73
BAB V PEMBAHASAN
5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1.1 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi Pasien
Tuberkulosis Paru
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan
kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat BKPM Wilayah Semarang. Nilai Odd Ratio OR sebesar 4,282
artinya bahwa pasien yang masih melakukan aktivitas merokok selama menjalani pengobatan dua bulan berisiko 4 kali mengalami kejadian gagal konversi
dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok selama menjalani pengobatan dua bulan dengan CI 95=1,303-14,078.
Hasil penelitan ini sejalan dengan penelitian Nainggolan 2013, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian
gagal konversi pada pasien TB paru. Frekuensi aktivitas merokok pada kelompok kasus 60,2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol 39,83.
Sama halnya pada penelitian ini, jumlah respoden kasus yang masih melakukan aktivitas merokok memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 26 orang 69,3
dibandingkan dengan responden kontrol yaitu 17 orang 30,7. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suprijono
2005 yang mengatakan bahwa konsumsi bahan toksik yang salah satunya adalah merokok tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian konversi dahak secara
bermakna p=0,81. Pada penelitian Suprijono 2005 responden penelitian berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, berbeda halnya dengan penelitian ini
yaitu hanya pada responden dengan jenis kelamin laki-laki sehingga keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.
Pasien tuberkulosis paru yang masih merokok selama menjalani pengobatan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai konversi sputum
dibandingkan dengan penderita TB paru yang tidak merokok Zainul, 2010. Perokok memiliki risiko 5,6 kali lebih tinggi mengalami kejadian non-konversi
bila dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah merokok ataupun mantan perokok Renne et al, 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Boer 2014 di Brasil
menyatakan bahwa pasien yang menjalani pengobatan selama 60 hari atau 2 bulan untuk perokok secara signifikan meningkatkan risiko 5 kali lebih besar terhadap
non-konversi dibandingkan yang bukan perokok. Kandungan zat kimia berbahaya dalam rokok dan asap rokok
menyebabkan kuman mudah masuk. Selain itu, kebiasaan merokok yang dilakukan terus-menerus oleh pasien tuberkulosis paru dapat memperparah
penyakit tersebut. Zat kimia berbahaya tersebut masuk kedalam tubuh dan merusak sebagian mekanisme pertahanan paru sehingga mengganggu kebersihan
mukosilier dan mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi makrofag alveolar paru untuk fagositosis bakteri yang masuk. Penurunan fungsi makrofag
menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun, akibatnya mycobacterium tuberculosis melakukan replikasi dan menyebabkan resistensi kuman terhadap
obat tertentu.
5.1.2 Hubungan Usia Mulai Merokok dengan Kejadian Gagal Konversi