komponen dalam rokok serta seberapa besar dosisnya yang dapat menyebabkan kejadian gagal konversi dan memperparah penyakit tuberkulosis paru.
Kebanyakan rokok yang ada di pasaran mengandung nikotin 10 mg dan melalui asap yang dihirupnya, perokok rata-rata menghisap 1-2 mg nikotin per
batangn. Biasanya perokok menghisap sekitar 10 hisapan dalam sebatang rokok setiap satu periode lima menit. Adanya pembakaran rokok yang menghasilkan
asap yang mengandung konsentrasi bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Menghirup memiliki risiko lebh tinggi untuk menderita gangguan kesehatan
akibat rokok. Apalagi jika tidak melalui penyaringan filter yang cukup, maka akan semakin meningkatkan risiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan
kesehatan dan memperparah suatu penyakit tertentu.
5.1.6 Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Gagal Konversi
Pasien Tuberkulosis Paru
Kepatuhan minum obat merupakan perilaku pasien dalam menaati segala bentuk nasehat dan petunjuk oleh tenaga medis mengenai segala sesuatu yang
harus dilakukan oleh pengguna obat untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.Bagi pasien tuberkulosi paru, aspek kepatuhan minum obat ini sangat
penting dalam menunjang keberhasilan pengobatan TB. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan kejadian gagal konversi pasien tuberkulosis paru. Nilai Odd Ratio OR sebesar 4,263
artinya bahwa pasien tuberkulosis paru yang tidak teratur minum obatselama menjalani pengobatan dua bulan fase intensif lebih berisiko 4 kali mengalami
kejadian gagal konversi dibandingkan dengan pasien tuberkulosis paru yang minum obat secara teratur dengan CI 95 =1,192-15,252.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhani 2012, bahwa kepatuhan minum obat berhubungan dengan kejadian konversi BTA p value =
0,001. Frekuensi responden yang patuh minum obat lebih tinggi 74,1 dibandingkan pada responden yang tidak patuh minum obat 25,9. Hasil
penelitian ini sama halnya dengan penelitian Ramadhani 2013, frekuensi responden yang patuh minum obat lebih banyak 51 orang dibandingkan pada
responden yang tidak patuh minum obat 10 orang. Seseorang yang tidak patuh dalam menjalani pengobatan atau pengobatan
yang tidak adekuat dapat menyebabkan gagal konversi setelah dua bulan pengobatan. Seseorang yang dikatakan patuh minum obat adalah pasien TB paru
yang selalu minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter tanpa lalai minum obat sekalipun. Obat yang dikonsumsi oleh pasien tuberkulosis paru
nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangbiakan Mycobacterium tuberculosis Pratiwi, 2010. Pasien tuberkulosis paru yang tidak patuh dalam
menjalani pengobatan selama dua bulan berisiko 4 kali terhadap kejadian gagal konversi Amaliah, 2012.
Bagi pasien TB paru yang sedang menjalani pengobatan pada fase intensif dua bulan dituntut harus minum obat setiap hari tanpa terputus. Tujuannya untuk
membunuh bakteri dan menghambat tumbuh kembangnya bakteri dalam tubuh. Putusnya masa pengobatan sebelum waktunya akan mengakibatkan peningkatan
resistensi kuman, sehingga menjadi tidak efektif.
5.1.7 Hubungan Pengawas Minum Obat PMO dengan Kejadian Gagal