33
lingkungan, memungkinkan dia untuk dapat dengan mudah mengamati, mengevaluasi dan menangkap realitas sosial yang ada dalam dunia sosialnya.
Sehingga kognisi sosial dapat digunakan untuk mengetahui yang dilakukan seseorang dalam hubungan dengan lingkungan sosialnya.
2.3.2 Teori Kognisi Sosial
Kognisi sosial sangat berperan dalam membentuk sikap sosial seseorang. Meskipun begitu, kognisi sosial tidak muncul secara tiba-tiba melainkan terbentuk
mengikuti proses perkembangan seseorang dan lingkungannya. Dalam dunia sosial, saat kita ingin mengetahui lebih jauh untuk mengetahui dan memahami
penyebab di balik perilaku orang lain, lebih dikenal dengan atribusi. Atribusi merupakan upaya kita untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain,
dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri Baron Byrne, 2004:49. Kesalahan seseorang dalam mencari penyebab perilaku orang
lain dapat menimbulkan kesalahpahaman, yang berujung pada konflik atau pertengkaran dalam hubungan antar pribadi. Sebaliknya, orang yang mampu
melakukan atribusi dengan baik maka dapat secara tepat memahami perilaku orang lain, memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam masalah
tertentu dapat mengerti penyebab dari perilaku diri sendiri. Teori atribusi ini dikemukakan oleh Heider, yang menurutnya perilaku manusia dapat disebabkan
dua faktor yakni eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari faktor situasi yang menekan sehingga
memunculkan perilaku tertentu, sedangkan faktor internal dilihat sebagai hasil dari kemampuan ablity, kekuatan power, dan usaha yang ditunjukkan oleh
34
seseorang Dayakisni, 2003:47. Meskipun begitu, tidak semua individu mampu memberikan interpretasi tentang perilaku seseorang dengan baik. Menurut
Walgito 2001:62 kesalahan dalam memberikan interpretasi mengenai perilaku seseorang bersumber pada kesesatan atribusi, sebagai berikut :
1 The fundamental attribution error, sumber kesesatan yang
disebabkan orang sangat menekankan faktor internal dalam melihat perilaku seseorang, sedangkan faktor eksternal
tidak dihiraukan.
2 The actor-observer effect, merupakan sumber kesesatan
dimana seseorang melihat perilaku orang lain disebabkan karena faktor dalam, sedangkan perilaku dirinya sendiri
disebabkan karena faktor luar.
3 The self-serving bias, merupakan sumber kesesatan dimana
orang memandang atau berasumsi bahwa diriny itu tidak dapat berbuat salah. Bila seseorang mengalami
keberuntungan, ia menyatakan bahwa itu disebabkan karena faktor dalam, namun sebaliknya apabila mengalami
kegagalan hal tersebut disebabkan oleh faktor luar.
Ada beberapa cara agar seseorang dapat terhindar dari kesalahan atribusi yaitu dengan memperhatikan faktor eksternal. Berikut adalah yang perlu
dijalankan agar kita mampu melakukan atribusi dengan baik : 1
Memperhatikan tingkah laku yang dipilih secara bebas, seseorang memilih suatu perilaku atau tindakan yang diambil dengan bebas, tanpa adanya
tekanan dari situasi atau eksternal. Karena tidak ada tekanan dari luar dirinya, maka ia bebas memilih untuk menentukan sikap yang positif atau
yang negatif. 2
Rendah tingkat harapan sosial, kita perlu memperhatikan tindakan yang tingkat harapan sosialnya rendah dengan tindakan yang tingkat harapan
sosialnya tinggi. Apabila seseorang melakukan tindakan yang berada pada
35
harapan sosial rendah dalam lingkungan masyarakat yang memiliki harapan sosial tinggi maka orang tersebut mempunyai kepribadian yang tidak
menarik simpati masyarakat. Meskipun begitu, ada kalanya seseorang tidak bisa sepenuhnya
menghindari kesalahan atribusi. Hal ini dikarenakan kognisi sosial setiap orang berbeda-beda sehingga tidak setiap orang mampu melakukan atribusi di
lingkungan tempat ia tinggal. Dalam proses belajarnya, dari waktu ke waktu seseorang diharapkan mampu mengembangkan kognisi sosialnya terhadap
lingkungan baru agar tercapai kemajuan dalam kehidupannya. Misalnya mahasiswa yang mengikuti KKN, mereka tidak dapat menolak ketika ditempatkan
di desa terpencil yang jauh dari pusat kota. Dengan merubah cara berpikir bahwa ini merupakan tugas mulia untuk membantu pemerintah menuntaskan masyarakat
dari buta aksara, maka mahasiswa tersebut akan mampu menunjukkan sikap sosial yang baik kepada masyarakat, nrimo dan tidak menggerutu ketika harus tinggal di
lingkungan asing yang jauh berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses kognisi sosial merupakan faktor
penting dalam pembentukan sikap sosial, terutama dalam perkembangan individu.
2.3.3 Aspek Dasar Kognisi Sosial