Penggolongan lebih lanjut adalah pembagian atas Sistem saraf otonom vegetatif yang bekerja tidak di bawah kemauan, dan sistem saraf somatik atau
sistem saraf yang bekerja di bawah kemauan Mutschler, 1991. Unsur penyusun neuron sel saraf adalah badan sel soma, perikaryon
dengan inti sel, badan golgi, badan Nissl; dan serabut saraf yang terdiri dari akson silinder aksis, neurit cabang yang panjang, dan dendrit cabang yang pendek.
Mutschler, 1991.
1. Jalannya rangsang pada sel saraf
Impuls saraf dari SSP hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor melalui pelepasan suatu zat kimia yang khas yang disebut transmitor
neurohormonal = transmitor. Pada keadaan potensial istirahat pada akson, membran sel dalam keadaan potensial negatif, hal ini diakibatkan oleh kadar ion
K di dalam sel saraf 40 kali lebih besar daripada kadarnya diluar sel, sedangkan ion Na dan Cl jauh lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan ini ion Na tidak dapat
memasuki sel. Bila ada depolarisasi akibat rangsangan dari luar yang mencapai ambang rangsang, maka permebilitas terhadap ion Na sangat meningkat sehingga
Na masuk ke dalam sel dan menyebabkan potensial negatif tadi menjadi netral dan atau bahkan menjadi positif = polarisasi terbalik. Kejadian ini diikuti oleh
repolarisasi, yaitu kembalinya potensial istirahat dengan terhentinya pemasukan ion Na dan keluarnya ion K. Perubahan potensial tersebut disebut potensial aksi
impuls saraf Darmansjah, Setiawati, dan Gan, 1995. Suatu transmisi neurohormonal tidak selalu menyebabkan depolarisasi,
tetapi juga menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi disebabkan karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akibat meningkatnya permeabilitas dari ion K Darmansjah dkk, 1995.
2. Sistem saraf menurut fungsi
a. Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak kranial, yaitu saraf- saraf yang keluar dari otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi dari
sistem saraf sadar ini adalah untuk mengatur gerakan-gerakan yang dipengaruhi kemauan yang diatur oleh sistem piramidal, dan mengatur
berlangusngnya gerakan-gerakan terlatih yang diatur oleh sistem ekstrapiramidal seperti berjalan, naik sepeda, mimik dan sebagainya
McLeish, 1986. b.
Sistem saraf otonom Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing
jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut saraf praganglion, dan
yang berada pada ujung ganglion disebut saraf postganglion. Sistem saraf otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu Anonim, 2007c.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan antagonis. Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus
vagus bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung Darmansjah dkk, 1995.
Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom Organ
Kerja setelah perangsangan Simpatikus Parasimpatikus
Jantung frekuensi
kekuatan kontraksi Meningkat
Meningkat Menurun
Menurun Paru-paru
Otot bronkus Relaksasi
Kontraksi Kelenjar air ludah
Sekret kental Banyak sekret encer
Peristaltik saluran cerna Diperlemah
Diperkuat Kandungan empedu
Relaksasi Kontraksi
Mutschler, 1991 Susunan saraf otonom berfungsi sebagai pengatur regulator,
penyelaras, dan koordinator aktifitas viseral vital Noback, 1982. Sistem saraf otonom berguna untuk memelihara keseimbangan dalam organisme sistem
keseimbangan dalam dimana sistem ini mengatur fungsi-fungsi organ yang tidak dibawah kemauan dan kesadaran, seperti :
1.
Sirkulasi
dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung dan khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.
2. Pernafasan
dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi pernafasan dan penyempitan atau penyempitan otot bronkus.
3. Peristaltik saluran cerna
4. Tonus
semua otot polos lainnya seperti kandung empedu, ureter, kandung kemih, dan
5. Sekresi
kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, kelenjar usus, dan kelenjar-kelenjar lain Mutschler, 1991.
Sistem vegetatif eferen pada simpatikus dan parasimpatikus masing- masing terdiri dari 2 neuron. Dari neuron yang satu rangsang dari sistem saraf
pusat dihantarkan ke suatu ganglion vegetatif, di sini terjadi perangsangan pada neuron kedua yang menuju organ yang dituju. Berdasarkan hubungan dengan
ganglion, neuron pertama disebut neuron preganglion dan neuron kedua disebut neuron postganglion Noback, 1982.
Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik; sebaliknya, kejadian somatik dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Sebagai contoh
denyut jantung bertambah cepat saat kita berolah raga, mengecilnya pupil dan menyipitkan mata saat mata menerima kelebihan cahaya, dan sebagainya
Mutschler, 1991.
D. Psikotropika