dengan jumlah rokok ≤ 10 batang perharinya yang merupakan risiko rendah
terhadap kejadian konversi. Sebagian besar responden yang merokok pada usia ≤
10 tahun juga menyatakan bahwa mereka tidak merokok setiap hari dan terdapat beberapa dari mereka juga berhenti merokok. Hal ini menyebabkan usia mulai
merokok tidak berhubungan dengan kejadian gagal konversi. Usia mulai merokok mempengaruhi lama merokok dimana semakin muda
usia seseorang mulai merokok maka semakin lama seseorang memiliki riwayat merokok dan makin sulit untuk berhenti merokok. Lamanya seseorang merokok
dapat memperparah kejadian tuberkulosis paru dan memperlambat kejadian konversi pada pasien tuberkulosis paru.
5.1.3 Hubungan Lama Riwayat Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi
Pasien Tuberkulosis Paru
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square antara lama riwayat merokok dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru,
didapatkan hasil p-value 0,021 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara lama riwayat merokok dengan dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru. Nilai Odd Ratio OR sebesar
4,8 artinya bahwa responden dengan lama riwayat merokok ≥ 10 tahun berisiko 5
kali mengalami kejadian gagal konversi dibandingkan responden dengan lama riwayat merokok 10 tahun dengan CI 95 =1,423-16,189.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ghasemia 2009, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara durasi merokok dengan kejadian
konversi pasien tuberkulosis paru p value = 0,001. Pada penelian yang dilakukan
oleh Ghasemia 2009, responden kelompok kasus yang memiliki riwayat merokok ≥ 10 tahun lebih banyak 50 orang dibandingkan dengan kelompok
kontrol 43 orang. Sama halnya dengan penelitian ini, pada responden kasus yang memiliki riwayat
merokok ≥ 10 tahun lebih tinggi 36 dibandingkan dengan kelompok kontrol 12. Karakteristik responden yang digunakan dalam sampel
penelitian keduanya sama yaitu jensi kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Haris 2013 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama riwayat merokok dengan kejadian konversi. Frekuensi responden yang memiliki lama
riwayat merokok 10 tahun lebih tinggi 52 dibandingkan dengan responden yang memiliki riwayat merokok
≥ 10 tahun 48. Hal ini berbeda dengan penelitian Haris 2013, Frekuensi responden yang memiliki lama riwayat
merokok ≥ 10 tahun lebih tinggi 87,8 dibandingkan dengan responden yang
memiliki riwayat merokok 10 tahun 12,2. Merokok dengan tuberkulosis merupakan masalah ganda karena
membantu dalam penyebaran infeksi, mengubah tuberkulosis laten dalam tahap aktif, serta memperburuk tingkat keparahan penyakit tuberkulosis Agarwal, dkk,
2010. Durasi merokok 11 – ≤ 20 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih berisiko
terhadap hasil kepositifan TB paru Ghasemia, 2009. Semakin lama seseorang merokok, maka semakin banyak gangguan
kesehatan yang ditimbulkan dari kandungan dalam rokok. Hal ini dikarenakan zat kimia berbahaya yang terdapat pada rokok maupun asap rokok jika dihisap akan
terakumulasi dalam tubuh dan berakibat pada rusaknya fungsi organ dalam tubuh
terutama fungsi pertahanan paru. Rusaknya fungsi pertahanan paru menyebabkan sistem kekebalan menurun dan fungsi fagositosis rusak sehingga menyebabkan
Mycobacterium tuberculosis mengalami resistensi terhadap jenis obat tuberkulosis. Masih terdapatnya Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh
menyebabkan hasil pemeriksaan BTA tetap positif setelah dilakukan pengobatan dua bulan.
5.1.4 Hubungan Jumlah Rokok yang dihisap Perhari dengan Gagal Kejadian