Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman jenis capung di Indonesia mencapai 900 spesies. Jumlah ini diperkirakan sekitar 15 dari total 5680 jenis capung yang ada di dunia Wahyu Sigit. 2013: 3. Capung memiliki peranan penting bagi manusia karena merupakan salah satu bioindikator untuk memantau kualitas air. Nimfa capung tidak bisa hidup pada air yang tercemar atau yang tidak bervegetasi Susanti, 1998: 24. Selain itu, capung juga berperan dalam bidang kesehatan maupun pertanian. Nimfa capung berperan sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk, sedangkan capung dewasa dikenal sebagai pengendali hama tanaman. Capung dewasa memangsa serangga lain seperti walang sangit dan ngengat Mareyke Moningka. 2012: 91. Keberadaan capung sangat dipengaruhi oleh keberadaan perairan di suatu wilayah. Di Yogyakarta sudah mulai sulit menemui tempat yang masih mendukung kehidupan capung secara alami karena sebagian besar landscape di kota ini sudah beralih fungsi menjadi wilayah perkantoran dan perumahan. Sungai-sungai yang melintasi kota Yogyakarta juga mengalami pencemaran air serta beralih fungsinya bantaran sungai menjadi pemukiman warga. Kondisi ini memberi ancaman keberlangsungan hidup capung di Yogyakarta. Salah satu lokasi yang masih mendukung kehidupan capung di Yogyakarta adalah di Jogja Adventure Zone. Jogja Adventure Zone adalah tempat outbond yang dikelola oleh Primkopau VI Skadik 104 Wingdik Terbang Lanud Adisutjipto yang meliputi area seluas 50.000 m 2. . Jogja Adventure Zone sering dikunjungi oleh 2 pelajar SDSMPSMA bahkan Mahasiswa dan masyarakat umum untuk melakukan rekreasi maupun outbond. Kondisinya yang masih alami dan lokasi yang dekat dengan kota menjadikan Jogja Adventure Zone sebagai destinasi yang menarik untuk dikunjungi Tabah, 2013. Jogja Adventure Zone memiliki ekosistem yang menarik, terdapat dua kolam pancing dengan luas masing-masing 9.000 m 2 dan 2.000 m 2 yang dikelilingi oleh pepohonan dan perdu. Kondisi ini menjadikan Jogja Adventure Zone memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi tidak terkecuali jenis serangga capung. Tercatat 32 jenis capung dari hasil survei yang pernah dilakukan oleh Indonesia Dragonfly Society pada bulan Mei 2014. Keberadaan Jogja Adventure Zone memberi harapan kelestarian hidup bagi capung-capung yang masih bertahan di sana. Kondisi ini tentu perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya dari pengelola sendiri, namun juga pengunjung yang melakukan kegiatan. Diharapkan pengunjung masyarakat bisa mengetahui keberadaan keanekaragaman hayati terutama capung yang ada di kawasan tersebut. Keberadaan capung di Jogja Adventure Zone masih jarang digunakan sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, sehingga masih dipandang sebelah mata oleh pengunjung bahkan mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Jogja Adventure Zone memiliki potensi sebagai laboratorium alam yang dapat dijadikan ruang belajar karena kondisi lingkungannya yang masih terjaga dan tingginya biodiversitas jenis capung. Apabila potensi ini dapat diangkat menjadi bagian dari pembelajaran ko-kulikuler materi keanekaragaman hayati, maka siswa 3 akan memperoleh pemahaman materi kenaekaragaman hayati baik secara umum maupun mendapatkan pengetahuan spesifik tentang keanekaragaman capung beserta habitatnya. Selain itu, siswa akan lebih menghargai dan turut melestarikan keberadaan capung di sekitar mereka mengingat pentingnya peran capung di lingkungan sebagai bioindikator, predator hama alami, dan penyeimbang ekosistem. Djohar dalam Suratsih, 2010: 8 mengatakan, proses belajar biologi merupakan perwujudan dari interaksi subjek didik siswa dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, serta proses dan produk. Seorang guru adalah mediator antara siswa dan objek belajar dituntut untuk bisa mengintegrasikan antara kegiatan belajar dengan fenomena yang ada di lingkungan sekitar. Sedangkan siswa dalam mempelajari suatu objek dituntut untuk aktif belajar melalui informasi- informasi yang diperoleh dari lingkungan, sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang utuh serta mengubah sikap siswa kearah yang lebih baik dalam mehadapi objek dan fenomena di sekitarnya. Hanya saja keterbatasan pengetahuan seorang guru dan kurang pekanya siswa terhadap fenomena di alam menjadikan kurang optimalnya pemanfaatan fenomena alam dalam pembelajaran biologi. Alasan belum diangkatnya potensi keanekaragaman capung di Jogja Adventure Zone dalam dunia pendidikan adalah karena belum adanya suatu petunjuk yang mampu memadukan antara kegiatan belajar dengan potensi capung yang ada di sana. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Keanekaragaman Capung Di Jogja Adventure Zone Sebagai Bahan Lembar Kegiatan Siswa Bagi Siswa Kelas X SMA ”. 4

B. Identifikasi Masalah