Teknik Pengolahan Data Analisis Data

4. Peneliti membacakan pertanyaan dalam kuesioner kepada responden kemudian langsung mencatat jawaban responden. 5. Mendokumentasikan penelitian dalam bentuk foto.

3.9.3 Tahap Post Penelitian

Akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan pada saat setelah selesai penelitian adalah: 1. Pengumpulan data setelah dilakukan wawancara. 2. Analisis data univariat dan bivariat. 3. Penyusunan hasil penelitian, pembahasan, dan penarikan kesimpulan penelitian.

3.10 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, mulai dari membuat editing, koding, skoring dan tabulasi. Langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :

3.10.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah secara komputerisasi melalui proses : 1. Editing Melakukan pengecekan kemungkinan terjadi kesalahan pada data yang sudah terkumpul. 2. Coding Memasukan kode-kode tertentu sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data. 3. Tabulating Penyusunan data dalam bentuk tabel agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. 4. Entry Memasukan data ke dalam program komputer SPSS versi 16.0 yang kemudian dilakukan analisis data.

3.10.2 Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini diolah secara statistik dengan menggunakan bantuan program komputer, melalui 2 jenis analisis yaitu: 3.10.2.1 Analisis Univariat Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat Sudigdo dan Sofyan, 2011:73. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat bermanfaat untuk melihat apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat gambaran data yang dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut selain itu digunakan untuk menggambarkan variabel bebas dengan variabel terikat yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi Notoatmodjo S, 2010: 182. 3.10.2.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95 dengan menggunakan nilai kemaknaan atau p sebesar 5. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Aturan yang berlaku untuk interpretasi uji Chi-Square pada analisis menggunakan SPSS adalah sebagai berikut : 1. Jika pada tabel silang 2x2 dijumpai Expected Count 5 lebih dari 20 jumlah sel, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji alternatif Chi-Square, yaitu uji Fisher. Hasil yang dibaca pada bagian Fisher’s Exact Test. 2. Jika pada tabel silang 2x2 tidak dijumpai Expected Count 5 atau dijumpai tetapi tidak lebih dari 20 jumlah sel, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil yang dibaca pada bagian Continuity Correction. 3. Jika tabel silang selain 2x2 dan tidak dijumpai tidak dijumpai Expected Count 5 atau dijumpai tetapi tidak lebih dari 20 jumlah sel, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil yang dibaca pada bagian Pearson Chi-Square. Hasil uji Chi-Square dilihat dengan nilai p. Jika nilai p0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Selain nilai p, untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko dilakukan analisis risiko odds ratio OR dengan menggunakan table 2x2 yaitu sebagai berikut : Tabel 3.3 Matriks perhitungan Odds Ratio OR Keterangan : Sel A : kasus mengalami pajanan Sel B : kontrol mengalami pajanan Sel C : kasus tidak mengalami pajanan Sel D : kontrol tidak mengalami pajanan Untuk menentukan variabel bebas sebagai hubungan atau bukan dilakukan uji OR dengan menghitung nilai Confident Interval CI 95 OR. Rumus menghitung OR adalah sebagai berikut Sudigdo Sastroasmoro, 2011 : OR = Odds pada kelompok kasus : Odds pada kelompok kontrol = Proporsi kasus dengan faktor risiko proporsi kasus tanpa faktor risiko Proporsi kontrol dengan faktor risikoproporsi kontrol tanpa faktor risiko = aa + c : ca + c bb + d : db + d = a c b d = ad bc Interpretasi nilai Odds Ratio OR : 1. OR 1, dan 95 CI tidak mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor resiko terjadinya gagal konversi. 2. OR 1, dan 95 CI mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti belum merupakan faktor resiko terjadinya gagal konversi. Disabilitas Ya kasus Tidak kontrol Jumlah Faktor risiko Ya A B A+B Tidak C D C+D Jumlah A+C B+D A+B+C+D 3. OR = 1, dan 95 CI mencakup angka 1 atau 95 CI mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor resiko terjadinya gagal konversi. 4. OR 1, dan 95 CI tidak mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko terjadinya gagal konversi. 5. OR 1, dan 95 CI mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti belum tentu merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko terjadinya gagal konversi Sudigdo Sastroasmoro, 2011. 57 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

FAKTOR FAKTORKOINFEKSI TB PARU PADA PASIEN HIVAIDS DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG TAHUN 2015

1 11 127

Pembuatan Sistem Informasi Bagian Kepegawaian Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat(BKPM) Wilayah Semarang.

0 3 8

ANALISIS FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT Analisis Faktor Risiko Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Balita Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

0 9 16

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 14

PENDAHULUAN Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 2 5

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Hubungan perilaku merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di balai besar kesehatan paru masyarakat (bbkpm) surakarta.

0 1 15

ANGKA KEJADIAN PENEMUAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU Angka Kejadian Penemuan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Bronkiektasis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012 Sampai 2013.

0 1 15

ANGKA KEJADIAN PENEMUAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT Angka Kejadian Penemuan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Bronkiektasis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012 Sampai 2013.

0 3 14

Karakteristik Individu yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Balita di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Kota Cirebon

0 0 8

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN SISTEM DOTS DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT PURWOKERTO

0 0 15