21 ketinggian pada SRTM adalah nilai ketinggian dari datum WGS1984, bukan
dari permukaan laut. Tapi karena datum WGS1984 hampir berimpit dengan permukaan laut maka untuk skala tinjau dapat diabaikan perbedaan diantara
keduanya www.raharjo.org.
F. Interprestasi Citra Secara Dijital
Pra-pengolahan data penginderaan jauh dijital mencakup rektifikasi pembetulan dan restorasi pemugaran atau pemulihan citra. Citra
merupakan prosedur operasi agar diperoleh data yang sesuai dengan aslinya. Citra sensor penginderaan jauh mengalami berbagai distorsi yang disebabkan
oleh gerakan sensor saat perekaman data, faktor media antara, dan faktor obyeknya sendiri, sehingga perlu dibetulkan atau dipulihkan kembali.
Pengolahan data dijital adalah suatu subyek ilmu dan teknik yang sangat luas dan tidak jarang menggunakan prosedur matematik yang komplek Purwadhi
dan Sanjoto, 2008. Tahapan pengolahanya adalah:
1. ImportOpenLoad Data
Langkah pertama dalam pemgolahan data citra adalah membuka data atau mengimport data satelit yang akan digunakan ke dalam format yang
sesuai dengan format perangkat lunak yang digunakan Er-Mapper atau Ilwis atau yang lain. Data citra pada umumnya disimpan ke dalam media CD ROM
atau media penyimpanan lainya. Jenis data yang bisa dibuka.di-load ke dalam perangkat lunak adalah data raster dan data vektor.
Data raster adalah citra dijital yang terbentuk dari elemen-elemen gambar pixel=picture element da dinyatakan dalam tingkat keabuan. Secara
22 definitif citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu obyek dari pantulan
atau pancaran obyek, yang direkam oleh sistem perekaman data dapat bersifat optik, analog dan dijital. Data vektor adalah data yang tersimpan dalam bentuk
titik, garis, dan polygonarea. Contoh data vektor adalah data dari hasil digitasi sistem informasi geografis seperti lokasi pengambilan sampel,
jalanpenggunaan lahan. Er-Mapper maupun Ilwis juga akan membuat dua file hasil dari mengimport data vektor Pusat Data Penginderaan Jauh, 2005.
2. Koreksi Radiometrik Citra
Koreksi radiometrik citra terkadang dirujuk pula dengan memakai istilah-istilah pre-processing atau restoration bersama dengan koreksi
geometrik adalah suatu koreksi yang perlu diberikan akibat kesalahan atau distorsi yang bersifat radiometrik pada citra produk perekaman sensor.
Fenomena kesalahan radiometrik ini akan nampak ketika sensor yang terpasang baik pada satelit maupun pesawat terbang tengah mengamati energi
gelombang elektromagnetik yang terpantulkan oleh unsur-unsur spasial yang terletak di permukaan bumi. Berdasarkan pengamatan tersebut, ternyata energi
yang terukur oleh sensor di atas tidak sama betul dengan yang terpancar atau terpantulkan dari obyek-obyek yang sama walaupun dalam jarak-jarak yang
relatif dekat. Hal ini kemudian diketahui karena disebabkan karena perbedaan sudut azimuth dan ketinggian matahari, kondisi atmosfir, respons
sensor sendiri, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, agar didapatkan data rekaman pantulan energi dari obyek yang sangat mendekati realitasnya,
distorsi radiometrik ini perlu dikoreksi. Dengan mengamati faktor-faktor
23 penyebab di atas, maka koreksi radiometrik secara umu dapat dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tipe berikut ini: a. Koreksi radiometrik yang disebabkan oleh kondisi atmosfir. Koreksi ini
diberlakukan sebagai akibat berbagai kondisi atmosfir yang menyebabkan penyerapan dan hamburan radiasi sinar matahari. Oleh
karena itu, radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan oleh suatu obyek path-radiance hamburan atmosfir perlu dikoreksi.
b. Koreksi radiometrik yang disebabkan oleh sudut azimuth atau ketinggian matahari dan topografi. Radiasi sinar matahari direfleksikan
dan disebarkan ke permukaan bumi dengan adanya perbedaan sudut ini, terdapat area-area nampak lebih terang. Sementara relief topografi
dapat dikoreksi dengan menggunakan parameter sudut antara arah radiasi sinar matahari dan vektor normal permukaan tanah.
c. Koreksi radiometrik yang disebabkan oleh sensitivitas sensornya. Jika sensor yang digunakan dari jenis optik, maka area-area yang terletak
dipinggiran citra cenderung bernuansa agak gelap jika dibandingkan dengan area-area yang terletak di tengah citra. Koreksi pada kondisi
dapat dilakukan dengan menerapkan rumus matematis prahasta, 2008.
3. Koreksi Geometrik Citra