39
4. Keterlibatan peran serta warga skolah dan masyarakat dalam pengelolaan
dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan 5.
Setiap sekolah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output dan pemanfaatan lulusan
6. Kemitraan dilakukan dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah
7. Kemitraan SMA dilakukan minimal dengan perguruan tinggi.
8. Sistem kemitraan sekolah ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis.
h. Manajemen layanan khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan
bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien Mulyasa, 2002: 52 Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta
didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya dikelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di
sekolah maupun dirumah. Disamping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri dan juga dapat mengajar dengan
metode bervariasi, misalnya belajar individual Suprihatin, 2004: 60 Manajeman khusus lainnya adalah layanan kesehatan dan keamanan.
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusian Indonesia seutuhnya,
40
yaitu”.... manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani”. Disamping itu juga sekolah perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan
para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman Mulyasa, 2002: 52
2.3. Kinerja
2.3.1 Pengertian kinerja
Pengertian kinerja prestasi untuk kerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya Mangkunegara, 2003: 136-137. Kinerja mempunyai hubungan erat dengan
produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai produktivitas organisasi yang tinggi.
Swasto 1996 menjelaskan bahwa kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan individu dalam kurun waktu
tertentu. Peter F. Drucker dalam Sagala 2007: 179 menyatakan bahwa kinerja adalah uji tuntas terhadap institusi. Sedangkan Harris, Meintyre, Littleton dan
Long mengatakan bahwa kinerja adalah perilaku yang menunjukkan kompetensi yang relevan dengan tugas yang realistis dan gambaran perilaku di fokuskan pada
konteks pekerjaan yaitu perilaku diwujudkan untuk memperjelas deskripsi- deskripsi kerja menentukan kinerja yang akan memenuhi kebutuhan organisasi
yang diinginkan. Kata ”kinerja” adalah terjemahan dari kata dalam bahasa inggris
”performance” yang berarti pekerjaan, perbuatan, penampilan atau pertunjukan.
41
Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala 2006:179 mengartikan kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan direncanakan
sebelumnya. Unsur-unsur kinerja menurut Chaplin terdiri atas aktivitas, tingkah laku
behavior dan produktivitas. Aktivitas activity adalah gerakan atau tingkah laku organisme semua proses mental atau fisiologis. Tingkah laku behavior adalah
sembarang resppon reaksi, tanggapan, jawaban, balasanyang dilakukan secara khusus dari satu kesatuan pola reaksi mencakup segala sesuatu yang dilakukan
atau dialami oleh seseorang. Produktivitas productivener daya produksi, kualitas kemampuan yang kreatif, kualitas kesanggupan menyelesaikan sebagian besar
tugas seperti penelitian, publikasi dan lain-lain. Penilaian kinerja kepala sekolah adalah upaya meningkatkan menajemen sekolah yang efektif yaitu derajat sekolah
mencapai tujuannya, efisien dan berkualitas yaitu kualitas menejerial dan kualitas layanan belajar Sagala, 2007: 180.
2.3.2 Unsur Kinerja
Berdasarkan pengertian di atas kinerja mengandung 3 tiga unsur, yaitu: a.
Unsur waktu, dalam hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu, dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode
dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan, maupun tahun. b.
Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus
memberikan hasil setengah dari keseluruhan. c.
Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus meguasai betul dan bersedia mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang
42
efektif dan efisien, ditambah pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja
berlebihan.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Ada dua macam faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu: a.
Faktor Individual, yaitu faktor yang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasinya, unsur, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman kerja, latar belakang budayadan variabel-variabel personal lainnya.
b. Faktor Situasional, yaitu faktor sosial dan organisasi, meliputi:
kebijaksanaan organisasi, jenis pelatihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
c. Faktor Fisik dan Pekerjaan, meliputi: metode kerja, desain dan kondisi alat-
alat kerja, penataan ruang kerja dan lingkungan kerja seperti penyinaran, kebisingan, dan fentilasi.
2.4. Kinerja sekolah
Dalam kitannya dengan dunia pendidikan, salah satu tujuan penilaianadalah mengukur kemempuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang
ditargetkan. Disamping mengukur kemampuan peserta didik, dalam dunia persekolahan juga akan menilai program-program sekolah. Penilaian adalah upaya
sistematis mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menafsirkan data, fakta dan
43
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dengan tujuan mengumpulkan nilai atau perangkat kompetensi seseorang dalam satu bidang keahlian keprofesian
kependidikan seperti kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan berdasarkan norma kriteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut dalam proses
pengembalian keputusan kinerja yang direkomendasikan. Tujuan utama pendidikan adalah meneruskan kebudayaan kepada generasi
muda melalui proses sosialisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut ada sejumlah faktor yang menjadi penentu kinerja sekolah seperti kepemimpinan kepala sekolah
yang kuat, dukungan ahli manajemen sekolah, ketersediaan sarana prasarana sekolah, penggunaan secara optimal fasilitas belajar dikelas, laboratorium,
perpustakaan dan tempat belajar lainnya serta ketersediaan anggaran yang mendukung penyelenggaraan penggunaan sekolah Sagala, 2007: 179
Peter dan Waterman adalah konsultan yang pernah melakukan kajian mendalam terhadap beberapa perusahaan Amerika yang mencapai tingkat kinerja
unggul. Hasil kajiannya menyimpulkan ada tujuh faktor penyumbang terhadap efektivitas organisasi menggambarkan kinerja organisasi yang kemudian
dipopulerkan dengan sebutan 7S Framework, yang terdiri dari strategi, struktur, sistem, staff, style gaya, skill keahlian, shared values superordinate goals
nilai-nilai bersama. Ketujuh faktor tersebut saling terkait dan berhubungan menyumbang
keseluruhan kinerja sekolah. Karakteristik kinerja organisasi dapat digambarkan 1 karakteristik organisasi, terdiri dari struktur dan teknologi, 2 karakteristik
lingkungan, meliputi lingkungan intern dan ektern, 3 karakteristik karyawan,
44
terdiri dari komitmennya kepada organisasi dan kinerja individual dan tim, dan 4 kebijakan dan praktik manajemen mencakup a penyusunan tujuan strategis,
b pencariandan pendayagunaan sumber daya yang tersedia, c menciptakan lingkungan berprestasi, d proses komunikasi, e kepemimpinan dan
pengambilan keputusan, dan f inovasi dan adaptasi organisasi.
2.5. Ukuran keberhasilan kinerja sekolah