suatu daerah dapat dilakukan secara lengkap, cepat dan relatif akurat melalui teknologi penginderaan jauh.
ALOS Advance Land Observing Satellite adalah satelit penginderaan jauh yang dikembangkan dan diluncurkan oleh
JAXA’s Tanegashima Space Center Jepang pada tanggal 24 Januari 2006 dengan menggunakan roket H-
IIA. Satelit ini didesain untuk dapat beroperasi selama 3 – 5 tahun. Satelit ini
membawa 3 sensor di dalamnya yaitu Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping PRISM yang memiliki resolusi 2,5 meter
dengan sensor optik, Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2 AVNIR-2 yang memiliki resolusi 10 meter dengan sensor optik dan Phased
Array type L-band Synthetic Aperture Radar PALSAR yang memiliki resolusi 10 meter dan 100 meter dengan sensor radar Jaya 2000.
Sensor optik dan sensor radar pada citra ALOS yang memiliki karakteristik yang berbeda dalam kemampuannya untuk mengidentifikasi
tutupan lahan. Salah satu perbedaan tersebut terletak pada resolusi radiometrik dan resolusi spektral. Pada sensor optik resolusi radiometriknya adalah sebesar
8 bit dengan rentang nilai digital 0-255. Pada sensor radar memiliki resolusi radiometrik sebesar 16 bit dengan rentang nilai digital 0-65536. Selain itu,
sensor radar memiliki kelebihan yang tidak dimiliki sensor optik yaitu pada penggunaan sumber energi yang dapat diatur terutama dalam kemampuannya
menembus awan dan hujan serta dapat digunakan baik siang maupun malam Jaya 2000.
Perbedaan lainnya adalah pada sensor optik terutama pada citra multispektral citra ALOS AVNIR-2 memiliki fungsi untuk mengklasifikasi
sifat kimia dan biofisisk dari objek di permukaan bumi, sedangkan pada citra ALOS PALSAR dengan sensor radar dan dikembangkan dengan sistem SAR
berfungsi untuk mengklasifikasi tekstur dan ukuran dari objek di permukaan bumi Prasad 2010.
Dengan identifikasi karakteristik citra baik dengan sensor optik maupun sensor radar terhadap kenampakan tutupan lahan di permukaan bumi, citra
ALOS bisa digunakan secara optimal dalam klasifikasi tutupan lahan.
B. Tujuan Penelitian