m. NO
3
Nitrat
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar nitrat pada ketiga stasiun berkisar antara 0,09 mgl – 0,12 mgl, terendah pada stasiun 3 mulut muara sebesar
0,09 mgl dan tertinggi pada stasiun 1 sebesar 0,13 mgl. Tingginya kadar nitrat pada stasiun 1 mungkin disebabkan adanya serasah dari tumbuhan mangrove yang
membusuk dan diuraikan mikroorganisme menjadi zat hara. Menurut Rheinheimer et al., 1998 dalam Barus 2004 pada badan air terjadi
oksidasi nitrit menjadi nitrat dengan adanya mikroorganisme dan oksigen, peristiwa ini dikenal dengan proses nitrifikasi. Nitrat merupakan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Hasil pengukuran terhadap parameter nitrat pada ketiga stasiun melebihi baku
mutu air laut untuk biota laut. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh adanya bahan organik maupun anorganik yang berasal dari daratan yang terkikis dan menjadi
mineral terlarut yang terbawa oleh aliran sungai. Salmin 2005 menyatakan bahan organik dan anorganik yang terbawa aliran sungai menjadikan estuaria menjadi
perairan yang subur. Selanjutnya menurut Edward dan Tarigan 1997 tingginya kadar nitrat selain
berasal dari aliran-aliran air tawar juga berasal dari air hujan.
m. PO
4
Posfat
Kandungan posfat yang diperoleh pada ketiga stasiun berkisar antara 0,10 mgl – 0,13 mgl. Terendah pada stasiun 1 mangrove sebesar 0,10 mgl dan
Universitas Sumatera Utara
tertinggi pada stasiun 3 mulut muara sebesar 0,13 mgl. Setelah dibandingkan dengan baku mutu air laut kandungan posfat pada muara sungai Asahan nilainya di
atas baku mutu air laut. Hal ini diduga bersumber dari limpasan limbah industri perikanan dan pemukiman penduduk yang menghasilkan limbah organik .
Menurut Manik 2003 fosfat dalam suatu perairan bersumber dari limbah industri, limbah domestik dan pertanian hancuran-hancuran bahan organik dan
mineral-mineral fosfat. Kandungan fosfat di suatu daerah estuaria selain berasal dari perairan itu sendiri, juga tergantung pada keadaan di sekelilingnya seperti sumbangan
dari daratan melalui sungai ke perairan tersebut dan hutan mangrove yang serasahnya membusuk, karena adanya bakteri sebagai menguraikan serasah menjadi zat hara
fosfat. Selanjutnya Joshimura dalam dalam Simanjuntak 2006 menyatakan tingkat
kesuburan suatu perairan dapat ditinjau dari kadar fosfat dengan kisaran 0,07 – 1,61 ȝgl adalah kategori perairan cukup subur. Dengan demikian dari hasil pengukuran
pada ketiga stasiun perairan muara Sungai Asahan tergolong kategori cukup subur. Untuk lebih jelasnya klasifikasi tingkat kesuburan dapat di lihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7. Tingkat kesuburan menurut Joshimura dalam Simanjuntak 2006
Fosfat μg Al
Tingkat Kesuburan
0 – 0,06 Kurang subur
0,07 – 1,61 Cukup subur
1,62 – 2,32 Subur
3,23 Sangat subur
Universitas Sumatera Utara
4.7 Analisis Korelasi Keanekaragaman Bivalvia Dengan Faktor Fisik Kimia Perairan