81
Pada gambar 22, area yang dilingkari merupakan wilayah yang menjadi titik fokus pengamatan. Fokus pengamatannya adalah analisis
perubahan pada penutup lahan hutan hijau tua menjadi tegalan kuning, kebun campuran biru muda dan perkebunan abu-abu selama kurun
waktu 1992-2009. Dari analisis tersebut alih fungsi lahan hutan banyak dipengaruhi oleh berbagai macam aktifitas baik secara langsung maupun
tidak.
b. Hutan ProduksiHTI Hutan Tanaman Industri
Hutan produksi merupakan seluruh kenampakan hamparan hutan tanaman yang sudah ditanami termasuk hutan tanaman dengan jenis
vegetasi hutan jati. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada tahun 1992 hutan produksi memiliki luas sebesar 4.349,10 ha pada
kurun waktu tahun 1992 hingga 2002 berkurang sebesar 27,6 seluas
1.200,2 ha dan pada kurun waktu 2002 hingga 2009 kembali berkurang sebesar 53,38 seluas 1.681,11ha dengan intesitas perubahan penutup
lahan dari tahun 1992-2009 sebesar 169 hatahun yang dapat diamati pada gambar 19 berikut.
Gambar 19. Grafik Penutup Lahan Hutan Produksi
82
Wilayah pengamatan penutup lahan hutan produksi mengambil contoh di Kecamatan Pagendon, dengan menbandingkan peta penutup
lahan tahun 1992 dan 2009. Terjadi alih fungsi hutan produksi menjadi kebun campuran, perkebunan dan permukiman yang dapat di amati pada
gambar 20.
Hutan Produksi Tahun 1992 Land Cover 2009
: Batas Kecamatan Hutan Produksi Kebun Campur
Hutan Produksi Permukiman
Gambar 20. Alih Fungsi Hutan Produksi Kecamatan Pagendon Area yang dilingkari pada gambar 25 adalah lokasi yang menjadi
titik pengamatan. Dari gambar tersebut terjadi perubahan dari hutan produksi hijau muda menjadi kebun campuran biru muda dan
permukiman merah. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, persebaran penutup lahan dapat diamati pada gambar peta 21 berikut.
Gambar 21. Peta Penutup Lahan Hutan Produksi
84
c. Lahan Terbuka
Lahan Terbuka mempunyai bentuk dan pola yang menyebar di antara hutan, permukiman, perkebunan dan jalan, berwarna putih hingga
merah jambu dengan tekstur halus, yang merupakan pengaruh dari adanya pembukaan lahan. Kondisi lahan terbuka tahun 1992 memiliki luas sebesar
227,27 ha, kemudian pada kurun waktu 10 tahun di tahun 2002
mengalami peningkatan luasan hingga 1.387,71 ha atau sebesar 510,6.
Pada kurun waktu antara tahun 2002-2009 penutup lahan terbuka berkurang 38,21 sebesar 530,37 ha menjadi 857,34 ha dengan
keteraturan perubahan tahun 1992-2009 sebesar 176,83hatahun dapat diamati pada gambar 22 berikut.
Gambar 22. Grafik Penutup Lahan Lahan Terbuka Hasil penelitian berupa data luasan kondisi persebaran lahan
terbuka tidak terfokuskan pada satu wilayah saja, tetapi menyebar merata hampir diseluruh kawasan DAS. Kondisi tersebut dapat diamati pada
gambar persebaran lahan terbuka tahun 1992, 2002 dan 2009 pada gambar 23 berikut.
Gambar 23. Peta Penutup Lahan Terbuka
86
Analisis pengamatan
lahan terbuka
mengambil contoh
perkembangan antara tahun 2002-2009 yang berada di Kecamatan Singorojo. Karena pada perkembangan tahun 2002-2009 di Singorojo
terjadi perubahan yang signifikan antara lahan terbuka di satu area kemudian menjadi perkebunan di tahun 2009 seperti pada gambar 24
berikut.
Lahan Terbuka Tahun 1992 Land Cover 2009
: Batas Kecamatan : Lahan Terbuka-Perkebunan
Gambar 24. Alih Fungsi Perkebunan di Kecamatan Singorojo Gambar yang dilingkari merupakan titik fokus dari pengamatan
perubahan lahan terbuka, dari gambar tersebut alih fungsi lahan terbuka coklat beralih fungsi menjadi kebun campuran abu-abu. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di lapangan lokasi Kecamatan Singorojo banyak ditemui perkebunan, dapat disimpulkan bahwa keberadaan lahan
terbuka dalam skala besar di kawasan hulu tersebut bisa diartikan sebagai pembukaan lahan baru yang akan diperuntukan untuk perkebunan.
87
d. Mangrove