20
2.1.3 Area Prokrastinasi Akademik
Menurut Green dalam Ghufron 2003: 20, jenis tugas yang menjadi objek prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik.
Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik.
Adapun menurut Solomon dan Rothblum 1984: 504, prokrastinasi terjadi secara merata dalam enam area fungsi akademis yaitu tugas mengarang, belajar
untuk menghadapi ujian, membaca, tugas administrasi, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
Selanjutnya prokrastinasi terhadap keenam area fungsi akademis tadi dijelaskan oleh Ghufron 2003: 20-21 sebagaimana berikut ini:
1. Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya.
2. Tugas belajar untuk menghadapi ujian, mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian, misalnya ulangan mingguan, ujian tengah semester, dan
ujian akhir semester. 3. Tugas membaca, meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau
referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan. 4. Tugas administrasi, meliputi menyalin catatan, presensi, dan daftar peserta
praktikum. 5. Menghadiri pertemuan, meliputi penundaan atau terlambat masuk kelas atau
pelajaran, praktikum, dan pertemuan lainnya.
21
6. Kinerja akademik
secara
keseluruhan, meliputi kewajiban mengerjakan atau menyelesaikan tugas – tugas akademik secara keseluruhan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa ada enam area prokrastinasi akademik yaitu tugas mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, membaca,
tugas administrasi, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
2.1.4 Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik
Menurut Ferrari dan Ollivete dalam Anggraeni dan Widyarini 2008: 8-9 ada beberapa teori perkembangan yang menjelaskan terjadinya prokrastinasi
akademik, antara lain: 1. Psikodinamik. Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa
kanak-kanak mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. Seseorang yang pernah mengalami trauma akan
suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi
pada suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah
dialami dimasa lalu, sehingga ia menunda mengerjakan tugasnya, yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu.
2. Behavioristik. Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang
melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan reinforcement atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses
22
dalam melakukan tugas kuliahnya dengan melakukan penundaan, cenderung akan melakukan lagi perbuatannya. Sukses yang pernah ia rasakan akan
dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama dimasa yang akan datang. Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi
lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah
dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik, karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk
berperilaku tidak tepat waktu. 3. Cognitive behavioral. Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan
irrasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas. Seseorang
memandang tugas tersebut sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan aversiveness of the task. Oleh karena itu, seseorang merasa tidak mampu
untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga seseorang menunda- nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu, keyakinan irrasional
juga disebabkan oleh ketakutan yang berlebihan untuk gagal fear of failure. Seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas karena takut jika gagal
menyelesaikannya sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif akan kemampuannya. Akibatnya seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas yang
dihadapinya. Berdasarkan paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa terjadinya
prokrastinasi akademik dapat dijelaskan dengan tiga teori perkembangan yaitu
23
psikodinamik prokastinasi akademik karena trauma masa lalu terhadap tugas, behavioristik prokrastinasi akademik karena proses pembelajaran dan mendapat
reinforcement atas perilaku tersebut, dan cognitive behavior prokrastinasi akademik karena tugas dipandang berat dan tidak menyenangkan dan takut gagal.
2.1.5 Faktor-faktor yang Menyebabkan Prokrastinasi