adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Manfaat lembar kegiatan siswa bagi guru, memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis Depdiknas, 2008: 15.
2.1.8 Model Pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya
Menurut Saad 2008: 142 pembelajaran konstruktivisme didefinisikan sebagai sebuah proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh dan
dibentuk dalam pemikiran seorang individu. Menurut Suherman 2003: 277 tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai
memberikan bantuan pelajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Model pembelajaran konstruktivisme dalam setting tutor sebaya merupakan
suatu kegiatan dalam pembelajaran di mana siswa menemukan konsep dari materi yang dipelajari melalui kegiatan diskusi kelompok. Di dalam setiap kelompok
terdapat seorang tutor sebaya. Peran tutor sebaya dalam pembelajaran dengan model konstruktivisme adalah sebagai teknik pembelajaran. Hal tersebut dengan alasan tutor
sebaya dalam model ini adalah suatu cara untuk meminimalisir kekurangan model pembelajaran konstruktivisme yaitu keterbatasan guru untuk menjangkau dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan, tutor sebaya dalam model ini akan
berperan pada pembelajaran kelompok yang merupakan unsur dari konstruktivis sosial seperti yang dikemukakan Vygotsky.
Langkah-langkah pembelajaran model konstruktivisme dalam setting tutor sebaya dalam pelaksanaannya di dalam kelas merupakan langkah-langkah
pembelajaran yang terdapat pada model pembelajaran konstruktivisme yang di dalamnya dipadukan dengan teknik tutor sebaya. Langkah-langkah pembelajaran
model konstruktivisme dalam setting tutor sebaya secara lebih terperinci adalah sebagai berikut.
Fase 1 : Orientasi
Siswa di awal pelajaran diberikan kesempatan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep yang akan dibahas dan siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,
mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.
Fase 2 : Elicitasi
Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok dan dengan bantuan tutor sebaya dalam kelompoknya, siswa memanfaatkan media pembelajaran yang ada
untuk menggali ide-ide yang dimiliknya mengenai pengetahuan dasar atau pengetahuan prasyarat dari materi yang dipelajari.
Fase 3 : Restrukturisasi ide
Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok dan dengan bantuan tutor sebaya dalam kelompoknya, siswa memanfaatkan media pembelajaran yang ada
untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Guru berkeliling mengamati diskusi siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Tutor sebaya akan
bertanggung jawab untuk membantu teman-temannya yang merasa kesulitan.
Fase 4 : Aplikasi Ide
Siswa menerapkan konsep yang diperolehnya dalam berbagai situasi untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Fase 5 : Review
Guru bersama siswa mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Guru memberi penguatan terhadap konsep yang ditemukan siswa sehingga tidak terjadi
miskonsepsi. Menjelang akhir pembelajaran guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan serangkaian pertanyaan.
2.1.9 Kemampuan komunikasi matematika siswa