4.2.1.7 Pengawas Minum Obat PMO
Distribusi responden berdasarkan pengawas minum obat PMO dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengawas Minum Obat PMO
Pengawas Minum Obat PMO
Frekuensi Jumlah
Gagal konversi Konversi
N N
N
Tidak ada 17
27,4 11
17,7 28
45,1 Ada
14 22,6
20 32,3
34 54,9
Jumlah 31
50,0 31
50,0 62
100,0 Berdasarkan tabel 4.10, hasil analisis univariat diketahui bahwa dari 31
responden gagal konversi kasus, sebanyak 17 orang 27,4 tidak memiliki pengawas minum obat PMO dan 14 orang 22,6 memiliki pengawas minum
obat PMO. Dari 31 reponden konversi kontrol, sebanyak11 orang 17,7 tidak memiliki pengawas minum obat PMO dan 20 orang 32,3 memiliki
pengawas minum obat PMO.
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
4.2.2.1 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien
Tuberkulosis Paru
Berdasarkan uji hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian gagal konversi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien Tuberkulosis Paru
Perilaku Merokok
Kejadian Gagal Konversi p-value
OR 95 CI
Gagal konversi
Konversi N
N
Merokok 26
41,9 17
27,4 0,028
4,282 1,303-
14,078 Tidak merokok
5 8,1
14 22,6
Jumlah 31
50 31
50 Berdasarkan tabel 4.11, hasil analisis hubungan perilaku merokok dengan
kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru diperoleh bahwa dari 31 responden gagal konversi kasus, sebanyak 26 responden 41,9 masih
melakukan aktivitas merokok selama menjalani pengobatan dua bulan dan 5 responden 8,1 tidak merokok selama menjalani pengobatan dua bulan. Dari 31
responden konversi kontrol, sebanyak 17 responden 27,4 masih melakukan aktivitas merokok selama menjalani pengobatan dua bulan dan 14 responden
22,6 tidak merokok selama menjalani pengobatan dua bulan. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square diperoleh p value=0,028.
Nilai p 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat
hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru. Nilai Odd Ratio sebesar 4,282 CI 95=1,303-14,078, dapat
diartikan bahwa pasien tuberkulosis paru yang masih melakukan aktivitas merokok lebih berisiko 4 kali terhadap kejadian gagal konversi.
4.2.2.2 Hubungan Usia Mulai Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi
Pasien Tuberkulosis Paru
Berdasarkan uji hubungan antara usia mulai merokok dengan kejadian gagal konversi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hubungan Usia Mulai Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien Tuberkulosis Paru
Usia Mulai Merokok
Kejadian Gagal Konversi p-value
OR 95 CI
Gagal konversi
Konversi N
N
≤ 10 tahun 10
20,0 9
18,0 0,935
0,802 0,254-
2,531
10 tahun 18
36,0 13
26,0 Jumlah
28 56,0
22 44,0
Berdasarkan tabel 4.12, hasil analisis hubungan usia mulai merokok
dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru diperoleh bahwa dari 28 responden gagal konversi kasus, sebanyak 10 responden 20,0 memiliki
riwayat merokok mulai usia ≤ 10 tahun dan 18 responden 36,0 memiliki
riwayat merokok mulai usia 10 tahun. Dari 22 responden konversi kontrol, sebanyak 9 responden 18,0 memiliki riwayat merokok mulai usia
≤ 10 tahun dan 13 responden 26,0 memiliki riwayat merokok mulai usia 10 tahun.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square diperoleh p value=0,935. Nilai p
0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara usia mulai merokok dengan kejadian gagal konversi
pasien tuberkulosis paru. Nilai Odd Ratio sebesar 0,802 dapat diartikan bahwa usia mulai merokok bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian gagal
konversi tuberkulosis paru.
4.2.2.3 Hubungan Lama Riwayat Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi