6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat IPA
Ilmu  Pengetahuan  Alam  IPA  merupakan  terjemahan  kata-kata  dalam bahasa  Inggris  yaitu  natural  science,  artinya  Ilmu  Pengetahuan  Alam  IPA.
Berhubungan  dengan  alam  atau  bersangkut-paut  dengan  alam,  science  artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.
Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Ilmu  Pengetahuan  Alam  IPA  menurut  Darmodjo  dalam  Samatowa
2006:2 merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan  segala  isinya,  akan  tetapi  IPA  tidak  hanya  dipandang  sebagai  pengetahuan
melainkan  sebagai  suatu  metode  ilmiah.  IPA  sebagai  metode  ilmiah  ini maksudnya  IPA  merupakan  cara  atau  metode  untuk  mengamati  alam  sekitar
seperti  observasi  dan  eksperimen  yang  menuntut  sikap  ilmiah  seperti  rasa  ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Samatowa  2011:3  menyatakan  bahwa  Ilmu  Pengetahuan  Alam  IPA merupakan  ilmu  pengetahuan  yang  mempunyai  objek  dan  menggunakan  metode
ilmiah. IPA membahas tentang gejala-gejala alam  yang disusun secara sistematis yang  didasarkan  pada  hasil  percobaan  dan  pengamatan  yang  dilakukan  oleh
manusia.  Oleh karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami objek IPA.
Dapat  disimpulkan  bahwa  Ilmu  Pengetahuan  Alam  IPA  adalah  sebuah ilmu pengetahuan tentang alam sekitar yang diperoleh melalui metode ilmiah. IPA
7
di SD lebih memfokuskan pada membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk memahami alam.
2. Pembelajaran IPA di SD
a. Pengertian Pembelajaran IPA di SD
Belajar  adalah  suatu  proses  perubahan  tingkah  laku  akibat  pengalaman, yang  relatif  menetap,  menuju  kebaikan,  perubahan  positif-kualitatif.  Suasana
belajar  yang  ideal  di  sekolah  adalah  berlangsung  secara  aktif,  inovatif,  kreatif, efektif,  dan  menyenangkan  Suyono,  2011:11-13.  Mengajar  berdasarkan  KTSP
dapat  didefinisikan  sebagai  suatu  proses  kegiatan  untuk  membantu  orang  lain mencapai  kemajuan  semaksimal  mungkin  sesuai  dengan  tingkat  perkembangan
potensi  kognitif,  afektif,  maupun  psikomotornya.  Dalam  pengajaran  sains,  pada hakikatnya pengajaran didefinisikan sebagai transformasi dari pengetahuan sains.
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang alam sekitar  yang  diperoleh  melalui  metode  ilmiah.  IPA  di  SD  lebih  memfokuskan
pada membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk memahami alam. Sedangkan pembelajaran IPA adalah hafalan dan pemahaman konsep, anak
harus  diberi  kesempatan  untuk  mengembangkan  sikap  ingin  tahu  dan  berbagai penjelasan  logis.  Hal  ini  akan  mendorong  anak  untuk  mengekspresikan
kreativitasnya.  Menurut  Bundu  2006:11  secara  garis  besar  sains  memiliki  tiga komponen  yaitu:  1  proses  ilmiah,  misalnya  mengamati,  mengklasifikasi,
memprediksi,  merancang  dan  melaksanakan  eksperimen,  2  produk  ilmiah, misalnya konsep, hukum dan teori, dan 3 sikap ilmiah, misalnya ingin tahu, hati-
hati,  objektif  dan  jujur.  Dalam  pembelajaran  IPA,  anak  didik  diharapkan
8
menguasai standar kompetensi kajian ilmiah  yang meliputi: 1 penyelidikan, 2 berkomunikasi ilmiah; 3 pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, dan
4  sikap  dan  nilai  ilmiah.  Kompetensi  tersebut  dapat  dicapai  melalui pembelajaran  dengan  pendekatan  keterampilan  proses  SAINS.  Keterampilan
proses  SAINS  tersebut  adalah  1  melakukan  observasi,  2  mengemukakan hipotesis,  3  menginterprestasi;  4  merancang  percobaan,  5  melakukan
investigasi,  6  menarik  kesimpulan;  dan  7  mengkomunikasikan  hasil, Semiawan dkk dalam Samatowa 2011:99-100.
Jadi pembelajaran IPA dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan membantu peserta  didik  dalam  pengetahuan  tentang  alam  sekitar  yang  diperoleh  melalui
metode ilmiah secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. b.
Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pada  prinsipnya  pembelajaran  IPA  di  sekolah  dasar  membekali  siswa
kemampuan  berbagai  cara  untuk  “mengetahui”  dan  “cara  mengerjakan”  yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar Asy’ari, 2006:23. Lebih
lanjut Asy’ari menjelaskan secara rinci tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar
sebagai berikut. 1
menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat,
2 mengembangkan  keterampilan  proses  untuk  menyelidiki  alam  sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
9
3 mengembangkan  pengetahuan  dan  pemahaman  konsep-konsep  IPA
yang  akan  bermanfaat  dan  dapat  diterapkan  dalam  kehidupan  sehari- hari,
4 ikut  serta  dalam  memelihara,  menjaga  dan  melestarikan  lingkungan
alam, dan 5
menghargai  alam sekitar dan  segala keteraturannya  sebagai  salah satu ciptaan Tuhan.
Tujuan  pembelajaran  IPA  untuk  siswa  Sekolah  Dasar  dalam  Garis  Besar Program Pengajaran GBPP Sekolah Dasar bertujuan agar siswa.
1 memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, 2
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar,
3 mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta
kejadian di lingkungan sekitar, 4
bersikap  ingin  tahu,  tekun,  terbuka,  kritis,  mawas  diri,  bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri,
5 mampu  menerapkan  berbagai  konsep  IPA  untuk  menjelaskan  gejala-
gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 6
mampu  menggunakan  teknologi  sederhana  yang  berguna  untuk memecahkan  suatu  masalah  yang  ditemukan  dalam  kehidupan  sehari-
hari, dan
10
7 mengenal  dan  memupuk  rasa  cinta  terhadap  alam  sekitar,  sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan pembelajaran IPA menurut kurikulum 2006 untuk kelas V adalah.
1 mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan,
2 memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan,
3 mengidentifikasi  cara  makhluk  hidup  menyesuaikan  diri  dengan
lingkunganya, 4
memahami  hubungan  antara  sifat  bahan  dengan  penyusunya  dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses,
5 memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya,
6 menerapkan  sifat-sifat  cahaya  melalui  kegiatan  membuat  suatu
karyamodel, dan 7
memahami perubahan  yang terjadi  di  alam dan  hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Tujuan pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Ruang lingkup pembelajaran IPA menurut Asy’ari 2006:23-24 meliputi 2
aspek yaitu kerja ilmiah atau proses sains dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah  yang  dimaksud  adalah  memfasilitasi  keberlangsungan  proses  ilmiah  yang
meliputi penelitian, komunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah,  sikap  dan  nilai  ilmiah.  Lingkup  pemahaman  konsep  berupa  materi-
11
materi IPA. Berdasarkan Kurikulum 2006 standar isi ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SDMI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1 makhluk  hidup  dan  proses  kehidupan,  yang  meliputi  Manusia,  hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, 2
bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi: cair, padat, dan gas,
3 energi  dan  perubahannya  meliputi:  gaya,  bunyi,  panas,  magnet,  listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana, 4
bumi  dan  alam  semesta,  meliputi:  tanah,  bumi,  tata  surya,  dan  benda- benda langit lainnya, dan
5 sains,  lingkungan  teknologi  dan  masyarakat  merupakan  penerapan
konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana.
Standar  kompetensi  mata  pelajaran  IPA  untuk  satuan  pendidikan    dasar SDMISDLBPaket A yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006
adalah sebagai berikut. 1
melakukan  pengamatan  terhadap  gejala  alam  dan  menceritakan  hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis,
2 memahami  penggolongan  hewan  dan  tumbuhan,  serta  manfaat  hewan
dan  tumbuhan  bagi  manusia,  upaya  pelestariannya,  dan  interaksi  antara makhluk hidup dengan lingkungannya,
3 memahami  bagian-bagian  tubuh  pada  manusia,  hewan,  dan  tumbuhan,
serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup,
12
4 memahami  beragam  sifat  benda  hubungannya  dengan  penyusunannya,
perubahan wujud benda, dan kegunaannya, 5
memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya, dan 6
memahami  matahari  sebagai  pusat  tata  surya,  kenampakan  dan perubahan  permukaan  bumi  dan  hubungan  peristiwa  alam  dengan
kegiatan manusia. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SDMI dalam penelitian ini meliputi
aspek  memahami  matahari  sebagai  pusat  tata  surya,  kenampakan  dan  perubahan permukaan bumi dan hubungannya peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
3. Karkteristik Siswa SD
Siswa  kelas  V  termasuk  dalam  kelas  tinggi.  Usia  rata-rata  siswa  kelas  V adalah 11 tahun. Usia ini termasuk dalam masa kanak-kanak akhir. Masa kanak-
kanak  akhir  berlangsung  antara  6-12  tahun.  Menurut  Izzati  2013:115  ciri-ciri anak masa kelas tinggi adalah.
1 perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari,
2 ingin tahu, ingin belajar, dan realistis,
3 timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus,
4 siswa  memandang  nilai  sebagai  ukuran  yang  tepat  mengenai  prestasi
belajar mereka di sekolah, dan 5
siswa  suka  membentuk  kelompok  sebaya  untuk  bermain  bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Suryabrata 2002:205-206 pada masa ini anak-anak memiliki sifat khas yaitu.
13
1 adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal
ini  membawa  kecenderungan  untuk  membantu  pekerjaan-pekerjaan praktis,
2 amat realistik, ingin tahu, ingin belajar,
3 menjelang  akhir  masa  ini  telah  ada  minat  kepada  hal-hal  dan  mata
pelajaran khusus, 4
sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan tugasnya.
5 pada  masa  ini  anak  memandang  nilai  adalah  ukuran  yang  tepat  untuk
prestasi belajarnya, dan 6
anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok teman sebaya.  Biasanya  dalam  bermain  mereka  tidak  terpaku  dalam  peraturan
tradisional tetapi mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Selain  memiliki  sifat-sifat  di  atas,  anak  usia  6-12  tahun  juga  memiliki
karakteristik pertumbuhan kejiwaan. Berikut karakteristik kejiwaan anak usia 6-12 tahun menurut Suharjo 2006:37-38.
1 pertumbuhan fisik dan mental tumbuh pesat,
2 kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam kerjasama juga
dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebayanya, 3
semakin  menyadari  diri  selain  mempunyai  keinginan,  perasaan  tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu,
4 kemampuan berpikir masih dalam tingkatan persepsional,
14
5 dalam  bergaul  tidak  membedakan  jenis  kelamin  yang  menjadi  dasar
adalah perhatian dan pengalaman yang sama, 6
mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat, dan 7
ketergantungan  terhadap  orang  dewasa  semakin  berkurang  dan  kurang memerlukan perlindungan orang dewasa.
Kegiatan belajar pada masa kanak-kanak akhir menurut PoerwantiWidodo 2005:44-45 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut.
1 belajar  keterampilan  fisik  untuk  bermain  seperti  lari,  lompat  dan
sebagainya, 2
membina sikap positif untuk dirinya, 3
bergaul dengan teman sebaya sesuai norma dan etika di masyarakat, 4
belajar memainkan peran sosial sesuai jenis kelamin, 5
belajar dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan matematika, 6
mengembangkan  konsep-konsep  yang  diperlukan  dalam  kehidupan sehari-hari,
7 mengembangkan  kata  hari,  moral,  dan  skala  sikap  nilai  yang  selaras
dengan budaya masyarakat, 8
mengembangkan  sikap  objektif  terhadap  kelompok  dan  lembaga kemasyarakatan, dan
9 belajar  mencapai  kemerdekaan  dan  kebebasan  pribadi  dan  bertanggung
jawab. Pada masa ini anak dapat berpikir secara logis mengenai objek dan kejadian,
meskipun masih terbatas pada hal yang bersifat konkret, dapat digambarkan, atau
15
pernah  mengalami.  Menurut  Marsh  dalam  Izzaty  2013:116  strategi  guru  dalam masa ini adalah.
1 menggunakan bahan-bahan yang konkret,
2 gunakan alat visual, misalnya OHP,
3 gunakan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan anak,
4 penyajian dengan singkat dan terorganisasi, dan
5 berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah.
Berdasarkan pendapat tadi siswa kelas V berarti memiliki ciri-ciri seperti di atas.  Maka  guru  harus  mengerti  kebutuhan  siswa  dalam  belajar  di  kelas  dengan
menyajikan  materi  dengan  menggunakan  model  pembelajaran  yang  tepat.  Salah satu  solusinya  adalah  dengan  menggunakan  model  Quantum  Teaching  dalam
pembelajaran  untuk  membantu  siswa  dalam  menemukan  hal-hal  baru  itu  baik dalam  materi  maupun  dalam  proses  belajarnya  sekaligus  untuk  meningkatkan
kreativitas dan hasil belajarnya. 4.
Model Quantum Teaching a.
Pengertian Quantum Teaching DePorter  dalam  Nilandari  2005:5  menyatakan  bahwa  Quantum  Teaching
adalah  orkestrai  bermacam-macam  interaksi  yang  ada  di  dalam  proses pembelajaran.  Interaksi  ini  mencakup  unsur-unsur  untuk  belajar  efektif  yang
mempengaruhi  kesuksesan  siswa.  Asas  utama  dari  Quantum  Teaching  adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal
ini  berarti  pembelajaran  dengan  model  Quantum  Teaching  adalah  pembelajaran dengan  membawa  siswa  ke  dunia  pengajar  dan  mengantarkan  dunia  pengajar  ke
16
dunia  siswa.  Dengan  demikian  sebuah  materi  akan  mudah  diterima  oleh  siswa karena sesuai dengan dunia mereka.
b. Prinsip Quantum Teaching
Menurut DePorter dalam Nilandari 2005:7-8 Quantum Teaching memiliki lima  prinsip.  Prinsip  pertama,  Segalanya  Berbicara.  Segalanya  dari  lingkungan
kelas  hingga  bahasa  tubuh,  dari  kertas  yang  dibagikan  hingga  rencana pembelajaran  semuanya  mengirimkan  pesan  tentang  belajar.  Sebagai  contoh,
mimik  muka  yang  diberikan  guru  kepada  siswanya  akan  sangat  berpengaruh terhadap  hasil  belajar  siswa.  Seorang  guru  yang  memberikan  mimik  muka
gembira  dan  penuh  senyum  akan  memberikan  dampak  positif  terhadap  perilaku dan  hasil  belajar  siswa.  Selain  itu  dalam  sebuah  bukan  hanya  guru  yang  berhak
untuk  bicara,  tetapi  siswa  juga  berhak  untuk  berargumen  dan  menyatakan pendapatnya. Hal ini akan sangat efektif dalam mengembangkan kreativitas siswa
dalam menanggapi dan berpendapat dalam sebuah forum. Kedua,  Semuanya  Bertujuan.  Segala  sesuatu  yang  terjadi  dalam
pembelajaran  harus  memiliki  tujuan.  Apa  yang  disusun  dalam  perencanaan pembelajaran  harus  mempunyai  tujuan  dan  batasan  yang  jelas.  Hal  ini  sangat
penting  agar  semua  proses  pembelajaran  tidak  melenceng  dari  tujuan  utama. Misalnya  penataan  ruang  kelas,  setiap  kursi  dan  meja  harus  memiliki  tujuan.
Sebagai  contoh  meja  dan  kursi  ditata  empat-empat.  Hal  itu  bertujuan  agar kegiatan kelompok dapat berjalan dengan lancar.
Ketiga,  Pengalaman  sebelum  Pemberian  Nama.  Proses  belajar  paling  baik ketika kita telah memiliki pengalamanmengalami informasi sebelum memperoleh
17
nama  apa  yang  telah  kita  pelajari.  Dalam  memahami  suatu  pengetahuan,  akan lebih bermakna apabila siswa telah mengalami atau memiliki pengalaman terlebih
dahulu  terhadap  pengetahuan  tersebut.  Sebagai  contoh,  ketika  mempelajari pesawat  sederhana,  siswa  diajak  untuk  membuat  contoh-contoh  pesawat
sederhana.  Kemudian  siswa  bersama  dengan  guru  menamai  jenis  pesawat sederhana yang telah dibuat siswa tersebut.
Keempat,  Akui  Setiap  Usaha.  Belajar  mengandung  resiko,  belajar  berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Jadi pada saat mengambil langkah ini mereka
patut  memdapat  penghargaan  dan  pengakuan  atas  tindakan  dan  kepercayaan  diri mereka.  Guru  hendaknya  memberi  penghargaan  kepada  siswa  ketika  mereka
berani  mengangkat  tangan  dan  memberikan  pendapat  atau  pertanyaan. Penghargaan tersebut sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan
kepercayaan  dirinya.  Selain  itu  siswa  juga  merasa  bahwa  dirinya  dihargai  oleh guru dan teman-temannya.
Kelima,  Layak  Jika  Dipelajari,  Maka  Layak  Pula  Dirayakan.  Setiap pencapaian dari siswa layak untuk mendapat apresiasi. Setiap kegiatan  dan tugas
yang telah dilaksanakan siswa sebaiknya diberi umpan balik. Umpan balik dapat berupa  kunjung  karya  dengan  memberikan  bintang  atau  senyum  kepada  karya
yang  dianggap  paling  baik  ataupun  dapat  dilakukan  dengan    pemberian  tepuk tangan  bersama-sama  setelah  siswa  menyelesaikan  suatu  kegiatan  atau  tugas.
Adanya  perayaan  atau  apresiasi  akan  membuat  siswa  termotivasi  untuk menyelesaikan setiap tugas dengan baik dan benar.
18
Setelah  mengetahui  prinsip-prinsip  diatas  maka  ketika  melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas harus memperhatikan prinsip
tersebut  agar  pembelajaran  dapat  memberikan  makna  dan  perubahan  positif kepada siswa.
c. Strategi pembelajaran Quantum Teaching
Menurut  DePorter  dalam  Nilandari  2005:7-8  Quantum  Teaching  ditulis dan dirancang berdasarkan Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang
disebut dengan TANDUR. TANDUR ini memiliki makna sebagai berikut. 1
tumbuhkan, 2
alami, 3
namai, 4
demonstrasikan, 5
ulangi, dan 6
rayakan. 1
Tumbuhkan Tumbuhkan  minat  belajar  siswa  dengan  cara  memuaskan  siswa  tentang
manfaat  belajar  bagi  dirinya.  Guru  harus  menumbuhkan  minat  belajar  siswa dengan  cara  merancang  suatu  pembelajaran  agar  menarik  dan  tidak
membosankan.  Dalam  menumbuhkan  minat  siswa,  guru  juga  harus memperhatikan  prinsip  model  Quantum  Teaching,  misalnya  prinsip  segalanya
berbicara.  Cobalah  untuk  menumbuhkan  suasana  yang  sangat  meyenangkan, dalam  suasana  relaks,  tumbuhkan  interaksi  dengan  siswa,  masuklah  ke  dalam
alam  pikiran  mereka  dan  bawalah  alam  pikiran  mereka  ke  dalam  alam  pikiran
19
guru,  yakinkan  siswa  mengapa  harus  mempelajari  hal  itu,  belajar  adalah  suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Jika sudah demikian , maka siswa akan
menikmati  pembelajaran.  Strategi  yang  dapat  digunakan  adalah  dengan memberikan  cerita  lucu,  menayangkan  video  inspirasi,  gambar  yang  disukai
siswa, dll. Kegiatan itu dapat dilakukan ketika guru memberikan apersepsi kepada siswa.
2 Alami
Ciptakan  atau  datangkan  pengalaman  umum  yang  dapat  dimengerti  semua siswa. Misalnya melalui sebuah percobaan. Dalam percobaan tersebut siswa diberi
kesempatan untuk mencoba dan memperoleh pengalaman belajar. Percobaan yang dilakukan  oleh  siswa  dapat  meningkatkan  kreativitasnya,  hal  ini  selaras  dengan
pendapat  Treffinger  dalam  Semiawan  1999:106  yang  menyatakan  bahwa  salah satu  cara  mengembangkan  kreativitas  siswa  adalah  dengan  memberikan
pengalaman  belajar  kepada  siswa  melalui  eksperimen.  Tahapan  Alami  ini  juga memudahkan  siswa  dalam  memahami  materi  dan  menganalisis  masalah  yang
diberikan  oleh  guru.  Dalam  langkah  ini  guru  harus  memperhatikan  prinsip semuanya  bertujuan,  yaitu  setiap  langkah  dan  pekerjaan  yang  dilakukan  siswa
harus memiliki tujuan yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3
Namai Sediakan  kata  kunci,  model,  rumus,  dan  strategi.  Setelah  mencoba,  maka
siswa  bersama  dengan  guru  menamai  pengetahuan,  konsep,  teori,  yang  telah diperoleh  dalam  proses  mencoba.  Dengan  adanya  bimbingan  dari  guru  maka
diharapkan  siswa  tidak  salah  dalam  menamai  pengetahuan  yang  diperolehnya.
20
Melalui  langkah  ini  secara  tidak  langsung  guru  telah  menerapkan  prinsip pengalaman  sebelum  pemberian  nama,  sehingga  pengetahuan  yang  diperoleh
siswa akan lebih bermakna dan membekas bagi siswa. 4
Demonstrasikan Sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu.
Dalam  langkah  ini  guru  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk mempresentasikan,  menerjemahkan,  dan  menerapkan  pengetahuan  yang  telah
diperolehnya.  Dalam  langkah  ini  guru  dapat  mendemonstrasikan  terlebih  dahulu sebelum
siswa mempresentasikan
pengetahuannya. Kebebasan
dalam mengungkapkan  atau  mempresentasikan  gagasan  ini  dapat  meningkatkan
kreativitas  siswa.  Selain  melalui  presentasi,  siswa  dapat  mendemonstrasikan pengetahuannya  dengan  menjawab  LKS  dan  soal  evaluasi.  Rahmawati  2001:3
mengungkapkan  bahwa  untuk  mendukung  pertumbuhan  kreativitas  anak,  perlu diciptakan  suasana  yang  menjamin  terpeliharanya  kebebasan  psikologis.
Sedangkan untuk memelihara kebebasan psikologis menurut Seto Mulyadi dalam Rahmawati 2001:3 dapat diciptakan dengan membangun suasana bermain yang
dapat  melatih  dan  memberikan  kesempatan  kepada  anak  untuk  menampilkan gagasan-gagasan  baru  secara  lancar  dan  orisinal.  Jadi  melalui  kegiatan
demonstrasikan  ini  kebebasan  psikologis  akan  terpelihara  sehingga  kreativitas anak akan tumbuh dan berkembang.
5 Ulangi
Tunjukan  pada  siswa  cara-cara  mengulangi  materi  dari  materi  yang  telah mereka pelajari. Langkah ini bertujuan untuk mengingat kembali dan mengetahui
21
kemampuan  dan  kekurangan  siswa  dalam  menerima  sebuah  materi.  Guru membimbing  siswa  untuk  mengulangi  hal-hal  yang  mereka  dapatkan  mulai  dari
awal  pembelajaran  sampai  pembelajaran  usai,  sehingga  siswa  dapat  merasakan secara  langsung  dimana  kesulitan  mereka  dan  akhirnya  mereka  dapat  menguasai
suatu pengetahuan. 6
Rayakan Apresiasi untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan siswa.
Langkah ini digunakan guru untuk memberikan respon dan umpan balik terhadap kegiatan yang telah dilakukan siswa. Rayakan ini memberikan rasa dihargai dalam
diri  siswa  sehingga  mereka  merasa  termotivasi  untuk  menyelesaikan  tugas  yang akan datang dengan baik dan benar. Hal yang dapat dilakukan guru dalam langkah
rayakan ini adalah dengan memberikan pujian, tepuk tangan, bintang, dan bentuk penghargaan  lainnya.  Melalui  tahap  rayakan  ini  guru  dapat  meningkatkan
kreativitas  siswa,  hal  ini  selaras  dengan  Munandar  2010:114-115  yang menyatakan  bahwa  hadiah  yang  diberikan  setelah  mendeklarasikan  sajak  yang
dibuat,  karangan  yang  dibuat  di  depan  kelas  dapat  meningkatkan  motivasi intrinsik dan kreativitas siswa. Selain itu apresiasi guru terhadap kemampuan yang
dimiliki oleh siswa dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini diungkapkan oleh  Treffinger  dalam  Semiawan  1999:106  yaitu  untuk  mengembangkan
kreativitas  anak  pembelajaran  hendaknya  menghindari  perilaku  judgmental  dari guru, sebaiknya  guru memberikan apresiasi  terkhadap kemampuan  yang  dimiliki
siswa.  Dalam tahap  rayakan ini  guru telah menerapkan prinsip  akui  setiap usaha dan mengapresiasi keberhasilan siswa.
22
Kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif akan meningkatkan kreativitas pada  siswa.  Fathurrohman  2015:181  yang  menyatakan  bahwa  TANDUR
ditujukan untuk meningkatkan minat belajar sehingga proses penyampaian materi dapat  berjalan  dengan  baik.  Dengan  demikian  pembelajaran  akan  berlangsung
menyenangkan,  materi  akan  lebih  cepat  diterima  dan  lebih  bermakna  serta meningkatkan kreativitas siswa.
5. Pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi EEK
Kegiatan  eksplorasi  dimaknai  sebagai  kegiatan  untuk  melibatkan  siswa dalam  mencari  informasi  yang  luas  mengenai  materi  yang  sedang  dipelajari  dari
berbagai  sumber  baik  yang  ada  di  lingkungan  sekolah  atau  di  luar  sekolah, misalnya  melalui  lembar  kerja  siswa,  buku  teks,  media  massa  koran,  majalah,
praktikum,  internet,  dan  museum.  Metode  pembelajaran  yang  digunakan  juga bervariasi  yaitu,  metode  diskusi,  eksperimen,  dan  penugasan.  Kegiatan  elaborasi
dapat  dimaknai  sebagai  kegiatan  yang  dirancang  untuk  memberikan  kesempatan siswa  untuk  memberikan  arti  pada  informasi  baru  dengan  menghubungkannya
dengan  pengetahuan  informasi  yang  sudah  dimiliki.  Kemampuan  siswa  dalam mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang sedang dipelajari lebih rinci
dan  lebih  lengkap.  Kegiatan  yang  dapat  dirancang  misalnya  melalui  kegiatan membaca  berbagai  sumber  menganalisis  bacaan,  penyelesaian  masalah,
penyusunan  laporan,  diskusi  kelompok,  pameran  produk,  dan  lain-lain.  Kegiatan konfirmasi dapat  dimaknai  sebagai kegiatan  guru untuk  meminta penegasan atau
pembenaran  dari  hasil  eksplorasi,  elaborasi  atau  eksplanasi  penjelasan  yang diberikan  siswa.  Kegiatan  konfirmasi  juga  dapat  berfungsi  sebagai  pemberian
23
umpan  balik  dan  kesempatan  untuk  memberikan  penguatan  baik  dalam  bentuk lisan,  tulisan,  dan  isyarat.  Kegiatan  yang  dapat  dilakukan  dapat  berupa  tanya
jawab,  laporan  lisan,  seminar,  dan  lain-lain.  Kegiatan  konfirmasi  juga  dapat digunakan  untuk  memfasilitasi  siswa  dalam  merefleksikan  hasil  belajar  dari
berbagai sumber Indrawati  Setiawan, 2009:29. Sementara  itu,  menurut  Nursyam  2009:  2,  kegiatan  eksplorasi  adalah
kegiatan  pembelajaran  yang  didesain  agar  tercipta  suasana  kondusif  yang memungkinkan  siswa  dapat  melakukan  aktivitas  fisik  yang  memaksimalkan
pengunaan  panca  indera  dengan  berbagai  cara,  media,  dan  pengalaman  yang bermakna  dalam  menemukan  ide,  gagasan,  konsep,  dan  prinsip  sesuai  dengan
kompetensi  mata  pelajaran.  Bentuk  kegiatan  eksplorasi  dapat  dilakukan  melalui demonstrasi,  eksperimen,  observasi  langsung,  simulasi,  bermain  peran,  dan  lain-
lain  yang  memaksimalkan  aktivitas  fisik.  Kegiatan  elaborasi  adalah  kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan,
dan  kreasi  dalam  mengekspresikan  konsep  kognitif  melalui  berbagai  cara  baik lisan  maupun  tulisan  sehingga  timbul  kepercayaan  diri  yang  tinggi  tentang
kemampuan  dan  eksistensi  dirinya.  Bentuk  kegiatan  elaborasi  dapat  dilakukan melalui  diskusi  kelompok,  pameran,  membuat  laporankaryaproduk,  presentasi,
kompetisi,  studi  kepustakaan,  browsing  internet,  dan  lain-lain  yang  menantang pengembangan  kognitif  dan  kreativitas.  Kegiatan  konfirmasi  adalah  kegiatan
pembelajaran  yang  diperlukan  agar  konsepsi  kognitif  yang  dikonstruksi  dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul
motivasi  yang  tinggi  untuk  mengembangkan  kegiatan  eksplorasi  dan  elaborasi
24
lebih  lanjut.  Bentuk  kegiatan  konfirmasi  dapat  dilakukan  melalui  kegiatan refleksi,  penilaian  langsung,  penghargaan  atas  prestasi  atau  kemajuan  belajar,
penilaian kolaboratif, dan lain-lain  yang dapat meningkatkan minat  dan  motivasi siswa dalam menindaklanjuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
Dalam  Peraturan  Pemerintah  Menteri  Pendidikan  Nasional  Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah disebutkan bahwa. ”Pelaksanaan  kegiatan  inti  merupakan  proses  pembelajaran  untuk
mencapai  KD  yang  dilakukan  secara  interaktif,  inspiratif,  menyenangkan, menantang,  memotivasi  peserta  didik  untuk  berpartisipasi  aktif,  serta
memberikan  ruang  yang  cukup  bagi  prakarsa,  kreativitas,  dan  kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.  Kegiatan  inti  menggunakan  metode  yang  disesuaikan  dengan karakteristik  peserta  didik  dan  mata  pelajaran,  yang  dapat  meliputi  proses
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topiktema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, 2
menggunakan beragam  pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain,
3 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, 4
melibatkan  peserta  didik  secara  aktif  dalam  setiap  kegiatan pembelajaran, dan
5 memfasilitasi  peserta  didik  melakukan  percobaan  di  laboratorium,
studio, atau lapangan. b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,
2 memfasilitasi  peserta  didik  melalui  pemberian  tugas,  diskusi,  dan
lainlain  untuk  memunculkan  gagasan  baru  baik  secara  lisan  maupun tertulis,
3 memberi  kesempatan  untuk  berpikir,  menganalisis,  menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, 4
memfasilitasi  peserta  didik  dalam  pembelajaran  kooperatif  dan kolaboratif,
25
5 memfasilitasi  peserta  didik  berkompetisi  secara  sehat  untuk
meningkatkan prestasi belajar, 6
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok,
7 memfasilitasi  peserta  didik  untuk  menyajikan  hasil  kerja  individual
maupun kelompok, 8
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan, dan
9 memfasilitasi  peserta  didik  melakukan  kegiatan  yang  menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1
memberikan  umpan  balik  positif  dan  penguatan  dalam  bentuk  lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2 memberikan konfirmasi  terhadap hasil  eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber, 3
memfasilitasi  peserta  didik  melakukan  refleksi  untuk  memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4 memfasilitasi  peserta  didik  untuk  memperoleh  pengalaman  yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: a
berfungsi  sebagai  narasumber  dan  fasilitator  dalam  menjawab pertanyaan  peserta  didik  yang  menghadapi  kesulitan,  dengar
menggunakan bahasa yang baku dan benar, b
membantu menyelesaikan masalah, c
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,
d memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,
e memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif. ”
Dapat  disimulkan  bahwa  Eksplorasi  adalah  tahapan  dimana  guru  berusaha untuk  menggali  pengetahuan  siswa  seluas  mungkin  dengan  menggunakan
berbagai  pendekatan,  metode  dan  media  tentu  saja  dengan  memanfaatkan lingkungan  sekitarnya.  Elaborasi  merupakan  proses  menguraikan  atau
memperluas  pengetahuan  siswa  yang  tentu  saja  dengan  memberi  kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah secara individu
maupun  berkelompok  dengan  memberi  kesempatan  kepada  siswa  untuk  belajar secara  kooperatif  dan  kolaboratif,  berkompetisi  secara  sehat,  juga  memberi
kesempatan  kepada  siswa  untuk  menyajikan  hasil  karyanya  baik  berupa  hasil
26
diskusi.  Konfimasi  adalah  suatu  kegiatan  yang  berupa  penegasan  dari  proses belajar  yang  tengah  dilakukan  bisa  berupa  umpan  balik  secara  lisan  atau  tulisan
dari  hasil  eksplorasi  dan  elaborasi  melalui  berbagai  sumber  dalam  memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Melalui  pembelajaran  Eksplorasi,  Elaborasi,  Konfirmasi  EEK,  kreativitas siswa  dapat  dikembangkan.  Kreativitas  siswa  dikembangkan  melalui  kegiatan
eksplorasi  dengan  mendesain  pembelajaran  agar  tercipta  suasana  kondusif  yang memungkinkan  siswa  dapat  melakukan  aktivitas  fisik  yang  memaksimalkan
pengunaan  panca  indera  dengan  berbagai  cara,  media,  dan  pengalaman  yang bermakna  dalam  menemukan  ide,  gagasan,  konsep,  dan  prinsip  sesuai  dengan
kompetensi  mata  pelajaran,  melibatkan  peserta  didik  secara  aktif  dalam  setiap kegiatan
pembelajaran. Treffinger
dalam Semiawan
1999:105-107 mengungkapkan  bahwa  salah  satu  cara  untuk  mengembangkan  kreativitas  siswa
adalah  dengan  menciptakan  tugas  yang  diminati  anak-anak,  sehingga memungkinkan anak-anak mampu menunjukan keterlibatan personal yang tinggi.
Dalam  kegiatan  Elaborasi,  kreativitas  siswa  dikembengnkan  melalui kegiatan  belajar  yang  memfasilitasi  peserta  didik  melalui  pemberian  tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis,  memberi  kesempatan  untuk  berpikir,  menganalisis,  menyelesaikan
masalah,  dan  bertindak  tanpa  rasa  takut.  Hal  ini  selaras  dengan  pendapat Treffinger  dalam  Semiawan  1999:105-107  yang  menyatakan  bahwa  kegiatan
beajar  yang  dapat  meningkatkan  siswa  adalah  dengan  pembelajaran  yang dilandasi  oleh  rasa  ingin  tahu  siswa,  oleh  karenanya  pembelajaran  hendaknya
27
didasarkan  pada  minat  dan  kepedulian  anak,  pembelajaran  hendaknya  dapat mengemangkan  sensivitas  anak  terhadap  berbagai  masalah  dan  tantangan,
kegiatan  belajar  hendaknya  memberikan  kebebasan  kepada  anak  untuk  berpikir divergen, sehingga  anak  tidak dihadapkan dengan satu  jawaban benar melainkan
terdapat berbagai pertimbangan ide yang memungkinkan alternatif jawaban. Pada kegiatan Konfirmasi, kreativitas siswa dikembangkan melalui kegiatan
refleksi,  penilaian  langsung,  penghargaan  atas  prestasi  atau  kemajuan  belajar, penilaian kolaboratif, dan lain-lain  yang dapat meningkatkan minat  dan  motivasi
siswa  dalam  menindaklanjuti  kegiatan  pembelajaran  berikutnya.  Hal  ini  sesuai dengan pendapat Munandar 2010:114-115 yang menyatakan bahwa hadiah yang
diberikan  setelah  mendeklarasikan  sajak  yang  dibuat,  karangan  yang  dibuat  di depan kelas dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas siswa.
Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  melalui  pembelajaran Eksplorasi,  Elaborasi,  Konfirmasi  dapat  meningkatkan  kreativitas  siswa.  Jadi
dalam  membuat  Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  hendaknya  memperhatian langkah-langkah  pembelajaran  Eksplorasi,  Elaborasi,  Konfirmasi  agar  kreativitas
siswa dapat berkembang dengan baik. 6.
Kreativitas a.
Pengertian Kreativitas Kreativitas menurut Drevdahl dalam Tjandrasa 2010:4 adalah kemampuan
seseorang  untuk  menghasilkan  komposisi,  produk,  atau  gagasan  apa  saja  yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. kreativitas dapat
berupa  kegiatan  imajinatif  atau  sintesis  pemikiran  yang  hasilnya  bukan  hanya
28
perangkuman.  Kreativitas  mungkin  mencakup  pembentukan  pola  baru  dan gabungan  informasi  yang  diperoleh  dari  pengalaman  sebelumnya  dan
pencangkokan  hubungan  lama  ke  situasi  baru  dan  mungkin  mencakup pembentukan  korelasi  baru.  Sedangkan  menurut  Webster  dalam  Rahmawati
2001:9  kreativitas  adalah  kemampuan  seseorang  untuk  mencipta  yang  ditandai dengan  orisinalitas  dalam  berekspresi  yang  bersifat  imajinatif.  Lebih  lanjut
Talajan  2012:11  menyatakan  bahwa  secara  umum  kreativitas  sebagai  pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil
artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan secara mekanik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan  seseorang  untuk  menciptakan  suatu  produk  atau  gagasan  secara orisinil  melalui  pembentukan  pola  baru  dan  gabungan  informasi  yang  diperoleh
dari pengalaman sebelumnya. b.
Karakteristik dan Ciri-ciri Kreativitas Unsur  karakteristik  kreativitas  menurut  Harlock  dalam  Tjandrasa2010:5
adalah sebagai berikut. 1
kreativitas merupakan proses bukan hasil, 2
proses  itu  mempunyai  tujuan,  yang  mendatangkan  keuntungan  bagi dirinya atau kelompok sosialnya,
3 kreativitas  mengarah  ke  penciptaan  sesuatu  yang  baru,  berbeda  dan
karenanya  unik  bagi  orang  itu,  baik  itu  berbentuk  lisan  atu  tulisan, maupun konkret atau abstrak. Kreativitas timbul dari pemikiran divergen,
29
4 kreativitas  merupakan  suatu  cara  berpikir,  tidak  sinonim  dengan
kecerdasan,  yang  mencakup  mencakup  kemampuan  mental  selain berpikir,
5 kemampuan  untuk  mencipta  bergantung  pada  perolehan  pengetahuan
yang diterima, dan 6
kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus ke arah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis, membangun dengan
balok, atau melamun. Dalam  bukunya  GhufronRisnawati  2014:106  disebutkan  terdapat  dua
ciri  aspek  kreativitas  yaitu  dalam  aspek  kognitif  dan  aspek  afektif.  Ciri  aspek kognitif diantaranya, kelancaran berpikir yaitu kemampuan untuk mengemukakan
banyak  ide  dan  gagasan  secara  lancar.  Keluwesan  berpikir  merupakan kemampuan  melihat  berbagai  macam  sudut  pandang  dan  memberikan  berbagai
macam  jawaban  dari  suatu  masalah.  Keaslian  berpikir  merupakan  kemampuan memberikan jawaban  yang tidak diduga dan tidak terpikirkan  atau  gagasan  yang
jarang  diberikan  orang  lain,  dan  terakhir  Elaborasi  pikiran  yaitu  kemampuan memperkaya  dan  mengembangkan  ide-ide  serta  kemampuan  memerinci  ide
sampai  pada  hal-hal  terkecil.  Sedangkan  ciri  aspek  afektif  diantaranya  memiliki rasa  ingin  tahu,  memiliki  daya  imajinasi,  merasa  tertantang  oleh  kemajemukan
atau  masalah  yang  rumit,  berani  mengambil  resiko,  dan  memiliki  sifat menghargai.
Cara  untuk  mengukur  kreativitas  siswa  adalah  dengan  analisis  objektif RachmawatiKurniati,  2010:9.  Analisis  Objektif  dilakukan  dengan  cara
30
mengobservasi  indikator-indikator  kreativitas  yang  muncul  pada  siswa.  Dalam penelitian ini hanya akan menjabarkan aspek kognitif menjadi indikator-indikator
yang  diukur  dengan  intsrumen  penelitian  guna  mengetaui  tingkat  kreativitas siswa.
Berikut indikator
ciri aspek
kognitif menurut
Munandar GhufronRisnawita, 2014: 106.
31
Tabel 1. Indikator Kreativitas Aspek
Indikator Kelancaran berpikir
Dapat mengajukan banyak pertanyaan Dapat  menjawab  sejumlah  pertanyaan  jika  ada
pertanyaan Memiliki  banyak  pendapat  mengenai  suatu
masalah Lancar dalam mengemukakan pendapat
Dapat bekerja lebih cepat dan mandiri. Dapat  melihat  kesalahan  atau  kekurangan  suatu
objek.
Keluwesan berpikir Dapat  menghasilkan  jawaban,  pendapat  maupun
pertanyaan yang bervariasi. Dapat  memikirkan  berbagai  macam  cara  untuk
menyelesaikan masalah.
Keaslian berpikir Memiliki
kemampuan untuk
memikirkan masalah-masalah  yang  tidak  terpikirkan  oleh
orang lain. Memiliki  kemampuan  untuk  mempertanyakan
cara-cara yang baru. Kemampuan
memilih asimetri
dalam menggambar atau membuat desain memiliki cara
berpikir yang lain daripada orang lain. Memiliki  kemampuan  mencari  pendekatan  yang
baru dari yang stereotip. Kemampuan untuk menemukan gagasan baru atau
penyelesian  yang  baru,  kemampuan  untuk menyintesis  yang  lebih  daripada  menganalisis
situasi.
Elaborasi merinci Memiliki  kemampuan  mencari  arti  yang  lebih
mendalam  terhadap  jawaban  atau  pemecahan masalah secara rinci.
Mengembangkan  atau  memperkaya  gagasan orang lain.
Mencoba atau menguji sesuatu secara detail. Memiliki rasa keindahan yang kuat sehingga tidak
cepat puas.
32
c. Cara Mengembangkan Kreativitas
Kreativitas  seseorang  dapat  dikembangkan  melalui  sebuah  proses pembelajaran.  Treffinger  dalam  Semiawan  1999:105-107  menyatakan  bahwa
kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kreativitas adalah. 1
menciptakan  tugas  yang  diminati  anak-anak,  sehingga  memungkinkan anak-anak mampu menunjukan keterlibatan personal yang tinggi,
2 kegiatan  pembelajaran  hendaknya  dilandasi  oleh  rasa  ingin  tahu  siswa,
oleh  karenanya  pembelajaran  hendaknya  didasarkan  pada  minat  dan kepedulian anak,
3 pembelajaran  hendaknya  dapat  mengemangkan  sensivitas  anak  terhadap
berbagai masalah dan tantangan, 4
kegiatan  belajar  hendaknya  memberikan  kebebasan  kepada  anak  untuk berpikir  divergen,  sehingga  anak  tidak  dihadapkan  dengan  satu  jawaban
benar melainkan terdapat berbagai pertimbangan ide yang memungkinkan alternatif jawaban.
5 selama proses pembelajaran harus menghindari judgmental dari guru, guru
harus memberikan apresiasi terhadap kemampuan anak, 6
pengalaman belajar hendaknya memungkinkan siswa melakukan berbagai eksperimen,
7 memberikan  kesempatan  kepada  anak  untuk  menentukan  pilihannya
sendiri, dan 8
selama proses  pembelajaran anak-anak dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari.
33
Selain  hal-hal  di  atas,  cara  mengembangkan  kreativitas  menurut  Pamilu 2007:65-67 adalah sebagai berikut.
1 usahakanlah anak mengerjakan sesuatu dengan senang hati,
2 sediakan “ruang pameran” untuk memajang karya-karya terbaiknya,
3 latihlah anak untuk melakukan sesuatu yang baru,
4 latihlah anak untuk mengekspresikan dirinya,
5 teruskanlah kegiatan kreatif anak,
6 menyalurkan kreativitas anak, dan
7 mengunjungi tempat-tempat kreatif.
Dari  uraian  di  atas  dapat  diketahui  cara-cara  untuk  mengembangkan kreativitas  anak,  maka  dalam  merancang  sebuah  pembelajaran  di  kelas  perlu
untuk  memfasilitasi  siswa  dalam  melakukan  kegiatan  belajar  yang  dapat mengembangkan  kreativitas  siswa.  Dengan  demikian  kreativitas  siswa  dapat
berkembang dengan baik. d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Kreativitas  seseorang  berbeda  dengan  orang  lain.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh
banyak  faktor.  Faktor-faktor  tersebut  dapat  meningkatkan  atau  menurunkan kreativitas  seseorang.  Berikut  merupakan  beberapa  faktor  yang  dapat
meningkatkan kreativitas menurut Harlock Tjandrasa, 2010:11. 1
waktu, 2
kesempatan menyendiri, 3
dorongan, 4
sarana,
34
5 lingkungan yang merangsang,
6 hubungan orang tua-anak yang tidak posesif,
7 cara mendidik anak, dan
8 kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
1 Waktu
Untuk  menjadi  kreatif,  kegiatan  anak  seharusnya  tidak  diatur  sedemikian  rupa sehingga  hanya  sedikit  waktu  bebas  bagi  mereka  untuk  bermain-main  dengan
gagasan-gagasan  dan  konsep-konsep  dan  mencobanya  dalam  bentuk  baru  dan orisinal.
2 Kesempatan Menyendiri
Anak  membutuhkan  waktu  menyendiri  untuk  mengembangkan  kehidupan imajinatif yang kaya.
3 Dorongan
Anak-anak  harus  didorong  untuk  kreatif  dan  bebas  dari  ejekan  dan  kritik  yang sering kali dilontarkan kepada anak yang kreatif.
4 Sarana
Sarana  untuk  bermain  harus  disediakan  untuk  merangssang  dorongan eksperimentasi  dan  eksplorasi,  yang  merupakan  unsur  penting  dari  semua
kreativitas. 5
Lingkungan yang Merangsang Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan
bimbingan  dan  dorongan  untuk  menggunakan  sarana  yang  akan  mendorong
35
kreativitas  siswa.  Ini  harus  dilakukan  sedini  mungkin  dari  masa  balita  dan dilanjutkan  di  masa  sekolah  dengan  menjadikan  kreativitas  suatu  pengalaman
yang menyenangkan dan dihargai secara sosial. 6
Hubungan Orang Tua-anak yang Tidak Posesif Orang  tua  yang  tidak  posesif  terhadap  anaknya  akan  mendorong  anak  untuk
mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas. 7
Cara Mendidik Anak Mendidik  anak  dengan  demokratis  dan  permisif  di  rumah  dan  sekolah
meningkatkan kreativitas, sedangkan cara otoriter memadamkanya. 8
Kesempatan untuk Memperoleh Pengetahuan Kreativitas  tidak  muncul  dalam  kehampaan.  Semakin  banyak  pengetahuan  yang
diperoleh anak, semakin baik dasar untuk memperoleh hasil yang kreatif. Selain  terdapat  faktor-faktor  yang  meningkatkan  kreativitas,  terdapat  pula
faktor  yang  menghambat  kreativitas.  Berikut  merupakan  faktor-faktor  yang menghambat kreativitas menurut Harlock Tjandrasa, 2010:29.
1 membatasi eksplorasi,
2 keterpaduan waktu,
3 dorongan kebersamaan keluarga,
4 membatasi khayalan,
5 peralatan bermain yang sangat tersruktur,
6 orang tua yang konservatif,
7 orang tua yang terlalu melindungi, dan
8 disiplin yang otoriter.
36
1 Membatasi Eksplorasi
Membatasi  ekplorasi  atau  pertanyaan  anak-anak  berarti  membatasi  kreativitas mereka.
2 Keterpaduan Waktu
Jika anak diatur sedemikian rupa sehingga membatasi waktu bebas mereka untuk berbuat  sesuka  hati,  mereka  kehilangan  salah  satu  yang  diperlukan  untuk
pengembangan kreativitas. 3
Dorongan Kebersamaan Keluarga Harapan  bahwa  semua  kegiatan  bersama-sama  tanpa  mempedulikan  minat  dan
pilihan pribadi masing-masing, mengganggu perkembangan kreativitas. 4
Membatasi Khayalan Anggapan bahwa khayalan hanya membuang waktu dan menjadi sumber gagasan
yang realistis, berupaya keras untuk menjadikan anak realistis. 5
Peralatan Bermain yang Sangat Terstruktur Anak  yang  diberi  peralatan  bermain  yang  sangat  terstruktur  seperti  boneka  yang
perpakaian  lengkap  atau  buku  berwarna  dengan  gambar  yang  harus  diwarnai, kehilangan kesempatan bermain yang mendorong perkembangan kreativitas.
6 Orang Tua yang Konservatif
Orang tua yang konservatif, yang takut menyimpang dari pola social yang direstui sering bersikeras agar anaknya mengikuti langkah-langkah mereka.
7 Orang Tua yang Terlalu Melindungi
Jika orang tua terlalu melindungi, mereka mengurangi kesempatan untuk mencari cara mengerjakan sesuatu yangbaru dan berbeda.
37
8 Disiplin yang Otoriter
Disiplin  yang  otoriter  membuat  sulit  atau  tidak mungkin  ada  penyimpangan  dari perilaku yang direstui orang tua.
Dari beberapa faktor penghambat di atas, faktor membatasi ekplorasi adalah faktor yang paling sering terjadi di dalam pembelajaran. Guru belum memberikan
kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengeksplorasi  pengetahuannya,  hal  ini dikarenakan  pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa adalah kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya dalam
proses  belajar  untuk  menemukan  ide,  gagasan,  konsep,  atau  produk  baru  dalam belajarnya. Ciri-ciri anak berkreativitas dapat dibagi menjadi dua yaitu ciri aspek
kognitif  dan  aspek  afektif.  Ciri  aspek  kognitif  meliputi  kelancaran  berpikir, keluwesan berpikir, keaslian berpikir, dan elaborasi. Sedangkan ciri aspek afektif
diantaranya memiliki rasa ingin tahu, memiliki daya imajinasi, merasa tertantang oleh  kemajemukan  atau  masalah  yang  rumit,  berani  mengambil  resiko,  dan
memiliki sifat menghargai. Dalam  penelitian  ini  hanya  aspek  kognitif  yang  akan  dijabarkan  menjadi
indikator-indikator dalam lembar instrumen. Berikut indikator dari aspek kognitif yang  akan  digunakan  dalam  penelitian  ini:  mengajukan  dan  menjawab  sejumlah
pertanyaan,  dapat  bekerja  lebih  cepat  dan  mandiri,  dapat  memikirkan  berbagai macam  cara  untuk  menyelesaikan  masalah,  serta  mencoba  atau  menguji  sesuatu
secara detail.
38
B. Penelitian yang Relevan