Macam-macam Sikap Sosial Pembentukan Sikap Sosial

23 terbentuk sikap sosial yang baik pada diri seseorang terhadap orang lain di lingkungannya.

2.2.4 Macam-macam Sikap Sosial

Gerris dkk dalam Monks 2002:122 mengemukakan bahwa macam- macam sikap sosial yang berhubungan dengan perkembangan sosial dibagi dalam tiga bagian yaitu: ”1 Kognisi sosial artinya pengertian atau tingkah laku orang lain; 2 Kecakapan dalam bergaul dengan orang lain, seperti sikap altruistis dan sikap kooperatif; 3 Nilai-nilai sosial, artinya berpikir dan bertindak dalam kenyataan sosial dan berlangsung atas dasar pemikiran nilai-nilai.” Tinggi rendahnya sikap sosial mahasiswa yang positif kemungkinan besar dapat dilihat dari kecenderungan suka menolong, memiliki kepedulian terhadap sesama, dapat bekerjasama, suka bekerja keras, tenggang rasa dan tepo sliro, serta tidak egois. Sedangkan sikap sosial yang berlawanan dari sikap-sikap diatas merupakan sikap sosial yang negatif. Dengan adanya kecenderungan positif dan negatif maka individu akan merespons segala obyek sosial yang dihadapi dalam lingkungannya untuk menentukan pilihan sebagai hal yang harus diterima atau ditolak. Dengan kata lain, sikap sosial dapat menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh individu dalam lingkungan sosialnya. Sikap sosial mahasiswa dengan latar belakang kognisi sosial yang bervariasi dapat ditunjukkan dengan kecenderungan suka menolong, suka berbagi, dapat bekerjasama, bertindak jujur, mudah akrab, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain, sikap peduli terhadap orang lain, simpati, dan empati.

2.2.5 Pembentukan Sikap Sosial

24 Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Melainkan senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu Gerungan, 2002:154. Interaksi sosial di dalam lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan sikap seseorang dan membentuk sikap sosial yang baru. Interaksi sosial sangat diperlukan bagi mahasiswa KKN yang perlu penyesuaian diri dan pengamatan terhadap orang- orang baru beserta lingkungan di sekelilingnya. Hal ini ditegaskan oleh Mar’at 1982:23 bahwa ”pembentukan sikap berawal dari proses pengamatan”. Berdasarkan proses pengamatan tersebut kemudian akan menghasilkan persepsi seseorang terhadap suatu objek sosial. Persepsi ini berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuannya. Faktor pengalaman, proses belajar memberikan bentuk dan struktur terhadap objek sosial, sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Melalui aspek kognisi akan timbul ide, kemudian terbentuk konsep sehingga muncul keyakinan belief terhadap objek tersebut. Kemudian aspek afeksi memberikan evaluasi emosional senang atau tidak senang terhadap objek sosial. Selanjutnya adapun aspek konasi yang menentukan kesediaan atau kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap objek sosial. Dibawah ini dapat dilihat bagan persepsi mengenai pembentukan sikap : 25 Walgito 2001:119-120 menyimpulkan mengenai proses pembentukan sikap sosial yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1 Faktor individuinternal Individu menanggapi dunia luarnya bersifat selektif, ini berarti bahwa apa yang di dapat dari luar tidak semuanya begitu saja diterima tetapi individu mengadakan seleksi antara yang akan diterima dan yang akan ditolak. Misalnya melalui pengalaman, pengetahuan, dan emosi yang dimiliki individu. PERSEPSI Objek Psiko- logika Pengalaman Proses Belajar sosialisasi Cakrawala Pengetahuan K E P R I B A D I A N Kognisi Afeksi Konasi Sikap Evaluasi Senangtidak senang Kecenderungan bertindak Faktor- faktor lingkungan yang mempe- ngaruhi Gambar 2.2 Pembentukan sikap Mar’at, 1982:23 26 2 Faktor luareksternal Hal-hal atau keadaan yang ada di luar dari individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap sosial antara individu dengan individu yang lain, antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok. Misalnya pengaruh orang lain yang dianggap penting atau orang terdekatnya, pengaruh kebudayaan, lembaga pendidikan dan lainnya. Dengan melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sosial terbentuk melalui interaksinya dengan suatu objek, hubungan antar individu, dan hubungan antar kelompok. Dalam penelitian ini faktor internal lebih memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap sosial pada seseorang karena terlebih dahulu mengadakan seleksi dalam menanggapi dunia sosialnya sesuai dengan konsep dan pemikirannya mengenai dunia sosial dan lingkungannya. Dengan demikian pembentukan sikap sosial tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui kognisi sosial yang terus berkembang mengikuti perkembangan individu. Hurlock 2000:5 menegaskan bahwa ”ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap terhadap perubahan-perubahan dalam perkembangan individu, yaitu : penampilan diri, perilaku, stereotip budaya, nilai-nilai budaya, perubahan peranan, dan pengalaman pribadi”. 1 Penampilan diri Tak dapat dipungkiri bahwa penampilan merupakan salah satu penunjang diterimanya seseorang dalam suatu lingkungan. Apabila seseorang berpenampilan menarik maka besar kemungkinan untuk mudah diterima dalam lingkungannya. Kemudian melalui penerimaan yang baik dari 27 lingkungannya, secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap sosialnya terhadap lingkungan yang telah menerimanya tersebut. Hurlock 2000:5 menambahkan ”perubahan-perubahan yang meningkatkan penampilan diri seseorang akan diterima dengan senang hati, dan mengarah kepada sikap yang menyenangkan. Sedangkan perubahan-perubahan yang mengurangi penampilan diri akan ditolak, dan segala cara akan diusahakan untuk menutupinya”. Pada usia dewasa awal seperti halnya mahasiswa memiliki kecenderungan untuk selalu memperhatikan penampilannya agar terlihat menarik sehingga mudah diterima oleh lingkungan. 2 Perilaku Perubahan perilaku yang negatif akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap perubahan yang kurang menyenangkan. Misalnya pada usia dewasa awal yang memiliki kecenderungan mobilitas tinggi, sehingga ia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri yang mengakibatkan buruknya penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Hurlock 2000:7 menyatakan bahwa ”beberapa tahap perkembangan ke arah pendewasaan ditandai dengan perilaku yang lebih sulit dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya”. 3 Stereotip budaya Stereotip budaya dapat dipelajari oleh individu melalui media massa. Stereotip ini memiliki kecenderungan untuk dijadikan patokan atau penilaian terhadap orang-orang dalam rentangan berbagai usia. Hal ini dikarenkan perkembangan individu dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan standar- standar budaya dan segala hal yang ideal, maka perubahan dalam standar- standar tersebut akan mempengaruhi pola-pola perkembangan. 28 4 Nilai-nilai budaya Setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu yang dikaitkan dengan usia-usia yang berbeda. Misalnya usia dewasa awal dianggap sebagai usia produktif, sehingga sikap masyarakat terhadap usia ini lebih menyenangkan. Apalagi bila usia tersebut merupakan mahasiswa KKN yang aktif di lingkungan masyarakat, rajin, dan suka bekerja keras. Namun sebaliknya apabila mahasiswa KKN tidak mampu mengembangkan pribadi yang ulet, aktif, rajin dan suka bekerja keras maka masyarakat akan bersikap kurang menyenangkan. 5 Perubahan peranan Sikap seseorang terhadap masyarakat dari berbagai macam usia sangat dipengaruhi oleh peran yang mereka mainkan. Misalnya kepada pengangguran, maka sikap masyarakat terhadap mereka kurang simpatik karena dianggap kurang kurang produktif dalam usia yang relatif masih muda. 6 Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap sosial seseorang dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan. Apabila perubahan tersebut kurang menyenangkan maka sikap sosial yang ditunjukkan cenderung kurang menyenangkan.

2.2.6 Perubahan Sikap Sosial

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65