11
Dikenal dengan istilah biosistem, yaitu organisasi kehidupan dipandang sebagai sebuah sistem yang saling berinteraksi dan tidak berdiri sendiri. Secara bertingkat
dikenal dengan istilah: sistem atom, sistem molekul, sistem gen, sistem sel, sistem jaringan, sistem organ, sistem individu organism, sistem populasi, dan
sistem komunitas ekosistem. Dari pengelompokan ini lahirlah keanekaragaman hayati tingkat ekosistem yang dianggap dapat mewakili dalam mempelajari salah
satu keanekarahaman hayati. Satino, 2012:5-10
2. Keanekaragaman Jenis Capung
Keanekaragaman jenis adalah keanekaan spesies organisme yang menempati suatu ekosistem, di darat maupun di perairan. Dengan demikian
masing-masing organisme mempunyai ciri yang berbeda satu dengan yang lain Bappenas, 2004 : 6. Keanekaragaman tingkat jenis ditunjukkan dengan adanya
beraneka macam jenis makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun mikroba. Keanekaragaman jenis capug ditunjukkan dengan adanya persamaan dan
perbedaan yang terdapat pada satu jenis capung dengan jenis lainnya. Perbedaan yang terdapat diantara organise berbrda jenis leboh banyak dibandingkan dengan
perbedaan yang terdapat diantara organisme satu jenis. Dua organisme yang berbeda jenis mempunyai susunan gen yang lebih banyak perbedaanya dari pada
yang tergolong satu jenis IGP Suryadharma dkk, 1997 : 27.
3. Capung Ordo Odonata
a. Morfologi Capung
Istilah
capung
dalam bahasa Indonesia biasa ditujukan kepada kedua sub ordo odonata, yaitu Anisoptera atau capung biasa dan Zygoptera atau capung
jarum. Capung termasuk ke dalam kelas InsectaSerangga. Secara umum,
12 serangga merupakan kelompok utama dari hewan beruas Arthropoda yang
bertungkai enam, oleh karena itu mereka disebut pula Hexapoda atau berkaki enam. Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga
bagian. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa tersebut adalah kepala caput, dada thoraks, dan perut abdomen Andika Prasetya. 2014
Kepala atau caput capung berbentuk kapsul, merupakan bangunan yang kuat yang dilengkapi dengan mulut, antena, dan mata Mochamad Hadi. 2009:3.
Capung memiliki sepasang mata yang mampu melihat kesegala arah, berukuran besar dan hampir memenuhi seluruh kepala yang terdiri dari mata majemuk dan
mata tunggal. Terdapat sepasang antena yang bertipe setaceus berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada bagian ujung Suhara. 2014:11. Mulut
capung bertipe pengunyah yang dapat digunakan untuk memegang, menggerakkan, dan mengunyah makanan.
Dada atau toraks relatif kecil dengan dilengkapi sayap dan tungkai. Capung memiliki sayap bertipe sayap membran yang terdiri dari dua pasang,
biasa disebut sayap depan dan sayap belakang. Bentuk sayap memanjang, berangka, dan berselaput. Pada sub ordo Anisoptera, mempunyai sayap belakang
yang lebih lebar. Pada waktu istirahat, sayap diletakkan secara horizontal atau membuka. Sedangkan pada sub ordo Zygoptera atau capung jarum, sayap dapan
dan sayap belakang memilik memiliki bentuk yang relatif serupa dengan bagian dasar sayap menyempit. Pada saat istirahat umunya capung jarum meletakkan
sayapnya dalam keadaan menutup Borror. 1992:240-254. Tungkai capung
13 relatif pendek berjumlah 3 pasang yang bertipe raptorial yang berfungsi untuk
menangkap mangsa dan hinggap. Perut atau abdomen berbentuk memanjang, agak silindris, beruas-ruas,
meruncing dibagian ujung, dan terdapat kelenjar kelamin. Ruas abdomen berjumlah sepuluh yang bersifat fleksibel. Menurut William dan Feltmate 1992
dalam Siti Nurul. 2008:5 ukuran abdomen pada ruas pertama, kedua, kedelapan, dan kesepuluh lebih pendek daripada ruas lain. Kelenjar kelamin dan lubang
kelamin berada di ujung abdomen, namun pada capung jantan alat penyampai penis dan cantol-cantol pelengkap berada di dasar abdomen pada ruas ke dua
dan tiga, sedangkan pada capung betina berada di ujung abdomen Redaksi Ensiklopedi Indonesia.1989:37
b. Klasifikasi Capung