Hubungan Jenis Rokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien

5.1.5 Hubungan Jenis Rokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien

Tuberkulosis Paru Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji fisher antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru, didapatkan hasil p-value 0,728 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru. Nilai Odd Ratio OR sebesar 0,720 artinya bahwa jenis rokok bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian gagal konversi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Haris 2013, dalam pembahasannya menyatakan bahwa jenis rokok tertentu tidak berpengaruh terhadap perubahan konversi sputum pasien tuberkulosis paru. Frekuensi pada responden kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak menghisap rokok filter 32 orang dibandingkan dengan rokok non filter 11 orang. Sama halnya dengan hasil penelitian Haris 2013, responden pada kelompok kasus maupun kontrol seluruhnya menghisap rokok filter 100 dan tidak terdapat responden yang menghisap rokok non filter. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami kejadian gagal konversi dan konversi sebagian besar menghisap rokok filter, namun rokok filter yang dihisap oleh responden bervariasi jenismereknya sehingga komponen bahan yang ada dalam rokok memiliki dosis yang berbeda pula. Hal ini menyebabkan tidak adanya hubungan terhadap kejadian gagal konversi, karena belum ada penelitian yang menyebutkan jenis rokok dan komponen dalam rokok serta seberapa besar dosisnya yang dapat menyebabkan kejadian gagal konversi dan memperparah penyakit tuberkulosis paru. Kebanyakan rokok yang ada di pasaran mengandung nikotin 10 mg dan melalui asap yang dihirupnya, perokok rata-rata menghisap 1-2 mg nikotin per batangn. Biasanya perokok menghisap sekitar 10 hisapan dalam sebatang rokok setiap satu periode lima menit. Adanya pembakaran rokok yang menghasilkan asap yang mengandung konsentrasi bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Menghirup memiliki risiko lebh tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Apalagi jika tidak melalui penyaringan filter yang cukup, maka akan semakin meningkatkan risiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan dan memperparah suatu penyakit tertentu.

5.1.6 Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Gagal Konversi

Dokumen yang terkait

FAKTOR FAKTORKOINFEKSI TB PARU PADA PASIEN HIVAIDS DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG TAHUN 2015

1 11 127

Pembuatan Sistem Informasi Bagian Kepegawaian Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat(BKPM) Wilayah Semarang.

0 3 8

ANALISIS FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT Analisis Faktor Risiko Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 9 16

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 14

PENDAHULUAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 5

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 1 15

ANGKA KEJADIAN PENEMUAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Angka Kejadian Penemuan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Bronkiektasis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012 Sampai 2013.

0 1 15

ANGKA KEJADIAN PENEMUAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT Angka Kejadian Penemuan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Bronkiektasis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012 Sampai 2013.

0 3 14

Karakteristik Individu yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Balita di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Kota Cirebon

0 0 8

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN SISTEM DOTS DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT PURWOKERTO

0 0 15