Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E

Genus yang memiliki nilai terendah pada stasiun ini adalah Pinctada yang berarti habitat ini kurang cocok dengan kehidupan Pinctada, keadaan ini nampak dari kepadatan yang sangat rendah. Salah satu indikasi yang menunjukkan tidak cocoknya suatu habitat bagi biota adalah rendahnya kelimpahan biota tersebut pada suatu area ataupun ketidakmampuannya untuk berdistribusi mencapai areal tersebut Dodi, 1998. Selanjutnya Hamzah, 2009 menyatakan semakin tinggi kadar kekeruhan air, maka semakin tinggi tingkat kematian anakan kerang mutiara keadaan ini diduga disebabkan suspensi lumpur ikut terserap kedalam lambungnya sehingga mengganggu sistem metabolisme pencernaan. Selanjutnya menurut TTG Budidaya Perikanan 2000 menetapkan lokasi budidaya kerang mutiara Pintada maxima sebagai berikut salinitas 30 ‰ – 34 ‰, dasar perairan pasir karang, dan keserahan cukup tinggi. Menurut Hamzah 2009 presentase ketahanan hidup kerang mutiara cenderung lebih berhasil pada tingkat kecerahan air laut sebesar 6 m. Setelah dibandingkan dengan beberapa parameter fisik-kimia pada stasiun 3 antara lain kecerahan 120 cm, salinitas 26,8 ‰ dan substrat dasar lumpur berpasir beberapa nilai paramaeter tersebut menunjukkan bahwa stasiun ini kurang cocok untuk habitat Pinctada.

4.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E

’ Berdasarkan hasil analisis terhadap indeks keanekaragaman diversitas dan keseragaman equitabilitas Bivalvia pada masing-masing stasiun diperoleh nilai yang bervariasi seperti pada Tabel 4.3 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E’ Bivalvia Pada Setiap Stasiun Penelitian Stasiun Indeks 1 2 3 Keanekaragaman H’ 1,426 1,690 2,051 Keseragaman E 0,886 0,943 0,933 Indeks keanekaragaman pada ketiga stasiun berkisar antara 1,426 – 2,051 sedangkan indeks equitabilitas keseragaman berkisar antara 0,886 – 0,943. Indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada stasiun 3 mulut muara. Pada stasiun ini diperoleh genus Bivalvia paling banyak. Menurut Barus 2004 suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing relatif merata. Pada stasiun 3 dengan lokasi sudah mengarah ke laut lepas memiliki salinitas yang lebih tinggi dibanding dengan stasiun 1 dan stasiun 2. Menurut Setyono 2006 kerang ada yang hidup di air tawar, air payau, di perairan pesisir dan laut, namun mayoritas kerang hidup di laut baik perairan laut dangkal maupun laut dalam yang berarti sangat erat kaitannya salinitas. Indeks keanekaragaman paling rendah terdapat pada stasiun 1 dengan salinitas 12 ‰. Beberapa jenis Bivalvia tidak tahan terhadap salinitas yang rendah bahkan tidak dapat hidup pada salinitas yang sangat rendah Nurdin et al., 2006. Menurut Krebs 1985 jika keanekaragaman 0H2,302 maka keanekaragamannya rendah, 2,302 6,907 keanekaragaman sedang dan H 6,907 Universitas Sumatera Utara keanekaragaman tinggi. Dengan demikian keanekaragaman Bivalvia di Muara Sungai Asahan tergolong rendah dengan nilai 1,426 – 2,051. Untuk nilai equitabilitas keseragaman pada ke tiga stasiun berkisar antara 0,886 – 0,933. Menurut Krebs 1985 menyatakan indeks equitabilitas berkisar antara 0 – 1 nilai yang mendekati 0 keseragaman rendah sedangkan nilai yang mendekati 1 maka keseragaman tinggi. Dengan demikian indeks keseragaman Bivalvia di Muara Sungai Asahan tergolong tinggi.

4.4 Indeks Similaritas