Deskriptif dari masing-masing aspek manajemen

99 B dan C terdapat perbedaan karena nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 atau lebih kecil daripada 0,005 0,005. Pada variabel layanan khusus antara sekolah dengan akreditasi A, B dan C terdapat perbedaan karena nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 atau lebih kecil daripada 0,005 0,005.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Deskriptif dari masing-masing aspek manajemen

1 Kepemimpinan kepala sekolah Dari aspek kepemimpinan kepala SMA swasta, sekolah dengan akreditasi A dan B mempunyai kriteria sangat ideal. Sedangkan sekolah dengan akreditasi C hanya mempunyai kriteria ideal. Namun berdasarkan pengamatan masih terdapat kelemahan pada kompetensi supervisi. Hal ini dikarenakan kepala sekolah jarang ke sekolah, datang ke sekolah sudah siang sehingga jarang melakukan pemantauan KBM , selain itu kepala sekolah juga enggan melakukan supervisi. Kelemahan ini terjadi karena budaya orang Indonesia yang malas. Hal ini sejalan dengan pendapat Muchtar Lubis yang mengatakan bahwa salah satu ciri-ciri orang Indonesia adalah tidak suka bekerja keras kecuali kalau terpaksa Amri Marzali, 2005:134 Temuan dalam penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliningtyas 2008 yang menyebutkan bahwa dalam aspek kepemimpinan, kepala sekolah mempunyai kelemahan pada kompetensi supervisi. 100 Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh dan kuat agar mampu mengambil keputusan dan inisitif untuk meningkatkan mutu sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah yang telah ditetapkan. 2 Kurikulum dan program pengajaran Manajemen kurikulum dan program pengajaran pada sekolah dengan akreditasi A mempunyai kriteria sangat optimal, sekolah dengan akreditasi B dan C berkriteria optimal. Dalam manajemen ini terdapat kelemahan pada aspek program pembelajaran dan peraturan akademik. Kelemahan pada program pembelajaran disebabkan karena metode pembelajaran yang masih konvensional sehingga guru monoton dalam mengajar, kurang ada supervisi dan tidak adanya insentif dalam program kerja. Hasil ini konsisten terhadap penelitian yang dilakukan Yuliningtyas 2008 yang mengungkapkan bahwa masih sedikitnya guru yang mamvariasikan metode pembelajaran yang disebabkan kurangnya kesadaran dalam mamvariasikan metode pembelajaran sendiri. Tingkat efektivitas pembelajaran sangat dipengeruhi oleh pendidik dan peserta didik. Perilaku pendidik yang efektif antara lain adalah mengajar dengan jelas, menggunakan jenis penugasan dan pertanyaan yang membangkitkan daya pikir siswa, menggunakan variasi metode pengajaran dan sumber belajar. Sedangkan perilaku peserta didik mancakup motivasi belajar, keseriusan dan sikap belajar yang positif. 101 Kelemahan pada peraturan akademik terjadi karena peraturan yang ada hanya diberlakukan untuk peserta didik, guru sekedar membuat peraturan namun tidak memberi contoh dalam merealisasikannya. Seperti adanya larangan merokok di lingkungan sekolah, yang dilanggar oleh guru sendiri. Seharusnya guru sebagai seorang teladan bagi murid-muridnya harus mampu memberi contoh yang baik dengan tidak merokok di lingkungan sekolah. Hal ini tidak sesuai dengan semboyan “ing ngarso san tulada, ing madya mangunkarsa, tut wuri handayani” . Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah guru seharusnya dapat merealisasikan dan melaksanakan peraturan yang berlaku dan pemberian sanksi harus tegas kepada siapa saja yang melanggar peraturan sekolah. 3 Tenaga kependidikan Manajemen tenaga kependidikan di SMA rata-rata berkriteria sangat ideal. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah dari masing-masing sekolah sudah mempunyai empat wakil kepala sekolah wakasek yaitu wakasek kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana dan wakasek bidang humas. Selain itu sekolah juga sudah mempunyai tenaga kependidikan lainnya seperti guru dan konselor. Dalam tenaga kependidikan ini masih terdapat kelemahan pada tenaga guru laboran dan pustakawan. Masih banyak guru disekolah swasta yang mengampu lebih dari satu mata pelajaran yang kadang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh. Kebijakan ini dilakukan untuk meminimalisir pengeluaran sekolah, daripada harus merekrut dan menggaji guru baru. Kebanyakan guru sekolah 102 swasta bukan pegawai tetap dan merupakan guru terbang sehingga guru hanya hadir disekolah saat ada jam mengajar saja. Laboran dan pustakawan di sekolah swasta belum mempunyai kualifikasi akademik yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini disebabkan karena pihak sekolah atau yayasan mengangkat laboran dan pustakawan berdasarkan hasil seleksi masuk, tidak disesuaikan dengan background pendidikannya. Menurut Suprihatin 2004:42 agar para personel atau tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya secara tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna, mereka perlu ditata berdasarkan prinsip ”The right man on the right place” , dengan memperhatikan latar belakang pendidikan, ijazah atau keahliannya dan interes kerjanya. Sehingga hal ini tidak konsisten dengan tenaga laboran dan pustakawan di masing-masing sekolah.

4 Kesiswaan

Manajemen kesiswaan dari sekolah dengan akreditasi A mempunyai kriteria sangat tinggi, sekolah akreditasi B berkriteria tinggi. Sedangkan sekolah dengan akreditasi C hanya berkriteria cukup tinggi. Manajemen kesiswaan ini menunjuk pada kegiatan pencatatan murid dari proses penerimaan sanpai murid meninggalkan sekolah karena sudah mengikuti pedidikan di sekolah tersebut. Rata-rata sekolah swasta mempunyai kelemahan pada aspek masukan input dan output siswa. Berdasarkan hasil pengamatan, input sekolah masih tergolong rendah, mayoritas siswanya berasal dari mereka yang tidak diterima di sekolah negeri. Berbeda dengan 103 sekolah swasta di kota-kota besar, SMA di Kab Kendal belum mempunyai legalitas yang besar seperti yang ada di kota besar seperti Semarang. Sehingga masyarakat lebih memprioritaskan anaknya untuk sekolah di negeri. Output sekolah swasta belum mencapai 100. Ini terjadi karena kualitas input yang masih rendah tersebut, sehingga menyebabkan outputnya belum maksimal meskipun proses pembelajarannya telah diupayakan semaksimal mungkin. Dalam aspek masuk ke perguruan tinggi PT, menurut kepsek jumlah siswa yang melanjutkan ke PT masih rendah, hal ini disebabkan oleh rendahnya minat siswa dan pola pikir orang tua yang maih sederhana, kurang nya informasi dari instansi terkait dan kebanyakan masih terkendala olah biaya karena keadaan ekonomi keluarga yang tergolong menengah kebawah. 5 Manajemen keuangan dan pembiayaan Manajemen keuangan dan pembiayaan pada sekolah akreditasi A berkriteria sangat tinggi, sekolah akreditasi B berkriteria tinggi, sedangkan sekolah akreditasi C berkriteria cukup tinggi. Menejemen keuangan dan pembiayaan ini meliputi sumber, penggunaan dan pelaporan dana yang digunakan. Sumber dana pada sekolah swasta berasal dari swadaya sekolah dan yayasan yang menaungi sekolah tersebut. Dalam manajemen keuangan ini sekolah swasta masih mempunyai kelemahan pada aspek sumber dana. Sekolah A mempunyai sumber dana yang relatif besar, karena sekolah A sudah berdiri sejak lama dan mempunyai prestasi yang lebih bagus dibandingkan sekolah B dan C. Sehingga sekolah A mempunyai legalitas yang 104 baik di mata masyarakat, hal ini yang menyebabkan donatur tertarik untuk membantu bantuan sekolah tersebut. 6 Sarana prasarana Manajemen sarana prasarana pada sekolah akreditasi A dan B mempunyai kriteria sangat optimal. Sedangkan sekolah dengan akreditasi C mempunyai kriteria optimal. Secara keseluruhan sekolah swasta mempunyai kelemahan pada aspek pengadaan sarana prasarana karena keterbatasan dana yang dimiliki sekolah. Sehingga sarana prasarana yang ada masih kurang lengkap, sekolah hanya mamiliki sarana prasarana sebagaimana yang disyaratkan dalam standar pelayanan minimal sekolah. Dalam hal kuantitaspun masih sedikit. Sebagian sarpras belum terpelihara dengan baik. Hal ini karena kesadaran siswa masih rendah untuk memelihara sarana prasarana yang ada di sekolah misalnya masih banyak corat-coretan ditembok, lingkungan sekolah yang masih kotor yang diakibatkan kurangnya kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya. Pemeliharaan disini dimaksudkan agar sarana prasarana tetap berfungsi untuk mendukung jalannya proses pendidikan. Namun pada kenyataanya pemeliharaan masih dilakukan oleh tukang kebun sekolah. Berbeda dengan sekolah C yang juga masih mempunyai kelemahan pada aspek inventarisasi. Hal ini karena sekolah belum mempunyai buku inventarisasi. Fasilitas pembelajaran juga masih terbatas dan jumlahnya relatif sedikit. 105 Menurut mulyasa 2004: 49 manajemen sarana prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarpras pendidikan agar dapat memberikan kontribusi yang berarti pada proses pendidikan. Sekolah menyediakan sarpras yang diperlukan untuk menyelenggarakan program pendidikan. Penyediaan sarana prasarana yang memenuhi tuntutan pedagogik diperlukan untuk menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang bermakna, menyenangkan dan memberdayakan sesuai karakteristik mata pelajaran dan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan efektif, kognitif, dan psikomotor perserta didik. 7 Hubungan masyarakat Manajemen hubungan masyarakat pada sekolah akreditasi A dan B mempunyai kriteria yang sangat optimal. Sedangkan pada sekolah akreditasi C mempunyai kriteria optimal. Terdapat kelemahan pada aspek hubungan dengan instansi lain seperti kurangnya informasi mengenai perguruan tinggi atau bahkan jadwal pelaksanaan ujian akhir. Hal ini disebabkan karena sekolah kurang tanggap terhadap informasi-informasi yang ada. Sekolah juga memiliki komite sekolah atau organisasi sejenis uantuk memberi peluang pada masyarakat untuk berperan sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, penghubung, dan pengontrol. Sekolah swasta menjalin kerjasama yang baik dengan lembaga terkait dan yayasan yang menaungi sekolahnya.

8 Layanan khusus

Dalam manajemen layanan khusus sekolah yang akreditasinya A memiliki kriteria yang sangat optimal, sedangkan sekolah dengan akreditasi B dan C berkriteria optimal. Kondisi UKS masih kurang terawat dengan baik hal 106 ini terlihat dari tata ruang yang kurang nyaman dan banyak peralatan yang rusak. Berbeda dengan sekolah akreditasi A dimana UKS nya jauh lebih bersih dan ruangannya terlihat nyaman dengan peralatan yang masih dalam keadaan yang baik. Pemanfaatannyapun belum digunakan secara optimal sebab belum adanya tenaga yang ahli dari bidang kesehatan.

4.2.2 Perbedaan dalam tiap aspek manajemen