1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam bersosialisasi di
kehidupan hari- hari. Mata pelajaran IPS bermanfaat dan perlu diajarkan sejak dini karena mampu melatih keaktifan dan kreatifitas siswa dalam berpikir baik
oleh pihak keluarga maupun sekolah. Menurut Banks dalam Susanto, 2013:141 pendidikan IPS merupakan
bagian dari kurikulum yang bertujuan untuk mendewasakan siswa. Siswa bisa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dalam rangka
berpartisipasi dalam masayarakat. IPS ditekankan untuk diajarkan kepada siswa terutama dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jika sejak dini, IPS sudah
diajarkan akan membuat siswa lebih banyak memiliki bekal untuk terjun di dalam masyarakat baik dari pengetahuan maupun keterampilan sosial. Di dalam
Kurikulum Pendidikan Dasar, cakupan materi IPS pada kelas III adalah lingkungan sosial. Materi lingkungan sosial lebih bisa dipahami dengan baik
apabila ditunjang dengan kemampuan melakukan hubungan sosial di dalam masyarakatnya. Materi ini mengharapkan supaya siswa mengenal keluarga,
masyarakat sekolah seperti guru dan teman sebaya. Setidaknya siswa bisa menjalin komunikasi yang baik untuk bisa menjalin kerjasama.
2 Sesuai dengan hasil diskusi peneliti dengan guru mata pelajaran IPS
sekaligus wali kelas III mengatakan bahwa materi yang berkaitan dengan uang dan tabungan sulit dipahami oleh siswa. Materi untuk memahami pentingnya
melakukan menabung dan menghemat uang jajan juga masih belum banyak dilakukan oleh siswa. Materi yang dimaksudkan adalah mengenai dari ciri-ciri
uang, menceritakan kegunaan uang sebagai alat pembayaran, membuat daftar prioritas berbelanja kebutuhan dan menabung.Materi ini disampaikan untuk
melatih siswa dalam memahami fungsi uang dan pentingnya menabung. Hasil wawancara dengan guru mengatakan masih banyak siswa yang tidak
menabung. Guru mengatakan bahwa siswa lebih memilih jajan di saat jam istirahat walaupun beberapa siswa tersebut sudah membawa bekal. Siswa belum
memliki kesadaran untuk mengelola uang dan menabung. Hal ini didukung dari hasil observasi pada 13 September 2013. Rata- rata siswa membawa uang saku
Rp.3000,00 hingga Rp.5000,00. Sebagian siswa lebih memilih untuk jajan daripada menabung. Alasan siswa ketika ditanya tentang alasan jajan adalah tidak
membawa bekal, lebih suka makanan di kantin dan sengaja menyisihkan uang untuk jajan.
Beberapa siswa mengatakan bahwa selama ini mereka tidak mengerti apa itu buku keuangan dan manfaatnya. Siswa juga menyatakan tidak pernah
menabung baik di kelas maupun di rumah. Terkait dengan materi ciri-ciri uang, beberapa siswa tahu dan mengenal jenis alat pembayaran lain yang bisa
digunakan seperti ATM walaupun hanya bisa digunakan di tempat tertentu. Siswa tidak tahu bahwa ada jenis alat pembayaran lain yang bisa digunakan seperti uang
3 giral yaitu cek dan wesel. Siswa sudah mengenal nama mata uang rupiah tetapi
ada juga yang belum mengenal nama mata uang dari negara lain. Selain karena belum mendapatkan materinya, siswa tersebut belum pernah melihat bentuk dari
mata uang tersebut. Peraturan di sekolah menyatakan bahwa prestasi dianggap baik jika bisa
melewatiKriteria Ketuntasan Minimal KKM yang sudah ditetapkan. KKM mata pelajaran IPS kelas III sebesar 70. Fakta di lapangan menunjukkan banyak siswa
yang tidak lolos KKM saat Ulangan Tengah Semester UTS Gasal 2013.Siswa yang lolos KKM hanya berjumlah tiga orang dengan nilai 70, 72 dan 82.Delapan
orang siswa mendapatkan nilai pada rentang 60 hingga 69.Sisanya mendapatkan nilai di bawah 60.
Menurut hasil wawancara dengan guru, ada beberapa hal yang menyebabkan siswa banyak yang tidak lolos KKM.Hal pertama adalah karena
cakupan materi pada saat UTS lebih luas dan banyak daripada tugas atau ulangan harian. Hal kedua, tidak ada kesempatan untuk membuka catatan atau sumber lain
atau bertanya kepada guru. Hal ketiga, guru merasa masih kesulitan mencari metode yang sesuai untuk siswa kelas III.Ada dua penyebabnya, yaitu jam
pelajaran untuk IPS masih terbatas hanya 3 x 1 jam pelajaran.Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 40 menit, setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis. Hal yang lain
adalah karena guru pengampu mata pelajaran IPS kelas III merupakan guru baru yang mengajar di Tahun Ajaran 20132014 di SD Kanisius Kintelan I sehingga
belum menemukan metode pembelajaran yang sesuai dan bisa digunakan untuk permasalahan tersebut.
4 Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai
tanggung jawab pembentukan sosial siswa sejak dini terutama kerjasama di dalam masyarakat Apriono, 2011:160.Masyarakat yang ada di lingkup sekolah adalah
guru dan para karyawan sekolah, yang terdekat adalah sesama siswa satu kelas. Sekolah perlu memikirkan cara untuk meningkatkan aspek perkembangan siswa
ketika belajar yaitu akademis dan keterampilan melakukan kerjasama. Materi IPS kelas III sudah seharusnya diajarkan secara lebih luas selain
mengenal diri sendiri dan keluarga. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP salah satu ruang lingkup dari materinya adalah perilaku ekonomi dan
kesejahteraan. Lebih penting lagi, adanya pengembangan keterampilan yang seharusnya mulai dikuasai siswa, salahsatunya yaitu kerjasama. Dalam salah satu
tujuan mata pelajaran IPS, KTSP menyatakan agar siswa memiliki kemampuan melakukan kerjasama. Unsur-unsur kerjasama yang seharusnya dimiliki oleh
siswa untuk membuat suasana belajar nyaman dan kondusif serta saling mendukung kesuksesan akademik. Beberapa siswa kelas III SD Kanisius Kintelan
I ini yang belum melakukan kerjasama dengan baik. Sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 9 September 2013 ditemukan
beberapa kasus siswa kurang mampu bekerjasama dengan baik dan tercipta kondisi belajar yang kurang nyaman untuk sebagian siswa. Pada saat kerja
kelompok, beberapa siswa masih membagi tugas untuk mengerjakan sendiri- sendiri. Jika ada siswa yang merasa kesulitan, tidak dibantu tetapi disuruh
membuka buku paket atau bertanya kepada guru. Ada dua anggota laki- laki dari suatu kelompok yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas.Mereka sibuk
5 menjahili teman saja.Satu anggota dari kelompok yang berbeda, hanya duduk
menyendiri di belakang kelas dan bermain kertas. Hasil pada observasi kedua yang dilakukan pada 13 September 2013 juga
mengatakan ada siswa yang masih belum bisa menlakukan kerjasama dengan baik. Ketika observasi, siswa diberikan tugas kelompok dari guru yaitu untuk
melakukan percobaan. Satu kelompok terdiri dari empat hingga lima orang siswa. Ketika pembagian kelompok berlangsung, siswa banyak yang protes karena siswa
ingin berkelompok hanya dengan teman dekat saja, dengan kondisi seperti itu banyak hal yang ditimbulkan. Beberapa hal yang ditunjukkan dengan tidak mau
mengerjakan tugas, tidak mau bergabung dalam kelompok dan mengganggu anggota kelompok sendiri atau anggota kelompok yang lain. Hal lain yang
membuat susasana menjadi tidak nyaman karena mengejek dengan siswa yang memiliki cacat fisik. Hasil observasi awal menunjukan persentase sebesar 55,39
dari perilaku-perilaku yang ditunjukan siswa ketika melakukan kerjasama. Permasalahan prestasi dan kerjasama dapat diperbaiki dengan model
pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif merupakan solusi untuk guru dalam berbagai macam tujuan belajar. Salah satu keunggulan
pembelajaran kooperatif Slavin, 2009:4; Isjoni, 2012: 23 untuk meningkatkan prestasi siswa kemampuan dalam bekerjasama. Stahl dalam Isjoni, 2012:35
menjelaskan bahwa selain keberhasilan dalam belajar, siswa juga akan terlatih dalam ketrampilan sosial misalnya bekerjasama dengan teman. Prestasi akademik
meningkat karena pembelajaran ini menggunakan siswa sebagai sumber motivasional di dalam kelas Sunaryanto,1998:252. Hal ini berarti, siswa akan
6 memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik dalam kelompok dan saling
memberi semangat dan pengertian terhadap teman satu kelompok. Siswa yang termotivasi tentunya belajar lebih baik untuk memahami materi pelajaran.
Berbagai macam metode dalam model pembelajaran kooperatif bisa digunakan di dalam kelas asalkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa
Isjoni,2012:73. Metode yang cocok digunakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan deskripsi permasalahan di atas adalah STAD Student
Team Achivement Divisions
.Metode ini bisa digunakan untuk siswa sekolah dasar sejak kelas II.Metode ini juga dianggap sebagai metode yang paling baik namun sederhana
yang bisa dilakukan untuk guru baru Slavin,2009:143. STAD merupakan metode yang menekankan adanya kerjasama antar
siswa dalam kelompok untuk saling memotivasi dan mengajari satu sama lain supaya bisa memahami materi dengan baik. Menurut Slavin dalam
Isjoni,2012:74 tahapan yang ada di dalam metode ini bisa memberikan dukungan kinerja akademik yang bai. Dukungan kinerja yang baik akan nampak pada saat
siswa dikelompokan satu dengan yang lain setelah guru menjelaskan materi. Siswa akan diberikan tugas kelompok untuk membantu pemahaman materi
supaya bisa mendapatkan nilai terbaik ketika mengerjakan kuis individu. Penghargaan diperoleh dari rata-rata nilai kelompok dari kuis individu yang
dikerjakan, kemudian disesuaikan kategori sesuai nilainya. Penghargaan memicu siswa untuk menunjukan hasil terbaik ketika mengerjakan. Hal yang baik dari
metode ini juga melibatkan siswa untuk masuk ke dalam perbedaan yang ada di
7 dalam kelompoknya, melakukan kerjasama untuk memperoleh nilai terbaik baik
secara individu maupun kelompok. Dalam penelitian Sunaryanto 1998:252dikatakan bahwa salah satu
alternatif pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS adalah dengan bekerjasama dengan orang lain. Pendapat ini juga didukung melalui sebuah
laporan penelitian Isjoni,2012:15 bahwa pembelajaran kooperatif lebih tepat digunakan dalam pembelajaran IPS. Dari diskusi kelompok, siswa memberikan
pengaruh pada peningkatan prestasi akademik. Siswa terlibat di dalam situasi untuk mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat untuk menghasilkan
satu jawaban akan permasalahan. Siswa tetap bisa mendapatkan prestasi individu yang baik dalam kegiatan ulangan dengan cakupan materi yang luas melalui
kebiasaan untuk saling berpendapat. Kebiasaan berpendapat inilah yang memicu siswa untuk bisa mengingat dan memahami banyak materi pelajaran Steven dan
Slavin, 1995. Dari pendapat tersebut, pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dibatasi pada peningkatan kerjasama dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta.Materi yang digunakan terbatas pada semester genap tahun ajaran 20132014.Dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang mengacu pada KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah digunakan sejak tahun ajaran
20072008. Standar Kompetensi : Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan
8 uang dengan Kompetensi Dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang dan 2.5 Mengenal
penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.
1.2 Batasan Masalah