untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Guru berkeliling mengamati diskusi siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Tutor sebaya akan
bertanggung jawab untuk membantu teman-temannya yang merasa kesulitan.
Fase 4 : Aplikasi Ide
Siswa menerapkan konsep yang diperolehnya dalam berbagai situasi untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Fase 5 : Review
Guru bersama siswa mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Guru memberi penguatan terhadap konsep yang ditemukan siswa sehingga tidak terjadi
miskonsepsi. Menjelang akhir pembelajaran guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan serangkaian pertanyaan.
2.1.9 Kemampuan komunikasi matematika siswa
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas
pemahaman. Para peserta didik harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan matematika secara verbal dan tertulis, mengkomprehensifkan dan
menginterpretasikan gagasan-gagasan yang dinyatakan peserta didik lain. Melalui komunikasi ide dapat dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan dan dikembangkan.
Menurut Agustyaningrum 2010, kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dikategorikan ke dalam lima kategori dengan cara hasil tes penskoran yang
diperoleh dipersentase. Kriteria persentase skor ditetapkan seperti pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Persentase Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Hasil Tes
Persentase yang diperoleh x Kategori
85 x Sangat Baik
70 x ≤ 85
Baik 55 x
≤ 70 Cukup
40 x ≤ 55
Kurang 25 ≤ x ≤ 40
Gagal Menurut Agustyaningrum 2010, indikasi rendahnya kemampuan komunikasi
matematika siswa adalah sebagai berikut. 1. Siswa kurang percaya diri dalam mengomunikasikan gagasannya dan masih
ragu - ragu dalam mengemukakan jawaban ketika ditanya oleh guru. 2. Ketika ada masalah yang disajikan dalam bentuk soal cerita siswa masih
bingung bagaimana menyelesaikannya, mereka kesulitan dalam membuat model m a t em ati s d a ri so al c e ri ta t e rse b ut.
3. S i sw a b el um m am p u mengomunikasikan ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang disampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur
sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya. Terkait dengan komunikasi matematika, dalam Principles and Standards for
School Mathematics NCTM 2000: 16 disebutkan bahwa standar kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut.
1 Mengorganisasi dan menkonsolidasikan pemikiran dan ide matematika dengan mengkomunikasikannya kepada siswa lain.
2 Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada sejawatnya, gurunya dan orang lain.
3 Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika orang lain. 4 Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide mereka dengan
tepat. Menurut Brenner 1998: 109, indikator kemampuan komunikasi matematika
dituliskan dalam Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Kerangka utama indikator komunikasi matematika
Communication About Mathematics
Communication In Mathematics
Communication With Mathematics
1. Reflection on cognitive processes. Description
of procedures,
reasoning. Metacognition-giving
reasons for procedural decisions.
1. Mathematical register. Special
vocabulary. Particular definitions
of everyday
vocabulary. Syntax,
phrasing Discourse. 1. Problem-solving
tool. Investigations. Basis for meaningful
action.
2. Communication with
others about cognition. Giving point of view.
Reconciling differences. 2. Representations.
Symbolic. Verbal.
Physical manipulatives.
Diagrams, graphs.
Geometric. 2. Alternative
solutions. Interpretation
of arguments
using mathematics.
Utilization of
mathematical problem solving in
conjunction with
other forms
of analysis.
Dari tabel di atas komunikasi matematika dapat terlihat sebagai tiga aspek yang berbeda.
Pertama, communication
about mathematics
merupakan proses
pengembangan kognitif siswa yang dibutuhkan untuk menggambarkan proses penyelesaian masalah dan gagasan yang mereka miliki tentang proses tersebut.
Kedua, communication in mathematics yaitu penggunaan bahasa dan simbol dalam menginterpretasikan matematika. Ketiga, communication with mathematics yaitu
penggunaan matematika yang memungkinkan siswa untuk penyelesaian masalah. Dari beberapa pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa pada dasarnya dapat ditinjau dari kemampuan komunikasi tertulis. Dalam penelitian ini aspek yang digunakan untuk
mengungkap kemampuan komunikasi matematis mengacu pada pendapat Brenner yaitu tentang communication in mathematics di kelas. Communication in
mathematics mencakup dua aspek, sebagai berikut. 1 Mathematical register, yaitu kemampuan siswa dalam menjelaskan ide, situasi,
dan relasi matematika, melalui kata-kata, sintaksis, maupun frase secara lisan maupun tertulis.
2 Representations, yaitu kemampuan siswa dalam menggambarkan atau menginterpretasikan ide, situasi, dan relasi matematika, melalui gambar benda
nyata, diagram, grafik, ataupun secara geometris.
2.1.10 Model Pembelajaran ekspositori