terutama fungsi pertahanan paru. Rusaknya fungsi pertahanan paru menyebabkan sistem kekebalan menurun dan fungsi fagositosis rusak sehingga menyebabkan
Mycobacterium tuberculosis mengalami resistensi terhadap jenis obat tuberkulosis. Masih terdapatnya Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh
menyebabkan hasil pemeriksaan BTA tetap positif setelah dilakukan pengobatan dua bulan.
5.1.4 Hubungan Jumlah Rokok yang dihisap Perhari dengan Gagal Kejadian
Konversi Pasien Tuberkulosis Paru
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap perhari dengan dengan kejadian gagal
konversi pasien tuberkulosis paru. Nilai Odd Ratio OR sebesar 4,976 artinya bahwa pasien tuberkulosis paru yang menghisap rokok 11
– ≥ 20 batang perhari berisiko 5 kali mengalami kejadian gagal konversi dibandingkan dengan pasien
tuberkuloasis paru yang menghisap rokok ≤ 10 batang perhari dengan CI 95
=1,330-18,614. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Haris 2013, bahwa jumlah
rokok yang dihisap perhari berhubungan dengan kejadian gagal konversi. Frekuensi pasien tuberklosis yang menghisap rokok 11
– ≥ 20 batang perhari pada kelompok kasus lebih tinggi 44,2 dibadingkan pada kelompok kontrol 14.
Sama halnya dengan penelitian Haris 2013, pada penelitian ini jumlah responden kelompok kasus yang menghisap rokok 11
– ≥ 20 batang perhari lebih tinggi 63 dibandingkan responden kontrol 40.
Menurut Wuaten zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif ditambahkan, suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan
gejala yang ditimbulkan. Pada perokok berat dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 10 batang setiap hari akan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh
asap rokok tersebut lebih cepat dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisap kurang dari 10 batang setiap harinya. Perokok berat yakni
perokok yang mengkonsumsi lebih 20 batang per hari akan memiliki berisiko 11,6 kali lebih besar terhadap penundaan konversi kultur selama pengobatan 60 hari.
Renee et al, 2014. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap setiap harinya maka akan
semakin banyak kandungan rokok yang masuk kedalam tubuh sehingga merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut muccociliary clearance. Bulu-bulu getar
dan bahan lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok. Asap rokok meningkatkan tahanan jalan napas airway resistance
sehingga menyebabkan pembuluh darah di paru-paru mudah bocor dan akan merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat memfagosit bakteri patogen.
Hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga mengakibatkan Mycobacterium tuberculosis mengalami resistensi obat setelah menjalani
pengobatan. Masih terdapatnya Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh berdampak pada hasil pemeriksaan sputum yang tetap positif pada pengobatan
selama dua bulan.
5.1.5 Hubungan Jenis Rokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien