Uji Signifikansi Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

74 diamati, model Quantum Teaching lebih unggul dalam mengembangkan enam indikator, sedangkan model seperti biasanya unggul dalam mengembangkan dua indikator. Dalam gambar 11 dari delapan indikator yang diamati, model Quantum Teaching unggul dalam mengembangkan enam indikator, sedangkan model seperti biasanya unggul dalam meningkatkan satu indikator. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model Quantum Teaching dapat lebih mengembangkan indikator kreativitas siswa dibandingkan model seperti biasanya. Berdasarkan uraian data hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa rata- rata hasil perolehan skor kreativitas siswa akhir pada kelas kontrol dengan menerapkan model QuantumTeaching lebih besar dibandingkan dengan rata-rata hasil perolehan skor kreativitas siswa akhir pada kelas kontrol yang menerapkan model seperti biasanya dengan metode ceramah bervariasi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Jumo.

D. Uji Signifikansi

Hasil penelitian dapat dikatakan sigifikan jika angka signifikansi pada penelitian 0,05. Jika angka signifikansi hasil penelitian 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan. Angka signifikansi penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 14. Hasil Uji Signifikansi Variabel Signifikansi Keterangan Kreativitas 0,005 Signifikan 75 Dari tabel 14. Diketahui bahwa angka signifikansi peenelitian ini adalah O,005. Angka signifikansi 0,0050,05, jadi hasil penelitian dinyatakan signifikan.

E. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan pengaruh model Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA pada kelas V SD Negeri Jumo. Hasil penelitian didapat dari data yang diperoleh selama proses penelitian yang dilaksanakan di SD negeri Jumo dan SD Negeri 1 Ngadirejo pada semester II tahun ajaran 20162017. Penelitian dilaksanakan di dua kelas berbeda yaitu di kelas V SD Negeri Jumo sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Ngadirejo sebagai kelas kontrol. Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model Quantum Teaching, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pembelajaran seperti biasanya. Materi yang diajarkan sama yaitu Kompetensi Dasar “Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan p enggunaan sumber daya alam”. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pengukuran kreativitas siswa awal melalui observasi dilakukan pada pertemuan pertama. Perolehan skor rata-rata observasi kreativitas siswa melalui observasi pada pertemuan kedua dan ketiga pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dijadikan sebagai hasil pengukuran kreativitas siswa akhir. Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pembelajaran seperti biasanya dengan pendekataan EEK Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi. Metode yang digunakan adalah ceramah bervariasi yang meliputi ceramah, tanya jawab, penugasan dan diskusi. Ceramah dilakukan guru untuk menyampaikan materi 76 kepada siswa. Setelah semua materi disampaikan kemudian guru melakukan tanya jawab secara klasikal. Setelah kegiatan tanya jawab siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa sebagai bentuk penugasan baik secara berpasangan ataupun kelompok. Kegiatan berkelompok ini merupakan wadah bagi siswa untuk berdiskusi dengan temannya untuk menyelesaikan tugas dari guru. Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model Quantum Teaching. Pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah model Quantum Teaching yang dikenal dengan TANDURTumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan sesuai dengan sintaks pembelajaran Quantum Teaching menurut Bobbi DePotter dalam Nilandari 2005:7-8 yaitu menumbuhkan, mengalami, penamaan, mendemonstrasikan, mengulangi, dan merayakan. Tahapan pertama yaitu Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara momotivasi mereka melalui sebuah cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tahapan kedua yaitu Alami, dimana siswa mengalami sendiri hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahapan ini siswa melakukan percobaan tentang proses daur air, mengamati video tentang kegiatan manusia, dan menyeleksi gambar tentang usaha penghematan air. Tahap ketiga yaitu Namai, pada tahapan ini guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menamai setiap konsep yang telah dilakukannya. Tahapan keempat yaitu Demonstrasikan, siswa mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan kepada teman-temannya. Tahapan kelima adalah Ulangi, yaitu siswa bersama-sama dengan guru mengulangi materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui 77 pemahaman siswa sekaligus membantu siswa mengingat kembali materi yang telah diperolehnya. Tahapan terakhir yaitu Rayakan, guru mengapresiasi usaha dan hasil belajar siswa dengan tepuk tangan atau pemberian reward kepada siswa. Pada pertemuan pertama, pada kelompok eksperimen sudah diterapkan model Quantum Teaching, sedangkan kelas kontrol menerapkan model pembelajaran seperti biasanya yaitu pendekatan EEKEksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi dengan metode ceramah bervariasi yang meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasa. Pengukuran kreativitas siswa awal melalui observasi dilakukan pada pertemuan pertama ini. Rata-rata skor hasil pengukuran keativitas siswa awal melalui observasi pada kelas kontrol sebesar 74,00 kategori Cukup dan kelas eksperimen sebesar 75,47 kategori Baik. Pada pertemuan kedua dan ketiga, perlakuan terhadap kedua kelompok tetap sama, yaitu kelas kontrol menerapkan pembelajaran seperti biasanya dengan metode ceramah bervariasi dan kelas eksperimen menerapkan model Quantum Teaching. Perolehan skor rata-rata observasi kreativitas siswa melalui observasi pada pertemuan kedua dan ketiga pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dijadikan sebagai hasil pengukuran kreativitas siswa akhir. Rata-rata skor hasil pengukuran keativitas siswa melalui observasi pada kelas kontrol sebesar 77,13 kategori Baik dan kelas eksperimen sebesar 78,94 kategori Sangat Baik. Perbandingan pencapaian indikator kreativitas siswa dapat dilihat pada gambar 9 dan 11 berikut ini. 78 Gambar 9. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Gambar 11. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan gambar 9 dan 11, diketahui bahwa dengan menerapkan model Quantum Teaching indikator kreativitas siswa lebih banyak dicapi dibandingkan dengan model seperti biasanya. Dalam gambar 9 dari delapan indikator yang 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 Ju m lah S iswa Indikator Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 Ju m lah S iswa Indikator Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 79 diamati, model Quantum Teaching lebih unggul dalam mengembangkan enam indikator, sedangkan model seperti biasanya unggul dalam mengembangkan dua indikator. Dalam gambar 11 dari delapan indikator yang diamati, model Quantum Teaching unggul dalam mengembangkan enam indikator, sedangkan model seperti biasanya unggul dalam meningkatkan satu indikator. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model Quantum Teaching dapat lebih mengembangkan indikator kreativitas siswa dibandingkan model seperti biasanya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa skor kreativitas siswa lebih tinggi di kelas eksperimen yang menerapkan model Quantum Teaching, dengan demikian dapat disimpilkan bahwa terdapat pengaruh model Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa. Dengan sintaks pembelajaran model Quantum Teaching ini, pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan bermakna bagi siswa, sesuai dengan pendapat Fathurrohman 2015:181 yang menyatakan bahwa TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik. Pada model Quantum Teaching kreativitas siswa dikembangkan melalui sintaks pembelajarannya, yaitu TANDUR Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan terutama pada tahap Alami dan tahap Demonstrasikan. Pada tahap Alami siswa melakukan percobaan tentang daur air, mengamati video, dan menyeleksi gambar kemudian menjelaskannya. Kegiatan ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Percobaan yang dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan kreativitasnya, hal ini selaras dengan pendapat Treffinger dalam Semiawan 1999:106 yang 80 menyatakan bahwa salah satu cara mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui eksperimen. Tahapan Alami ini juga memudahkan siswa dalam memahami materi dan menganalisis masalah yang diberikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat DePorter dalam Nilandari 2005: 7 yaitu dengan mengaitkan apa yang akan dipelajari dengan peristiwa, pikiran, tindakan atau pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari dapat memudahkan siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal, dan dibuktikan dengan perolehan skor kreativitas siswa akhir di kelas eksperimen yang lebih unggul yaitu 78,94, sedangkan di kelas kontrol 77,13. Selisih skor kedua kelompok sebesar 1.81. Hasil uji signifikansi juga menunjukan angka 0,005 yang berarti hasil penelitian signifikan. Pada tahapan Demonstrasikan, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Dalam tahapan ini siswa diberi kebebasan untuk saling bertanya, menjawab, atau memberi tanggapan. Secara langsung kegiatan ini melatih percaya diri, dan kreativitas siswa dalam menanggapi, bertanya, dan menanggapi. Dalam kegiatan demonstrasikan ini siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat, bertanya, dan memberikan tanggapan. Sehingga kebebasan psikologis siswa terpelihara dan kreativitas siswa dapat tumbuh dan berkembang. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahmawati 2001:3 yaitu untuk menumbuhkan kreativitas siswa perlu diciptakan suasana yang menjamin kebebasan psikologis. Jadi melalui kegiatan demontrasikan ini kreativitas anak dapat tumbuh dan dikembangkan. Setelah tahap demonstrasikan, selanjutnya ada tahapan ulangi dan rayakan. 81 Pada tahap ulangi siswa dengan bimbingan guru mengulangi materi yang telah dipelajari. Tujuan dari tahap ini adalah mengetahui pemahaman siswa dan memantapkan pengetahuan yang diperoleh siswa. Pada tahap rayakan, siswa mendapat apresiasi dari guru dan teman-temannya berupa tepuk tangan, pujian, dan bintang dari kertas lipat. Pemberian hadiah ini dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa, hal ini selaras dengan Munandar 2010:114-115 yang menyatakan bahwa hadiah yang diberikan setelah mendeklarasikan sajak yang dibuat, karangan yang dibuat di depan kelas dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas siswa. Selain itu apresiasi guru terhadap kemampuan yang dimiliki oleh siswa dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini diungkapkan oleh Treffinger dalam Semiawan 1999:106 yaitu untuk mengembangkan kreativitas anak pembelajaran hendaknya menghindari perilaku judgmental dari guru, sebaiknya guru memberikan apresiasi terkhadap kemampuan yang dimiliki siswa Model pembelajaran Quantum Teaching juga membantu siswa dalam menguasai standar kompetensi pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA, anak didik diharapkan menguasai standar kompetensi kajian ilmiah yang meliputi: 1 penyelidikan, 2 berkomunikasi ilmiah, 3 pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, dan 4 sikap dan nilai ilmiah, Semiawan dkk dalam Samatowa 2011:99-100. Kompetensi penyelidikan dicapai siswa melalui kegiatan percobaan pada tahap Alami. Kompetensi berkomunikasi ilmiah siswa dicapai melalui kegiatan mempresentasikan, bertanya, berpendapat atau menyanggah pendapat teman pada tahap Demonstrasikan. Kompetensi 82 pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah dicapai melalui percobaan, mengamati, menyeleksi, dan mempresentasikan pada tahap alami dan demonstrasikan. Kompetensi sikap dan nilai ilmiah dicapai melalui sikap dan nilai ilmiah yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran Quantum Teaching. Dengan demikian semua kompetensi siswa dalam pembelajaran IPA dicapai oleh siswa melalui pembelajaran Quantum Teaching. Berdasarkan analisis, dan hasil uji hipotesis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Signifikan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Jumo Temanggung.

F. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IVB SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

1 13 338

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02

0 3 422

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUKMENINGKATKANAKTIVITASBELAJAR IPA SISWAKELAS V SDN 060822 MEDAN TAHUNAJARAN 2015/2016.

0 1 25

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA Peningkatan Kreativitas Belajar IPS Melalui Penerapan Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Ngepungsari Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 17

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

1 3 49

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG.

0 0 237

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA PADA SISWA KELAS V SD N GUGUS 4 MINOMARTANI NGAGLIK SLEMAN.

0 2 171

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN TUKANGAN YOGYAKARTA.

0 0 156

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V

0 0 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V DI SDN 4 DERSALAM KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

0 0 20