81 Gambar 7. Grafik hasil perhitungan Indeks Kekayaan Jenis R
e. Kelimpahan Relatif Capung di Jogja Adventure Zone
Kelimpahan Relatif menggambarkan jumlah individu dari suatu jenis dalam suatu komunitas. Grafik 6 menggambarkan nilai kelimpahan relatif masing-masing
jenis capung di Jogja Adventure Zone menurut Lowen 1996 dalam Colin Bibby. 2000:109. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat 2 jenis capung yang
masuk dalam kategori melimpah yaitu Crocothemis servilia dan Ischnura senegalensis.
Jenis capung lainnya sebanyak 3 jenis masuk dalam kategori umum, 8 jenis masuk dalam kategori sering, 14 jenis masuk dalam kategori tidak umum,
dan 8 jenis masuk dalam kategori jarang. Semakin melimpah suatu jenis maka jenis tersebut akan semakin
mendominasi pada suatu habitat Syaifudin, 20011:58. Crocothemis servilia dan Ischnura senegalensis
adalah jenis capung yang sangat mudah beradaptasi dan toleran dengan perubahan lingkugan. Kedua jenis ini hampir mendominasi di
seluruh area perairan-perairan terbuka.
3,693 3,686
3,205 3,491
2,800 3,000
3,200
3,400 3,600
3,800
T1 T2
T3 T4
N il
ai In
d e
ks
Waktu Pengamatan
Indeks Richneskekayaan jenis R
82 Gambar 8. Grafik Hasil perhitungan kategori kelimpahan relatif jenis-jenis capung di Jogja Adventure Zone
2,3 0,2 3,5 0,2 0,2 43,3
0,4 165,4
126,7 467,1
13,5 7,5 0,8 1,7 73,5
27,717,731,032,9 1,9 14,0 4,2 10,2 0,4 8,3 0,4
28,523,5 679,0
25,6
9,2
0,2 288,1
2,1 1,9 0,0
100,0 200,0
300,0 400,0
500,0
600,0 700,0
800,0
N il
ai Ke
li pa
h an
Rel at
if
Kategori Kelimpahan Relatif Jenis-Jenis Capung di Jogja Adventure Zone
83
Berikut ini adalah pemaknaan hasil penghitungan kategori kelimpahan relatif menurut Lowen 1996 dalam Colin Bibby 2000 dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi lapangan. Tabel 14. Pemaknaan kategori kelimpahan relatif untuk melihat skala urutan
kelimpahan sederhana
Nilai Kelimpahan Relatif Skala Urutan
1 Jarang
1-20 Tidak Umum
21-100 Sering
101-400 Umum
400 Melimpah
f. Faktor Abiotik di Jogja Adventure Zone
Tabel 3 menggambarkan kondisi faktor-faktor abiotik di Jogja Adventure Zone
pada setiap waktu penelitian. Suhu udara berkisar antara 26,5 C
– 33 C, suhu
udara terendah ada di waktu pagi waktu pertama dan suhu udara tertinggi ada di waktu siang hari waktu ke tiga sedangkan suhu air rata-rata 28
C di semua waktu. Clarke 2003 mengatakan bahwa temperatur lingkungan mempengaruhi segala
aktivitas serangga, karena semua serangga adalah hewan poikiloterms yaitu suhu tubuhnya dipengaruhi oleh temperatur lingkungan Martin R. Speight. 2008:33.
Menurut Lyons 1944 telur serangga akan rusak mati apabila temperatur lingkungannya berada di bawah 5.8
C atau diatas 30 C, sedangkan Peat 2005
dan Omkar Pervez 2004 mengatakan bahwa telur serangga akan berkembang dengan baik pada temperatur antara 25
C – 30
C dan temperatur optimalnya adalah 27
C Martin R. Speight. 2008:34. Sedangkan untuk serangga dewasa,
84
Jumar 2000 mengatakan bahwa serangga dapat bertahan hidup pada suhu antara 15
C – 45
C, sedangkan suhu optimal bagi serangga adalah 25 0C Nuri Gustia. 2014 : 3.
Kelembaban udara berkisar antara 53 - 82,5. Kelembaban udara merupakan faktor penting yang mempengaruhi penyebaran, aktivitas,
perkembangan serangga, kemampuan terbang, kemampuan bertelur, dan pertumbuhan serangga. Kisaran kelembaban udara optimum bagi serangga pada
umumnya sekitar 73-100 . Kelembaban optimum serangga berbeda menurut jenis dan stadium tingkatan kehidupan pada masing-masing perkembangan Sunjaya
1970 dalam Sudarwati dkk, 2014 : 15. Kelembaban udara yang rendah akan mempercepat penguapan atau kehilangan air dari tubuh makhluk hidup Agus
Dharmawan, 2005:33. Saat kelemban udara menurun, beberapa jenis capung lebih memilih bertengger di bawah naungan, namun untuk jenis-jenis capung yang
menyukai intensitas cahaya yang tinggi seperti Urothemis signata, Diplacodes trivialis,
dll tetap memilih bertengger di bawah terik matahari dengan memposisikan tubuhnya dalam posisi obelix abdomen diangkat keatas.
Kondisi lingkungan yang ideal bagi capung meliputi faktor biotik dan abiotik yang dapat mendukung kehidupan capung di suatu tempat, dan setiap hewan
memiliki batas kisaran tertentu terhadap setiap faktor lingkungannya. Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Hukum Toleransi Shelford bahwa setiap organisme
mempunyai batas minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor
lingkungannya Agus Dharmawan, 2005:38
85
g. Karakteristik Habitat Capung di Jogja Adventure Zone