Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia Dengan Faktor Fisik Kimia Perairan

4.7 Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia Dengan Faktor Fisik Kimia Perairan

Berdasarkan nilai parameter lingkungan yang diperoleh dari masing-masing stasiun penelitian setelah dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman Bivalvia maka didapatkan nilai korelasi seperti pada Tabel 4.8 Tabel 4.8 Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia dengan Faktor Fisik - Kimia Perairan Parameter r Signifikan Suhu +0.903 0,282 Penetrasi +0,945 0,211 Intensitas Cahaya +0,613 0,580 TDS +0,904 0,282 TSS -0,941 0,220 Kandungan substrat Organik -0,680 0,524 pH +0,988 0,044 Salinitas +0,912 0,269 DO +0,326 0,789 BOD 5 +0,421 0,724 COD -0,651 0,549 NO 3 -0,979 0,130 H’ PO 4 +0,988 0,098 Keterangan: Nilai + = Korelasi Searah Positif Nilai - = Korelasi Berlawanan Negatif Dari hasil uji korelasi Pearson antara faktor fisik kimia terhadap indek keanekaragaman Bivalvia seperti pada Tabel 4.8 ada yang berkorelasi searah + menunjukkan terjadinya hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia dengan keanekaragaman H, artinya semakin tinggi nilai faktor fisik kimia perairan hingga mendekati batas optimum maka nilai indeks keanekaragaman juga semakin tinggi. Ada yang berkorelasi berlawanan - yang berarti semakin tinggi nilai faktor fisik kimia maka keaekaragaman H semakin rendah. Universitas Sumatera Utara Menurut Sokal dan James 1992 koefisien korelasi dapat berkisar dari +1 untuk hubungan positif sempurna, sampai -1 untuk hubungan negatif sempurna. Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau assosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara -1 sd +1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Menurut Sugiyono 2005, tingkat hubungan nilai indeks korelasi dinyatakan sebagai berikut: Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Berdasarkan kriteria di atas dapat diketahui hubungan antara faktor fisik kimia air dengan nilai keanekaragaman Bivalvia berdasarkan interval koefisiennya, maka nilai korelasi suhu, penetrasi cahaya, TDS, pH, salinitas dan PO 4 dengan indeks keanekaragaman H berkorelasi positif sangat kuat, intensitas cahaya, berkorelasi positif kuat, BOD 5 berkorelasi positif sedang dan DO berkorelasi positif rendah. Suhu, penetrasi cahaya, intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis oleh organisme fatosintetik di dalam perairan. Menurut Barus 2004 bagi organisme air penetrasi cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme dalam habitatnya. Selanjutnya intensitas cahaya matahari mempengaruhi produktifitas primer. Hasil perubahan energi matahari menjadi energi kimia dapat diperoleh melalui proses Universitas Sumatera Utara fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses fotosintesis sangat tergantung pada intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO dan temperatur perairan. Hasil fotosintesis akan mempengaruhi ketersediaan oksigen dan nutrisi dalam perairan Michael, 1994. Salinitas juga berkorelasi positif sangat kuat terhadap keanekaragaman, semakin tinggi nilai salinitas pada hasil pengukuran semakin tinggi keanekaragaman Bivalvia yang ditemukan. Kerang ada yang hidup di air tawar, air payau, di perairan pesisir dan laut, namun mayoritas kerang hidup di laut baik perairan laut dangkal maupun laut dalam yang berarti sangat erat kaitannya dengan salinitas Setyono, 2006. Fosfat juga berkorelasi positif sangat kuat dengan keanekaragaman Bivalvia, dimana semakin tinggi nilai Fospat maka semakin tinggi pula keanekaragaman Bivalvia. Menurut Barus 2004 dalam ekosistem air fosfor terdapat dalam tiga bentuk yaitu senyawa fosfor anorganik seperti ortofosfat, senyawa organik dalam protoplasma dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk dari proses pengurain tubuh organisme. Menurut Joshimura dalam Simanjuntak 2006 tingkat kesuburan suatu perairan dapat ditinjau dari kadar fosfat. TSS dan NO 3 berkorelasi berlawanan sangat kuat, kandungan organik substrat dan COD berkorelasi negatif kuat. Tingkat kekeruhan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan suspensi massa air yang berasal dari sungai. Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi dapat menghalangi penetrasi cahaya matahari kedalam perairan Prayitno dan Edward, 2003. Menerut Poppo et al,. 2008 Zat padat tersuspensi TSS berkorelasi positif dengan Universitas Sumatera Utara kekeruhan. Semakin tinggi nilai zat padat tersuspensi maka nilai kekeruhan akan semakin tinggi.

4.8. Analisis Korelasi Distribusi Bivalvia dengan Faktor Fisik Kimia Perairan