Gambaran Umum DAS Bodri

37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum DAS Bodri

a. Lokasi Penelitian DAS Bodri merupakan DAS yang terletak di propinsi Jawa Tengah yang masuk pada tiga wilayah administrasi Kabupaten, yaitu Kabupaten Temanggung, Kendal dan Kabupaten Semarang. Sebagian besar DAS Bodri berada di wilayah Kabupaten Kendal dengan luasan sebesar 33.873,68 ha atau dengan presentase hampir 50,58 dari luasan DAS. Lokasi Das Bodri terletak pada posisi 382625 mT-427748 mT dan 9197518 mU-9244257 mU, terbagi menjadi 4 sub DAS utama yaitu Sub DAS lutut dan Logung berada di wilayah Kecamatan Tretep, Jumo, Candiroto dan sebagian Kecamatan Patean, Sub DAS Putih berada di Kecamatan Singorojo, Kandangan, sebagian Limbangan dan Sumowono dan Sub DAS Bodri Hulu berada di Kecamatan Sumowono, sebagian Limbangan dan Kecamatan Singorojo. Ketiga hulu tersebut menuju atau melewati Sub DAS Bodri Hilir yang masuk pada wilayah Kecamatan Singorojo, sebagian Patean, Gemuh, Pegandon, Kota Kendal, Cepiring dan Kecamatan Kangkung yang kemudian bermura di Kecamatan Patebon tepatnya antara Desa Pidodo Kulon dan Pidodo Wetan Kabupaten Kendal. Wilayah DAS Bodri dapat dilihat pada gambar peta 4 berikut. Gambar 4. Peta DAS Bodri 39 b. Kondisi Geologi DAS Bodri Stratigrafi regional pada kawasan ini menurut peta geologi lembah Magelang-Semarang yang diterbitkan direktorat geologi bandung 1975 dalam Laporan Departemen PU Pekerjaan Umum SDA 2006, tatanan stratigrafi Kabupaten Kendal dan sekitarnya dapat dikelompokan menjadi beberapa formasi sebagai berikut. 1 Formasi Kalibiuk Tm, formasi ini terletak secara tidak selaras di atas formasi cipluk dengan litologi terdiri dari napal pejal di bagian atas dan setempat mengandung karbon, napal sisipan batu pasir tufan dan batu gamping. 2 Formasi Damar qtd, formasi ini terletak tidak selaras di atas formasi kalibening dan terdiri dari batu pasir tufan, konglomerat, breksi, vulkanik dan tufa. 3 Breksi Volkanik Qb, formasi ini terdiri dari breksi volkanik, aliran lava, tufa batu pasir tufaan dan batu lempung, Kev. Breksi aliran dan lahar dengan sisipan 2 aliran kecil lava dan tufa halus sampai kasar. Satun ini secara setempat mencakup batu pasir tufaan dan batu lempung dengan moluska. 4 Endapan Aluvium Qa, terdiri dari kerikil pasir kerakal dan lanau dengan tebal 1-3 meter yang merupakan endapan sungai. Departemen PU SDA, 2006. Sedangkan untuk wilayah selatan DAS menggunakan lembar geologi Kabupaten Temanggung, sebagian besar kondisi susunan geologi terdiri dari. 1 Undifferent Volcanic Facies 2 Young Quatenary Volcanic Product 3 Miocene Sedimentary 3 Pleistocene Volcanic Facies dan 4 Pleistocene Sedimentary Facies. Kondisi geologi DAS Bodri dapat diamati pada gambar peta 5 berikut ini. Gambar 5. Peta Geologi DAS Bodri 41 c. Jenis Tanah DAS Bodri Jenis tanah di DAS Bodri sebagian besar terbagi menjadi dua wilayah yaitu bagian bawah di Kabupaten Kendal merupakan wilayah yang mempunyai wilayah pesisir, yang memiliki jenis tanah sebagian besar berupa aluvial. Aluvial merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk lempung dan pasir yang berselang seling. Material lempung merupakan materil yang sangat halus dan mudah tersuspensi dalam air. Karenanya material lempung yang paling akhir terendap dan dapat tersebar hingga jauh perairan. Jenis tanah ini cukup subur dan tersebar pada sebagian daratan aluvial, dataran banjir dan rataan pasang surut. Tanah jenis ini mempunyai kemampuan yang cukup tinggi, sehingga bentuk penggunaan lahannya berupa persawahan dengan pengairan teratur dan sebagian berupa tambak. Sedangkan untuk bagian atas di Kabupaten Temanggung jenis tanah sebagian besar adalah latosol tanah ini berwarna netral sampai asam berwarna coklat, coklat kemerahan sampai merah. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian padi, tembakau dan perkebunan. Dan regosol, jenis tanah ini bersifat netral sampai asam dengan warna putih, coklat kekuning- kuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktifitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan perkebunan Secara keseluruhan Jenis tanah yang terdapat di DAS Bodri dibedakan atas tanah Aluvial, Latosol, Andosol dan Regosol, tanah 42 Mediteran serta tanah Podzolik dan Regosol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Jenis Tanah Mayoritas DAS Bodri No Jenis Tanah Kecamatan Keterangan 1 Aluvial Kecamatan Cepiring, Patebon, Kendal, sebagian Kecamatan Gemuh dan Pegandon. Jenis tanah ini bersifat hidromorf dan berwarna kelabu, coklat dan hitam. Produktifitas tanah ini dari rendah sampai tinggi dan digunakan untuk pertambakan, pertanian padi dan palawija, serta permukiman. 2 Latosol Kecamatan Limbangan, Singorojo, Pegandon, Patean, Tretep, Jumo, Kandangan, Candiroto, dan sebagian Sumowono. Tanah ini berwarna netral sampai asam berwarna coklat, coklat kemerahan sampai merah. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan digunakan untuk lahan pertanian padi, tembakau dan perkebunan. 3 Andosol dan Regosol Sebagian Kecamatan Sumowono. Jenis tanah ini bersifat netral sampai asam dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu serta hitam. Produktifitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. 4 Mediter an Coklat Kemera han Sebagian Kecamatan Pegandon. bersifat agak netral dengan warna merah sampai coklat. Produktifitasnya sedang sampai tinggi dan biasa digunakan untuk sawah, tegal, kebun buah-buahan, padang rumput dan permukiman. 5 Podzolik dan Regosol Sebagian Kecamatan Singorojo, Patean dan Limbangan. Jenis tanah ini mengandung kapur dan tras bersifat netral sampai basa. Produktifitasnya rendah sampai sedang, biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan berpotensi sebagai lahan galian golongan C. Sumber: BAPPEDA Kabupaten Kendal dan Peta jenis Tanah Kabupaten Temanggung Kondisi jenis tanah pada DAS Bodri dapat pula di amati pada gambar peta 6 jenis tanah berikut ini. Gambar 6. Peta Jenis Tanah DAS Bodri 44 d. Kondisi Iklim DAS Bodri Iklim sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, curah hujan dan durasi sinar matahari. Penentuan tipe iklim suatu daerah dapat ditentuka dengan berbagai metode. Salah satu metode yang sering digunakan adalah klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan tipe curah hujan menurut klaisifikasi ini hanya memperhatikan unsur hujan dan memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah. Bulan basah adalah bulan dimana rata-rata curah hujannya lebih dari 100 mm. Bulan kering adalah bulan dimana rata-rata curah hujannya kurang dari 60 mm. Bulan lembab adalah bulan dimana rata-rata curah hujannya antara 60-100 mm. Penentuan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson tersebut dinyatakan dengan nilai “Quotient” Q, dimana Q adalah perbandingan rerata jumlah bulan kering dan rerata jumlah bulan basah yang dinyatakan dalam persen, rumus penentuan nilai Q adalah: Jumlah bulan kering Q = x 100 Jumlah bulan basah Berdasarkan nilai Q, maka Schmidt dan Ferguson membagi iklim di Indonesia menjadi delapan golongan sebagai berikut. 45 Tabel 5. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Tipe Curah Hujan Nilai Q Sifat A ≤Q0,143 Sangat basah B 0,143 ≤Q0,333 Basah C 0,333 ≤Q0,600 Agak basah D 0,600 ≤Q1,000 Sedang E 1,000 ≤Q1,670 Agak kering F 1,670 ≤Q3,000 Kering G 3,000 ≤Q6,000 Sangat kering H 7000 ≤Q Luar biasa kering Sumber: www.wikipedia.org Secara morfologi DAS Bodri terbagi menjadi dua, yaitu wilayah yang masuk pada kawasan pesisir dengan kondisi wilayah landai dataran rendah dan wilayah yang masuk dalam wilayah pegunungan dataran tinggi dengan sifat gelombang. Kondisi tersebut menyebabkan perbedaan curah hujan yang diterima masing-masing, sehingga akan berpengaruh terhadap sifat iklim. Berdasarkan perhitungan curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson didapatkan perbedaan kondisi iklim pada kawasan DAS Bodri seperti pada tabel 6 dan 7. Tabel6. Tipe Iklim Pesisir DAS Bodri No Tahun Curah Hujan mm Bulan Basah Bulan Kering Tipe Iklim Tahunan 1 2000 183,5000 20 10 C 2 2001 205,9615 24 10 C 3 2002 212,8462 21 14 D 4 2003 250,6923 20 10 C 5 2004 207,6923 18 14 D 6 2005 185,5769 18 12 D 7 2006 181,4615 16 17 E 8 2007 169,7308 17 15 D 9 2008 251,6923 20 14 D 10 2009 184,0000 21 13 E Jumlah 2033,1000 195 129 Rata-rata 203,3 19,5 12,9 12,9÷19,5=0,66 Sifat Rata-rata 10 Tahun = D Sedang Sumber: Hasil analisis data curah hujan tahun 2011 46 Tabel 7. Tipe Iklim Pegunungan DAS Bodri No Tahun Curah Hujan mm Bulan Basah Bulan Kering Tipe Iklim Tahunan 1 2001 3095 10 1 A 2 2002 2674 7 4 C 3 2003 2873 7 3 C 4 2004 3549 9 1 A 5 2005 2024 10 1 A 6 2006 3091 5 6 E 7 2007 3684 8 4 C 8 2008 2972 8 3 C 9 2009 4037 9 2 B 10 2010 2033 9 3 C Jumlah 2033 82 28 Rata-rata 203,3 8,2 2,8 2,8÷8,2=0,34 Sifat Rata-rata 10 Tahun = C Agak Basah Sumber: Hasil analisis data curah hujan tahun 2011 Pada wilayah pesisirdataran perbandingan bulan basah dan bulan kering pada tipe iklim tahunan dalam kurun waktu 10 tahun kawasan pesisir DAS iklim terbasah adalah sifat iklim C sebanyak 3 tahun yaitu 2000, 2001 dan 2003 dan iklim terkering dengan sifat E hanya pada tahun 2009, rata-rata sifat iklim adalah D Sedang nilai Q=0,66 dengan perbandingan bulan kering dan basah 12,919,5. Pada wilayah pegunungan perbandingan bulan basah dan bulan kering pada tipe iklim tahunan dalam kurun waktu 10 tahun kawasan pegunungan DAS iklim terbasah adalah sifat iklim A terjadi pada tahun 2000. 2001 dan 2005 sedangkan iklim terkering dengan sifat C terjadi sebanyak 5 tahun yaitu tahun 2002, 2003, 2007, 2008 dan tahun 2010, rata-rata sifat iklim adalah C Agak Basah nilai Q=0,34 dengan perbandingan bulan kering dan basah adalah 2,88,2. Berikut gambar peta 7 curah hujan DAS Bodri. Gambar 7. Peta Curah Hujan DAS Bodri 48

2. Pengolahan Citra

Dokumen yang terkait

Sistem Pengiriman Data Temperatur Jarak Jauh Menggunakan Infrared Berbasis AT89S51

1 31 68

Penerapan teknik penginderaan jauh untuk menduga debit puncak menggunakan karakteristik lingkungan fisik DAS studi kasus di daerah aliran sungai Bengawan Solo Hulu, Jawa Tengah

4 31 620

Kajian Perubahan Penutupan Lahan dengan Memanfaatkan Penginderaan Jauh di Wilayah Pesisir Teluk Banten

0 5 73

MONITORING DAN EVALUASI DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 7 14

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGANAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH DI Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2000 - 20

0 2 18

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 2 12

PENDAHULUAN Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

1 2 31

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 1 16

(ABSTRAK) KAJIAN PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH MULTI-TEMPORAL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BODRI.

0 0 2

Analisis Transisi Lahan di Kabupaten Gunungkidul dengan Citra Penginderaan Jauh Multi Temporal | Wardhana | Jurnal Ilmu Kehutanan 5737 9877 1 PB

0 1 14