52
Merujuk pada penelitian terdahulu tersebut, kendati tidak menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan akan tetapi penelitian pada jenjang SMA,
terlebih di Kabupaten Kendal belum pernah dilakukan. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk meneliti tentang manajemen sekolah dengan fokus penelitian di
SMA swasta. Sebab pada penelitian terdahulu hanya mengungkap bagaimana implementasi MBS, belum mengungkap apakah ada perbedaan kinerja sekolah
swasta.
2.8. Kerangka berpikir
Pergeseran pendekatan dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan di Indonesia telah berimbas pada pengelolaan sistem pendidikan, yakni dari semula
yang lebih bersifat sentralistik bergeser ke arah pengelolaan yang bersifat desentralistik. Hal ini secara implisit dinyatakan dalam Undang-undang No 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2001, bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota. Melalui desentralisasi pendidikan diharapkan permasalahan pokok pendidikan yaitu
masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan manajemen dapat terpecahkan. Untuk memecahkan berbagai prmasalahan tersebut maka diperlukan adanya
strategi pendidikan, yang mengedepankan kerjasama antara pihak yang berkepentingan stakeholders. Dimana dalam perkembangan selanjutnya menjadi
model pengelolaan sekolah yang dinamakan school based management atau manajemen berbasis sekolah
MBS. Dengan adanya manajemen berbasis sekolah
53
ini diharapkan sekolah dapat meningkatkan kemandirian disegala bidang untuk lebih meningkatkan layanan dan mutu pendidikan.
Pada penelitian terdahulu, disebutkan bahwa kinerja MBS mempengaruhi kualitas output sekolah. Penelitian Zanto 2008 menyatakan bahwa penerapan
MBS berpengaruh terhadap kualitas kelulusan siswa baik secara parsial variabel manajemen maupun secara simultan bersama-sama yaitu sebesar 40,6.
Sedangkan Cranston menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah dalam MBS selalu melibatkan semua komponen yang ada di sekolah.
Penelitian Sri Yulianingtyas 2008 menyebutkan bahwa kinerja manajemen sekolah pada MAN dan swasta sudah ideal, meskipun ada beberapa
perbedaan antara keduanya, perbedan masing-masing aspek manajemen sekolah secara keseluruhan adalah MAN lebih unggul daripada swasta, aspek yang sangat
menonjol yaitu sumber dana sekolah, dimana pada MAN mamiliki keunggulan sumber dana.
Sedangkan Gregg Steward Rowland dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Pelaksanaan MBS di Australia optimal dan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap sekolah menengah, namun output belum optimal, karena dipengaruhi beberapa aspek komponen manajemen yang kurang dikembangkan
secara optimal, antara lain: kepemimpinan kepala sekolah, kesiswaan, tenaga kependidikan dan peran serta masyarakat.
Untuk mewujudkan mutu pendidikan maka diperlukan keterpaduan dari semua komponen pendidikan yang saling berkaitan. Ada tujuh komponen dalam
MBS, komponen-komponen tersebut antara lain meliputi kurikulum, personel
54
sekolah tenaga kependidikan, peserta didik kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, hubungan dengan masyarakat, dan layanan khusus.
Suatu satuan pendidikan akan dapat mencapai tujuannya apabila para personelnya dapat membangun jalinan kerjasama demi terwujudnya visi dan misi sekolah yaitu
meningkatkan kualitas peserta didik. Sekolah swasta yang diteliti dalam penelitian ini mempunyai misi dan visi
yang berbeda-beda, namun masing-masing mempunyai sasaran yang sama yaitu untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Dalam penelitian ini akan digali secara
mendalam mengenai tujuh komponen manajemen sekolah, ditambah dengan kepemimpinan kepala sekolah. Dalam bidang kurikulum sekolah sudah
menggunakan KTSP sesuai dengan Permendiknas, tetapi dalam penerapannya masih harus dibenahi lagi. Pada aspek peraturan akademiknya kurang
dilaksanakan dengan baik, sebab tingkat kedisiplinan siswa masih rendah. Jika dilihat dari tenaga kependidikannya masih banyak yang harus dibenahi lagi
terutama dalam merekrut personel baru. Di sekolah swasta masih terdapat guru yang mengajar dari satu mata pelajaran yang kadang kurang sesuai dengan latar
belakang pendidikannya. Dari aspek kesiswaan, input sekolah swasta masih tergolong rendah sebab kebanyakan dari siswanya adalah mereka yang tidak
diterima di sekolah negeri. Pada saat seperti sekarang ini, rata-rata sekolah swasta mengalami
penurunan dalam penerimaan siswa baru. Sehingga ini menjadi tantangan sekolah untuk terus meningkatkan kinerjanya agar penurunannya tersebut dapat
diminimasisir. Selain itu pada aspek keuangan sekolah harus pandai-pandai
55
mencari tambahan sumber dana dan mengelola keuangan dan pembiayaan, karena berasal dari swadaya sekolah sendiri.
Sekolah akan senantiasa berlomba untuk dapat meningkatkan mutu sekolah, yaitu dengan memperbaiki kinerja manajemen. Dan untuk dapat
mengimplementasikan MBS dituntut adanya dukungan tenaga kerja yang trampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif
dan memberdayakan otoritas daerah setempat. Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan
kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer
sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif bagi guru.
Jadi konsep manjemen sekolah sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada tanggungjawab individu sekolah untuk merancang mutu yang diinginkan,
melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus-menerus menyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam pengimplementasian manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu lulusannya. Masing-masing sekolah dapat melaksanakan MBS sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Dan pengelolaan komponen MBS tersebut berbeda-beda pada setiap sekolah. Namun pada dasarnya mampunyai tujuan yang
hampir sama yaitu untuk meningkatkan kinerja sekolah dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas.
56
Masing-masing sekolah memang memiliki implementasi MBS yang berbeda, tergantung pada kepala sekolah sebagai motor penggeraknya yang
menentukan arah kebijakan sekolah. Adanya penelitian-penelitian terdahulu dijadikan bahan rujukan untuk dilakukannya penelitian tentang manajemen
sekolah pada tingkat SMA di Kabupaten Kendal, sebab sebelumnya belum ada penelitaian mengenai konsep MBS. SMA swasta di Kabupaten Kendal
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu sekolah dengan akreditasi A, B dan C. Berdasarkan akreditasi inilah penelitian ini dilakukan uji beda agar diketahui letak
perbedaan dari tiap kelompok.
57
Kerangka berpikir peneliti dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:
1. Kepemimpinan kepala sekolah
a. kepribadian
b. manajerial
c. kewirausahaan
d. supervisi
e. sosial
2. Kurikulum dan Program pengajaran
a. kurikulum KTSP
b. kalender pendidikan
c. program pembelajaran
d. penilaian hasil belajar
e. peraturan akademik
3. Tenaga kependidikan
a. kepala sekolah wakil
b. guru
c. konselor
d. tenaga pustakawan
e. tenaga laboratorium
f. tenaga administrasi
4. Kesiswaan
a. input
b. proses pembelajaran
c. output
5. Keuangan dan pembiayaan
a. sumber dana
b. penggunaan
c. laporan
6. Sarana dan prasarana
a. pengadaan sarana prasarana
b. pemeliharaann sarana prasarana
c. perawatan sarana prasarana
7. Hubungan masyarakat
a. hubungan dengan masyarakat
b. kemitraan dengan instansi lain
8. Layanan khusus
a. perpustakaan
b. kesehatan
c. keamanan
Kinerja manajemen SMA swasta
Sekolah akreditasi B Sekolah akreditasi C
Sekolah akreditasi A
Uji beda anova
Gambar 2.1 keran
g
ka berpikir
58
2.9. Hipotesis