DO Dissolved Oxygen HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran pada ketiga stasiun setelah dibandingkan dengan baku mutu air laut nilai BOD 5 ini masih jauh dibawah normal. Yang artinya perairan muara sungai Asahan tergolong baik. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Salmin 2005 suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan bisa dikategorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen terlarutnya DO 5 ppm dan kadar oksigen biokimianya BOD berkisar 0 – 10 ppm. Dengan demikian jika ditinjau dari hasil pengukuran DO dan BOD 5 pada ketiga stasiun masih berada dalam kisaran ambang batas yang berarti perairan tersebut belum tercemar oleh limbah organik.

l. DO Dissolved Oxygen

Nilai oksigen terlarut pada ketiga stasiun berkisar antara 5,20 mgl – 6,00 mgl terendah pada stasiun 2 sebesar 5,20 mgl hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya buangan sampah-sampah organik yang mudah membusuk yang berasal dari pemukiman dan pelabuhan. Menurut Poppo et al., 2008 penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut dalam air adalah adanya buangan bahan-bahan yang mudah membusuk. Untuk proses penguraian sampah-sampah organik tersebut mikroorganisme pengurai membutuhkan oksigen. Selanjutnya rendahnya kadar oksigen pada suatu perairan diduga disebabkan oleh banyaknya sampah-sampah organik yang berasal dari darat sehingga membutuhkan banyak oksigen untuk penguraiannya Taraundu, 1993. Nilai DO tertinggi pada stasiun 3 sebesar 6,00 mgl ini mungkin disebabkan mengingat lokasi Universitas Sumatera Utara stasiun 3 sudah jauh dari pemukiman terhindar dari buangan limbah-limbah organik. Nyibaken 1992 mengemukakan masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuaria karena kondisinya yang dangkal, pengadukan serta pencampuran oleh angin biasanya akan memberikan persediaan oksigen terlarut yang cukup dalam kolom air. Selanjutnya Sidabutar dan Edward 1995 menyatakan sumber utama oksigen terlarut di dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesa biota yang memiliki klorofil yang hidup di perairan. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, suhu, salinitas, pergerakan air di permukaan, luas daerah permukaan air yang terbuka dan prosentase oksigen di sekelilingnya. Menurut Barus 2004 setiap kenaikan suhu 10º C akan meningkatkan laju metabolisme, termasuk ikan sebesar 2 – 3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme maka konsumsi oksigen juga meningkat dan akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan menjadi berkurang. Hasil pengukuran ini setelah dibandingkan dengan baku mutu air laut kadar oksigen pada ketiga stasiun tergolong normal. KLH 1984 dalam Edward 1995 menetapkan nilai ambang oksigen terlarut antara 3 ppm – 8 ppm untuk budidaya kerang hijau dan tiram, dan 2 ppm – 3 ppm untuk budidaya kerang bulu dan kerang darah. Universitas Sumatera Utara

m. NO