Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

(1)

xiii ABSTRAK

Nastiti, F. A. (2014). Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar IPS dengan Pembelajaran Kooperatif STAD pada Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

IPS merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak kelas III. Banyak siswa kelas III mengalami kesulitan untuk memahami materi mengenai perekonomian dan kesejahteraan serta penggunaan uang. Kondisi ini didukung dengan nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 54,55 dari Ulangan Tengah Semester 2013/2014. Hasil observasi pada perilaku kerjasama yang ditunjukkan bernilai sebesar 55,39%. Perilaku kerjasama yang dilihat adalah saling ketergantungan siswa satu dengan yang lain dan menunjukkan interaksi yang baik sehingga saling mendukung. Masalah yang lain adalah guru yang mengampu IPS pada kelas III adalah guru baru yang mengajar. Pembelajaran kooperatif STAD merupakan solusi untuk meningkatkan nilai prestasi belajar sekaligus keterampilan bekerjasama.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin dilakukan selama dua siklus. Pelaksanaan dilakukan terhadap siswa kelas III SD dari tanggal 22 April-1 Mei 2014 di SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta. Instrumen yang dipakai adalah tes prestasi dan skala kerjasama, dikerjakan siswa setiap akhir siklus serta observasi dan wawancara terkait dengan peningkatan kerjasama dan prestasi dengan STAD. Pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel.

Peningkatan kerjasama dilihat dari rata-rata dari 55,39% menjadi 68,82% pada siklus I dan siklus II meningkat sebesar 91,13%. Peningkatan ini dilihat dari lembar observasi yang dari guru dan peneliti. Peningkatan prestasi ditunjukkan dari rata-rata tes prestasi siklus I dan II dari kondisi awal 54,55 diperoleh 80,03 pada siklus I dan lebih tinggi lagi pada siklus II sebesar 89,28. Pembelajaran kooperatif STAD mampu meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD semester genap tahun ajaran 2013/2014 SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta.

Kata kunci: PTK, peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS, pembelajaran kooperatif STAD, kelas III SD.


(2)

xiv

ABSTRACT

Nastiti, F.A. (2014). Improving Cooperation and Learning Achievement of Social Studies Using Cooperative Learning STAD for Students Grade 3rd SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta . A Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Social is an important lesson that had been taught since grade III. Many students had difficulty to understand the economics, welfare and the use of money. This condition was supported by the average score of the initial conditions for 54.55 from Midterm Test 2013/2014. The observation result on the behaviour cooperation shown for 55.39%. The behaviour cooperation that had been seen was interdependence from each student and shown a good interaction so can supported each other. Another problem was the social teacher in grade III is a new teacher. STAD cooperative learning is a solution to improve the learning achievement and cooperative skill.

This research used Classroom Action Research (CAR) observation method Kurt Lewin model that have been done in two cycles. The observation had been done to grade III elementary school students from April 22 until May 1, 2014 in Kanisius Kintelan 1 Elementary School Yogyakarta. The instrument used achievement test and cooperation scale that had been done every end of cycle also the observation and interview related with cooperative improvement and achievement with STAD. Processing of the data presented in tabular form.

Cooperation improvement viewed from the average from 55,39% became 68,82% in the first cycle and in the second cycle increased by 91,13%. This improvement viewed from observation form from teachers and researcher. Achievement improvement viewed from the average of achievement test first and second cycle from the initial condition 54,55 retrieved 80,03 in the first cycle and higher in the second cycle for 89,28. STAD cooperative learning could improve the cooperation and social achievement grade III elementary school students second semester school year 2013/2014 Kanisius Kintelan 1 Elementary School Yogyakarta.

Keyword: Classroom Action Research, cooperative improvement and social learning achievement, STAD cooperative learning, grade III elementary school.


(3)

PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR

IPS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA

SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN I

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Filumena Ajeng Nastiti NIM: 101134129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR

IPS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA

SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN I

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Filumena Ajeng Nastiti NIM: 101134129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

UAN PEMBIM BING


(5)

ii


(6)

iii


(7)

iv

AMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1.

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya

kepada saya selama proses penulisan dari perencanaan hingga selesai.

2.

Kedua orang tua peneliti tercinta, Piss Rakyan Mahakala Mintaraga

dan Sylvester Natalia Lilik Saptawati Widyarini yang telah memberikan

kasih sayang, mendoakan, mendidik, mendukung, memberikan semangat,

dan mencukupkan segala kebutuhan.

3.

Kedua adik saya, Fabiola Nimas Ayu Sukeswari dan Felicitas Athalia

Sekardaniswara yang selalu memberikan dukungan juga doa kepada

saya.

4.

Gerardus Krisna Satya yang senantiasa memberikan semangat

menyelesaikan pendidikan Sarjana.

5.

Semua saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya.

6.

Sahabat- sahabat yang selalu menjadi penyemangat bagi saya.

7.

Teman-teman PGSD angkatan 2010.


(8)

v

HALAMAN MOTTO

Dia memberikan kekuatan kepada yang lelah

dan menambahkan semangat kepada yang tiada berdaya.

(Yesaya 40: 29)

Christie Herie Hodie Semper

(

Kristus dahulu, sekarang, selalu)

He who learns but does not think, is lost

He who thinks but does not learn is in great danger

(Confusius)

Ora et Labora (Berdoa dan Bekerja)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karyaorang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juni 2014 Peneliti,


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma.

Nama : Filumena Ajeng Nastiti

Nomor Induk Mahasiswa : 101134129

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPS

DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS

III SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA”beserta perangkat yang diperlukan, (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalty kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 22 Juli 2014 Yang menyatakan,


(11)

viii

ABSTRAK

Nastiti, F. A. (2014). Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar IPS dengan Pembelajaran Kooperatif STAD pada Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

IPS merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak kelas III. Banyak siswa kelas III mengalami kesulitan untuk memahami materi mengenai perekonomian dan kesejahteraan serta penggunaan uang. Kondisi ini didukung dengan nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 54,55 dari Ulangan Tengah Semester 2013/2014. Hasil observasi pada perilaku kerjasama yang ditunjukkan bernilai sebesar 55,39%. Perilaku kerjasama yang dilihat adalah saling ketergantungan siswa satu dengan yang lain dan menunjukkan interaksi yang baik sehingga saling mendukung. Masalah yang lain adalah guru yang mengampu IPS pada kelas III adalah guru baru yang mengajar. Pembelajaran kooperatif STAD merupakan solusi untuk meningkatkan nilai prestasi belajar sekaligus keterampilan bekerjasama.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin dilakukan selama dua siklus. Pelaksanaan dilakukan terhadap siswa kelas III SD dari tanggal 22 April-1 Mei 2014 di SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta. Instrumen yang dipakai adalah tes prestasi dan skala kerjasama, dikerjakan siswa setiap akhir siklus serta observasi dan wawancara terkait dengan peningkatan kerjasama dan prestasi dengan STAD. Pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel.

Peningkatan kerjasama dilihat dari rata-rata dari 55,39% menjadi 68,82% pada siklus I dan siklus II meningkat sebesar 91,13%. Peningkatan ini dilihat dari lembar observasi yang dari guru dan peneliti. Peningkatan prestasi ditunjukkan dari rata-rata tes prestasi siklus I dan II dari kondisi awal 54,55 diperoleh 80,03 pada siklus I dan lebih tinggi lagi pada siklus II sebesar 89,28. Pembelajaran kooperatif STAD mampu meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD semester genap tahun ajaran 2013/2014 SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta.

Kata kunci: PTK, peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS, pembelajaran kooperatif STAD, kelas III SD.


(12)

ix

ABSTRACT

Nastiti, F.A. (2014). Improving Cooperation and Learning Achievement of Social Studies Using Cooperative Learning STAD for Students Grade 3rd SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta . A Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Social is an important lesson that had been taught since grade III. Many students had difficulty to understand the economics, welfare and the use of money. This condition was supported by the average score of the initial conditions for 54.55 from Midterm Test 2013/2014. The observation result on the behaviour cooperation shown for 55.39%. The behaviour cooperation that had been seen was interdependence from each student and shown a good interaction so can supported each other. Another problem was the social teacher in grade III is a new teacher. STAD cooperative learning is a solution to improve the learning achievement and cooperative skill.

This research used Classroom Action Research (CAR) observation method Kurt Lewin model that have been done in two cycles. The observation had been done to grade III elementary school students from April 22 until May 1, 2014 in Kanisius Kintelan 1 Elementary School Yogyakarta. The instrument used achievement test and cooperation scale that had been done every end of cycle also the observation and interview related with cooperative improvement and achievement with STAD. Processing of the data presented in tabular form.

Cooperation improvement viewed from the average from 55,39% became 68,82% in the first cycle and in the second cycle increased by 91,13%. This improvement viewed from observation form from teachers and researcher. Achievement improvement viewed from the average of achievement test first and second cycle from the initial condition 54,55 retrieved 80,03 in the first cycle and higher in the second cycle for 89,28. STAD cooperative learning could improve the cooperation and social achievement grade III elementary school students second semester school year 2013/2014 Kanisius Kintelan 1 Elementary School Yogyakarta.

Keyword: Classroom Action Research, cooperative improvement and social learning achievement, STAD cooperative learning, grade III elementary school.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga skripsi yang berjudul Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar IPS dengan Pembelajaran Kooperatif STAD Pada Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakartadapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya doa, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, dengan tulus hati perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Kepala Program Studi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I skripsi yang memberikan kritik pada awal mula penyusunan judul hingga selesai penelitian.

5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan sejak dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

6. Kepala SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

7. Catarina Dian Saraswati, S.Pd wali murid dan pengampu mata pelajaran IPS kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta yang telah memberikan ijin, bantuan, dukungan dan partisipasi selama peneliti melaksanakan penelitian di sekolah.

8. Seluruh dosen PGSD USD yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.


(14)

xi

9. Siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang telah memberikan waktu untuk bekerja sama dengan baik selama penelitian ini berlangsung.

10.Kedua orang tua saya, PiusRakyan Mahakala Mintaraga dan Sylvester Natalia Lilik Saptawati Widyarini yang selalu memberikan kasih sayang, mendoakan, mendidik, mendukung, dan memberikan semangat kepada peneliti.

11.Kedua adik saya, Fabiola Nimas Ayu Sukeswari dan Felicitas Athalia Sekardaniswara yang selalu mendukung dan memberikan semangat bagi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.

12.Gerardus Krisna Satya yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah hingga skripsi selesai.

13.Teman-teman PGSD angkatan 2010 kelas B yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti selama empat tahun berjuang bersama.

14.Segenap pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan dan doanya selama ini.

Peneliti menyadari bahawa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu peneliti mengharapkan saran, masukan, dan kritik yang membangun demi tercapainya perbaikan skripsi yang lebih sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi perkembangan dunia pendidikan pada khususnya. Terima kasih.

Peneliti,


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL … ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL .………... xvi

DAFTAR BAGAN .………...…... xviii

DAFTAR GAMBAR .……….………..………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ………... xx

BAB I PENDAHULUAN .………....……….. 1

1.1Latar Belakang Masalah ……….…………. 1

1.2Batasan Masalah ………..………... 8

1.3Rumusan Masalah ..………..…………... 8

1.4Tujuan Penelitian ………..……….. 9

1.5Manfaat Penelitian ……….………. 9

1.6Definisi Operasional ……….……….. 10

BAB II LANDASAN TEORI .………..………..……… 11


(16)

xiii

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif ……… 11

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif ………... 11

2.1.1.2 Ciri- Ciri Pembelajaran Kooperatif………..……… 11

2.1.1.3 Manfaat Pembelajaran Kooperatif……….…………... 13

2.1.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ………..….. 15

2.1.2 STAD (Student Team Achievement Divissions)………. 16

2.1.2.1 Pengertian STAD ……….……… 16

2.1.2.2 Langkah-langkah STAD ……….. 17

2.1.3 Kerjasama ………..………… 19

2.1.3.1 Pengertian Kerjasama ………..……… 19

2.1.3.2 Unsur- unsur Kerjasama ………... 20

2.1.4 Prestasi Belajar ………..………….. 22

2.1.4.1 Pengertian Prestasi Belajar ………..…………. 22

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mendukung Prestasi Belajar ………..……… 23

2.1.5 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) ………..….. 24

2.1.5.1 Pengertian IPS ……….…………. 24

2.1.5.2 Tujuan IPS ……….…………... 24

2.1.5.3 Materi IPS ………..…………... 26

2.1.5.3.1 Sejarah Uang ………..…………... 26

2.1.5.3.2 Jenis Uang ………..………… 27

2.1.5.3.3 Cara Mengelola Uang yang Baik ………..………… 29

2.2 Penelitian Yang Relevan ………..…………... 30

2.2.1 Deskripsi Penelitian Yang Relevan ………. 30

2.2.2 Literatur Map ………...………… 33

2.3 Kerangka Berpikir ………..………… 34

2.4 Hipotesis Penelitian ………...…... 35

BAB III METODE PENELITIAN………..……. 36

3.1 Jenis Penelitian ………..……. 36


(17)

xiv

3.2.1 Tempat Penelitian ………..…….. 37

3.2.2 Subjek Penelitian ………...….. 37

3.2.3 Objek Penelitian ………..……. 38

3.2.4 Waktu Penelitian ………...…… 39

3.3 Rencana Tindakan ……….….. 39

3.3.1 Persiapan ………..… 39

3.3.2 Pelaksanaan ………..… 40

3.3.3 Rencana Setiap Siklus ………..… 42

3.3.3.1 Siklus I ………..… 42

3.3.3.1.1 Pertemuan 1 Siklus I ………..… 42

3.3.3.1.2 Pertemuan 2 Siklus I ………..…… 43

3.3.3.2 Siklus II ………..……... 43

3.3.3.2.1 Pertemuan 1Siklus II ………..…… 44

3.3.3.2.2 Pertemuan 2 Siklus II ………...…... 44

3.4 Instrumen Penelitian ………..…………. 45

3.4.1 Instrumen Penelitian Variabel Kerjasama ……… 45

3.4.2 Instrumen Variabel Prestasi Belajar IPS ………..………… 47

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ………..……… 48

3.5.1 Validitas Instrumen Penelitian ………... 48

3.5.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian ………..…... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………..……... 54

3.6.1 Pengumpulan Data Variabel Kerjasama ………..……… 54

3.6.2 Pengumpulan Data Variabel Prestasi Belajar IPS ………..………. 57

3.7 Teknik Analisis Data ………..……… 58

3.7.1 Analisis Data Variabel Kerjasama ………..……. 58

3.7.2 Analisis Data Variabel Prestasi Belajar IPS ………..….. 60

3.8 Indikator Keberhasilan ……….….… 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….….... 63


(18)

xv

4.1.1 Siklus I ……….…………... 63

4.1.1.1 Perencanaan Siklus I ……….………... 63

4.1.1.2 Tindakan Siklus I ……….… 63

4.1.1.2.1 Pertemuan Pertama Siklus I ……….……. 65

4.1.1.2.2 Pertemuan Kedua Siklus I ……….… 69

4.1.1.3 Pengamatan Siklus I ……….… 72

4.1.1.4 Refleksi Siklus I ……….…….…. 76

4.1.2 Siklus II ………..……….… 78

4.1.2.1 Perencanaan Siklus II ……….………….…. 78

4.1.2.2 Tindakan Siklus II ……….……….….. 79

4.1.2.2.1 Pertemuan Pertama Siklus II ……….… 79

4.1.2.2.2 Pertemuan Kedua Siklus II ……….…... 81

4.1.2.2.3 Pertemuan Ketiga Siklus II ………..…….. 84

4.1.2.3 Pengamatan Siklus II ……….……….….. 84

4.1.2.4 Refleksi Siklus II ……….……….…… 87

4.2 Pembahasan ……… 88

4.2.1 Kerjasama ……….….. 88

4.2.2 Prestasi Belajar IPS ……….…… 90

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ……….………….……..…. 92

5.1 Kesimpulan ………. 92

5.2 Keterbatasan Penelitian ………..…… 92

5.3 Saran ……….….. 92

DAFTAR PUSTAKA ……….…….……. 95

LAMPIRAN ……….……….…... 97

DOKUMENTASI FOTO ……….……. 169


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu ………….. 18

Tabel 2. Pedoman Pemberian Penghargaan Kategori Kelompok …….... 19

Tabel 3 Daftar Nilai- Nilai Mata Uang Negara- Negara ………. 27

Tabel 4. Kisi- Kisi Instrumen Observasi dan Wawancara ………... 46

Tabel 5. Kisi- kisi Instrumen Skala ……….… 46

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Wawancara ……….… 47

Tabel 7. Kisi- Kisi Tes Prestasi Siklus I……….…....…..…….…… 47

Tabel 8. Kisi- Kisi Tes Prestasi Individu Siklus II ………... 48

Tabel 9. Hasil Validasi Empirik Tes Prestasi Siklus I ………….…….… 50

Tabel 10. Hasil Validasi Empirik Tes Prestasi Siklus II ……….…. 51

Tabel 11. Hasil Validasi Empirik Skala Kerjasama …….…..………….. 51

Tabel 12. Kriteria Reliabilitas ……….…. 53

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Siklus I ….………..… 53

Tabel 14. Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Siklus II ….……..……..…. 54

Tabel 15. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kerjasama ….……….…………. 54

Tabel 16. Skor Aitem Skala ……...………... 59

Tabel 17. Pedoman Kriteria PAP II ………..… 59

Tabel 18. Indikator Keberhasilan Tindakan …………..……… 62

Tabel 19. Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014 Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta ………... 64


(20)

xvii

Tabel 20. Rencana Daftar Kelompok Siklus I ……….. 65

Tabel 21. Daftar Kelompok Siklus I ……….... 66

Tabel 22. Daftar Nilai Kuis Individu I Siklus I ………... 67

Tabel 23. Nilai Kuis Individu II Siklus I ……….…. 70

Tabel 24. Nilai Tes Prestasi Siklus I ………. 71

Tabel 25. Hasil Observasi Kerjasama Siklus I ………... 73

Tabel 26. Hasil Skala Kerjasama Siswa dan Kriteria Penilaian ……..…. 74

Tabel 27. Daftar Skor Kemajuan Siswa Siklus I ……….. 75

Tabel 28. Kriteria Penghargaan Kelompok Siklus I ……….… 76

Tabel 29. Nilai Kuis Individu I Siklus II ……….……. 80

Tabel 30. Nilai Kuis Individu II Siklus II ………...…………..… 82

Tabel 31. Nilai Tes Prestasi Siklus II ………..…. 83

Tabel 32. Nilai Observasi Kerjasama Siklus II ………..….…. 85

Tabel 33. Hasil Skala Kerjasama Siswa dan Kriteria Penilaian ……...… 86

Tabel 34. Daftar Skor Kemajuan Siswa Siklus II ……… 86

Tabel 35. Kriteria Penghargaan Kelompok Siklus II ………..……. 87

Tabel 36. Hasil Kerjasama Siswa Berdasarkan Observasi ……….…..… 88

Tabel 37. Hasil Kerjasama Siswa Berdasarkan Skala ...………….…… 89

Tabel 38. Hasil Prestasi IPS Berdasarkan Tes Prestasi …….…….…….. 90


(21)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Literature Map ………..…………....… 33


(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis Mata Uang Kertas yang Berlaku di Indonesia ………... 28


(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ………….. 97

Lampiran 2. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Narasumber …………. 98

Lampiran 3. Hasil Validasi Empirik Tes Prestasi Siklus I ………... 99

Lampiran 4. Hasil Validasi Empirik Tes Prestasi Siklus II …………..… 100

Lampiran 5. Hasil Validasi Empirik Skala Kerjasama ………. 101

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I …….……..… 102

Lampiran 7. Tes Prestasi Siklus I ……….……….….. 120

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……...……… 124

Lampiran 9. Tes Prestasi Siklus II ……….….……….… 141

Lampiran 10. Lembar Instrumen Observasi Kerjasama ………..… 146

Lampiran 11. Lembar Instrumen Skala Kerjasama …………..…….…... 149

Lampiran 12. Lembar Instrumen Wawancara ……….… 151

Lampiran 13. Hasil Kerja Siswa Kuis Individu Siklus I …………..…… 152

Lampiran 14. Hasil Kerja Siswa Tes Prestasi Siklus I ……….…… 154

Lampiran 15. Hasil Kerja Refleksi Siswa Siklus I …….……….. 157

Lampiran 16. Hasil Kerja Siswa Skala Kerjasama Siklus I ……….. 158

Lampiran 17. Hasil Kerja Siswa Kuis Individu Siklus II ………. 160 Lampiran 18. Hasil Kerja Siswa Tes Prestasi Siklus II ……… 162

Lampiran 19. Hasil Kerja Refleksi Siswa Siklus II …...……….. 165

Lampiran 20. Hasil Kerja Siswa Skala Kerjasama Siklus II ……...……. 166


(24)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam bersosialisasi di kehidupan hari- hari. Mata pelajaran IPS bermanfaat dan perlu diajarkan sejak dini karena mampu melatih keaktifan dan kreatifitas siswa dalam berpikir baik oleh pihak keluarga maupun sekolah.

Menurut Banks (dalam Susanto, 2013:141) pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum yang bertujuan untuk mendewasakan siswa. Siswa bisa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dalam rangka berpartisipasi dalam masayarakat. IPS ditekankan untuk diajarkan kepada siswa terutama dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jika sejak dini, IPS sudah diajarkan akan membuat siswa lebih banyak memiliki bekal untuk terjun di dalam masyarakat baik dari pengetahuan maupun keterampilan sosial. Di dalam Kurikulum Pendidikan Dasar, cakupan materi IPS pada kelas III adalah lingkungan sosial. Materi lingkungan sosial lebih bisa dipahami dengan baik apabila ditunjang dengan kemampuan melakukan hubungan sosial di dalam masyarakatnya. Materi ini mengharapkan supaya siswa mengenal keluarga, masyarakat sekolah seperti guru dan teman sebaya. Setidaknya siswa bisa menjalin komunikasi yang baik untuk bisa menjalin kerjasama.


(25)

2

Sesuai dengan hasil diskusi peneliti dengan guru mata pelajaran IPS sekaligus wali kelas III mengatakan bahwa materi yang berkaitan dengan uang dan tabungan sulit dipahami oleh siswa. Materi untuk memahami pentingnya melakukan menabung dan menghemat uang jajan juga masih belum banyak dilakukan oleh siswa. Materi yang dimaksudkan adalah mengenai dari ciri-ciri uang, menceritakan kegunaan uang sebagai alat pembayaran, membuat daftar prioritas berbelanja kebutuhan dan menabung.Materi ini disampaikan untuk melatih siswa dalam memahami fungsi uang dan pentingnya menabung.

Hasil wawancara dengan guru mengatakan masih banyak siswa yang tidak menabung. Guru mengatakan bahwa siswa lebih memilih jajan di saat jam istirahat walaupun beberapa siswa tersebut sudah membawa bekal. Siswa belum memliki kesadaran untuk mengelola uang dan menabung. Hal ini didukung dari hasil observasi pada 13 September 2013. Rata- rata siswa membawa uang saku Rp.3000,00 hingga Rp.5000,00. Sebagian siswa lebih memilih untuk jajan daripada menabung. Alasan siswa ketika ditanya tentang alasan jajan adalah tidak membawa bekal, lebih suka makanan di kantin dan sengaja menyisihkan uang untuk jajan.

Beberapa siswa mengatakan bahwa selama ini mereka tidak mengerti apa itu buku keuangan dan manfaatnya. Siswa juga menyatakan tidak pernah menabung baik di kelas maupun di rumah. Terkait dengan materi ciri-ciri uang, beberapa siswa tahu dan mengenal jenis alat pembayaran lain yang bisa digunakan seperti ATM walaupun hanya bisa digunakan di tempat tertentu. Siswa tidak tahu bahwa ada jenis alat pembayaran lain yang bisa digunakan seperti uang


(26)

3

giral yaitu cek dan wesel. Siswa sudah mengenal nama mata uang rupiah tetapi ada juga yang belum mengenal nama mata uang dari negara lain. Selain karena belum mendapatkan materinya, siswa tersebut belum pernah melihat bentuk dari mata uang tersebut.

Peraturan di sekolah menyatakan bahwa prestasi dianggap baik jika bisa melewatiKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan. KKM mata pelajaran IPS kelas III sebesar 70. Fakta di lapangan menunjukkan banyak siswa yang tidak lolos KKM saat Ulangan Tengah Semester (UTS) Gasal 2013.Siswa yang lolos KKM hanya berjumlah tiga orang dengan nilai 70, 72 dan 82.Delapan orang siswa mendapatkan nilai pada rentang 60 hingga 69.Sisanya mendapatkan nilai di bawah 60.

Menurut hasil wawancara dengan guru, ada beberapa hal yang menyebabkan siswa banyak yang tidak lolos KKM.Hal pertama adalah karena cakupan materi pada saat UTS lebih luas dan banyak daripada tugas atau ulangan harian. Hal kedua, tidak ada kesempatan untuk membuka catatan atau sumber lain atau bertanya kepada guru. Hal ketiga, guru merasa masih kesulitan mencari metode yang sesuai untuk siswa kelas III.Ada dua penyebabnya, yaitu jam pelajaran untuk IPS masih terbatas hanya 3 x 1 jam pelajaran.Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 40 menit, setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis. Hal yang lain adalah karena guru pengampu mata pelajaran IPS kelas III merupakan guru baru yang mengajar di Tahun Ajaran 2013/2014 di SD Kanisius Kintelan I sehingga belum menemukan metode pembelajaran yang sesuai dan bisa digunakan untuk permasalahan tersebut.


(27)

4

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab pembentukan sosial siswa sejak dini terutama kerjasama di dalam masyarakat (Apriono, 2011:160).Masyarakat yang ada di lingkup sekolah adalah guru dan para karyawan sekolah, yang terdekat adalah sesama siswa satu kelas. Sekolah perlu memikirkan cara untuk meningkatkan aspek perkembangan siswa ketika belajar yaitu akademis dan keterampilan melakukan kerjasama.

Materi IPS kelas III sudah seharusnya diajarkan secara lebih luas selain mengenal diri sendiri dan keluarga. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) salah satu ruang lingkup dari materinya adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Lebih penting lagi, adanya pengembangan keterampilan yang seharusnya mulai dikuasai siswa, salahsatunya yaitu kerjasama. Dalam salah satu tujuan mata pelajaran IPS, KTSP menyatakan agar siswa memiliki kemampuan melakukan kerjasama. Unsur-unsur kerjasama yang seharusnya dimiliki oleh siswa untuk membuat suasana belajar nyaman dan kondusif serta saling mendukung kesuksesan akademik. Beberapa siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I ini yang belum melakukan kerjasama dengan baik.

Sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 9 September 2013 ditemukan beberapa kasus siswa kurang mampu bekerjasama dengan baik dan tercipta kondisi belajar yang kurang nyaman untuk sebagian siswa. Pada saat kerja kelompok, beberapa siswa masih membagi tugas untuk mengerjakan sendiri- sendiri. Jika ada siswa yang merasa kesulitan, tidak dibantu tetapi disuruh membuka buku paket atau bertanya kepada guru. Ada dua anggota laki- laki dari suatu kelompok yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tugas.Mereka sibuk


(28)

5

menjahili teman saja.Satu anggota dari kelompok yang berbeda, hanya duduk menyendiri di belakang kelas dan bermain kertas.

Hasil pada observasi kedua yang dilakukan pada 13 September 2013 juga mengatakan ada siswa yang masih belum bisa menlakukan kerjasama dengan baik. Ketika observasi, siswa diberikan tugas kelompok dari guru yaitu untuk melakukan percobaan. Satu kelompok terdiri dari empat hingga lima orang siswa. Ketika pembagian kelompok berlangsung, siswa banyak yang protes karena siswa ingin berkelompok hanya dengan teman dekat saja, dengan kondisi seperti itu banyak hal yang ditimbulkan. Beberapa hal yang ditunjukkan dengan tidak mau mengerjakan tugas, tidak mau bergabung dalam kelompok dan mengganggu anggota kelompok sendiri atau anggota kelompok yang lain. Hal lain yang membuat susasana menjadi tidak nyaman karena mengejek dengan siswa yang memiliki cacat fisik. Hasil observasi awal menunjukan persentase sebesar 55,39% dari perilaku-perilaku yang ditunjukan siswa ketika melakukan kerjasama.

Permasalahan prestasi dan kerjasama dapat diperbaiki dengan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif merupakan solusi untuk guru dalam berbagai macam tujuan belajar. Salah satu keunggulan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2009:4; Isjoni, 2012: 23) untuk meningkatkan prestasi siswa kemampuan dalam bekerjasama. Stahl (dalam Isjoni, 2012:35) menjelaskan bahwa selain keberhasilan dalam belajar, siswa juga akan terlatih dalam ketrampilan sosial misalnya bekerjasama dengan teman. Prestasi akademik meningkat karena pembelajaran ini menggunakan siswa sebagai sumber motivasional di dalam kelas (Sunaryanto,1998:252). Hal ini berarti, siswa akan


(29)

6

memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik dalam kelompok dan saling memberi semangat dan pengertian terhadap teman satu kelompok. Siswa yang termotivasi tentunya belajar lebih baik untuk memahami materi pelajaran.

Berbagai macam metode dalam model pembelajaran kooperatif bisa digunakan di dalam kelas asalkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa (Isjoni,2012:73). Metode yang cocok digunakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan deskripsi permasalahan di atas adalah STAD (Student Team Achivement Divisions).Metode ini bisa digunakan untuk siswa sekolah dasar sejak kelas II.Metode ini juga dianggap sebagai metode yang paling baik namun sederhana yang bisa dilakukan untuk guru baru (Slavin,2009:143).

STAD merupakan metode yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk saling memotivasi dan mengajari satu sama lain supaya bisa memahami materi dengan baik. Menurut Slavin (dalam Isjoni,2012:74) tahapan yang ada di dalam metode ini bisa memberikan dukungan kinerja akademik yang bai. Dukungan kinerja yang baik akan nampak pada saat siswa dikelompokan satu dengan yang lain setelah guru menjelaskan materi. Siswa akan diberikan tugas kelompok untuk membantu pemahaman materi supaya bisa mendapatkan nilai terbaik ketika mengerjakan kuis individu. Penghargaan diperoleh dari rata-rata nilai kelompok dari kuis individu yang dikerjakan, kemudian disesuaikan kategori sesuai nilainya. Penghargaan memicu siswa untuk menunjukan hasil terbaik ketika mengerjakan. Hal yang baik dari metode ini juga melibatkan siswa untuk masuk ke dalam perbedaan yang ada di


(30)

7

dalam kelompoknya, melakukan kerjasama untuk memperoleh nilai terbaik baik secara individu maupun kelompok.

Dalam penelitian Sunaryanto (1998:252)dikatakan bahwa salah satu alternatif pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS adalah dengan bekerjasama dengan orang lain. Pendapat ini juga didukung melalui sebuah laporan penelitian (Isjoni,2012:15) bahwa pembelajaran kooperatif lebih tepat digunakan dalam pembelajaran IPS. Dari diskusi kelompok, siswa memberikan pengaruh pada peningkatan prestasi akademik. Siswa terlibat di dalam situasi untuk mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat untuk menghasilkan satu jawaban akan permasalahan. Siswa tetap bisa mendapatkan prestasi individu yang baik dalam kegiatan ulangan dengan cakupan materi yang luas melalui kebiasaan untuk saling berpendapat. Kebiasaan berpendapat inilah yang memicu siswa untuk bisa mengingat dan memahami banyak materi pelajaran (Steven dan Slavin, 1995). Dari pendapat tersebut, pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini dibatasi pada peningkatan kerjasama dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta.Materi yang digunakan terbatas pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.Dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang sudah digunakan sejak tahun ajaran 2007/2008. Standar Kompetensi : Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan


(31)

8

uang dengan Kompetensi Dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang dan 2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.

1.2Batasan Masalah

1. Peningkatan kerjasasama yang dimaksudkan dalam penelitian ini dilihat ketika siswa mengalami kerja kelompok dalam penugasan dengan menekankan kontribusi setiap anggota kelompok.

2. Peningkatan prestasi belajar IPS dibatasi dengan materi yang disesuaikan dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang sudah digunakan sejak tahun ajaran 2007/2008 dengan cakupan materi uang dan tabungan.

a. Standar Kompetensi : Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang b. Kompetensi Dasar :

2.4 Mengenal sejarah uang

2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.

1.3Rumusan Masalah

1. Apakah pembelajaran kooperatif STAD mampu meningkatkan kerjasama siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I semester genap tahun ajaran 2013/2014?

2. Apakah pembelajaran kooperatif STAD mampu meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I semester genap tahun ajaran 2013/2014?


(32)

9 1.4Tujuan Penelitian

1. Peningkatan kerjasama siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan pembelajaran kooperatif STAD.

2. Peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan I semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan pembelajaran kooperatif STAD.

1.5Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman belajar saat mata pelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar.

2. Bagi Guru

Guru mendapat pengetahuan baru tentang model pembelajaran kooperatif STAD sederhana yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa baik di mata pelajaran IPS maupun yang lain.

3. Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk siswa kelas bawah bahkan kelas atas yang mampu meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa.

4. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman untuk menerapkan model pembelajaran STAD yang cocok digunakan untuk pemula pada kelas bawah khususnya kelas III untuk mata pelajaran IPS dengan RPP tematik.


(33)

10 1.6Definisi Operasional

1. Kerjasama adalah salah satu keterampilan yang perlu dibina di sekolah untuk

menyelesaikan tugas bersama-sama anggota kelompok yang menekankan pada kontribusi dan partisipasi dari setiap anggota kelompok.

2. Prestasibelajar adalah prestasi yang diukur dengan angka saat mengerjakan tes yang

diberikan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Mata Pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran di kelas III SD Kanisius Kintelan

I dengan persyaratan melewati KKM 70 maka siswa dinyatakan lulus. Salah satu materi yang berhubungan dengan masalah sosial seputar kehidupan kehidupan, salah satunya adalah mengenai uang dan pemanfaatan uang dengan baik.

4. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengandalkan keaktifan

beberapa individu dalam satu kelompok saat diskusi pengerjaan tugas dan bekerjasama mencapai satu tujuan.

5. Metode STAD (Student Team Achievement Divissions) adalah metode pembelajaran

yang menuntut intelektualitas masing-masing individu dan kerjasama untuk mencapai tujuan kelompokdengan mengerjakan kuis individu dan diskusi kelompok yang akhirnya dinilai dengan skor yang diperoleh dari nilai kelompok.


(34)

11 BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif

2.1.1.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan interaksi sosial dengan teman dalam kegiatan belajar (Dewey dalam Huda, 2013:3). Suprijono (2009: 54) juga menyatakan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran yang meliputi semua jenis kerjasama kelompok dengan bentuk yang terarah dan dipimpin oleh guru. Isjoni (2012: 8) menjelaskan bahwa satu kelompok terdiri dari empat hingga enam orang. Tugas dari seorang guru dalam pembelajaran ini adalah menyiapkan bahan atau tugas yang digunakan sebagai alat pembelajaran dan evaluasi hasil belajar (Lie, 2010: 13).

Menurut beberapa definisi dari tokoh- tokoh tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang digunakan dalam kondisi siswa yang terdiri dari kelompok kecil beranggotakan empat hingga enam orang siswa yang wajib menyelesaikan tugas dari guru.

2.1.1.2Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri yang mudah diketahui dari pembelajaran kooperatif adalah kelompok belajar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil yang beranggotakan siswa-siswi dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda (Isjoni, 2012: 14-15,27). Beragam latar belakang dari anggota kelompok ini mampu mendorong


(35)

12

peningkatan prestasi melalui interaksi langsung antar siswa dalam pemecahan masalah. Dengan adanya kegiatan bertukar informasi diharapkan semakin banyak pengetahuan yang dikumpulkan untuk memecahkan suatu permasalahan. Konsep tersebut sejalan dengan pendapat Slavin (2009: 27-28), karakter dari pembelajaran kooperatif adalah penghargaan kelompok, pertanggungjawaban antarindividu dan kesempatan yang sama untuk berhasil dari sesama anggota kelompok.

Bennet (dalam Isjoni,2012:60) juga mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu :

1. Ketergantungan positif adalah hubungan timbal balik yang muncul karena adanya kesamaan kepentingan antar anggota kelompok dimana keberhasilan individu merupakan keberhasilan kelompok juga.

2. Interaksi tatap muka adalah pola interaksi yang terjadi secara langsung bersifat verbal dan mempengaruhi hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga mempengaruhi hasil pendidikan.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pembelajaran dalam anggota kelompok hingga saling termotivasi.

4. Membutuhkan keluwesan untuk menciptakan hubungan pribadi, mengembangkan kelompok serta memelihara hubungan kerja yang positif. 5. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah ketika

proses kelompok berlangsung. Kemampuan keterampilan bekerjasama ini merupakan bekal penting untuk siswa ketika masuk dalam dunia masyarakat.

Huda (2012: 33) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan saat pembelajaran kooperatif dilakukan adalah menjadi pendengar dan memberi


(36)

13

pertanyaan dengan baik serta bagaimana memberi penjelasan dan penghargaan kepada orang lain dengan cara yang baik. Beberapa hal tersebut menjadi penting karena akan menimbulkan konsekuensi positif antar anggota kelompok.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif tidak akan lepas satu dengan yang lain karena saling berhubungan dan menimbulkan adanya ketergantungan yang positif antar anggota yang dimulai dari interaksi dan penciptaan hubungan yang positif untuk menyelesaikan beban tanggungjawab bersama, misalnya kemajuan prestasi belajar bersama.

2.1.1.3Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sadker dan Sadker (dalam Huda, 2010: 67) pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih tinggi. Siswa juga menjadi lebih aktif dalam berpartisipasi dalam kelompok dan memiliki sikap harga diri serta termotivasi untuk belajar. Partisipasi tersebut juga ditunjukkan melalui kepedulian terhadap teman- teman kelompok belajar yang memiliki perbedaan latar belakang baik ras, etnik, agama maupun kemampuan inteligensinya sehingga tercipta ketergantungan yang positif. Pendapat lain mengatakan bahwa model ini bisa juga meningkatkan kemampuan akademik, kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa untuk memperbaiki sikap atau mengurangi perilaku


(37)

14

yang tidak baik serta membantu siswa menghargai pikiran orang lain (Johnson dalam Isjoni 2012:43).

Sunal dan Haas (dalam Isjoni, 2012: 64) mengemukakan bahwa pembelajaran ini merupakan pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada siswa agar bekerjasama selama berlangsung prosesnya pelajaran. Kerjasama yang dilakukan merupakan keterampilan khusus yang bersifat positif melancarkan pengerjaan tugas dan mengasah rasa sosial terhadap teman sebaya.

Huda (2013: 67) mengatakan pembelajaran kooperatif merangkum tujuan pembelajaran yang penting, yaitu :

1. Meningkatkan hasil pembelajaran yang lebih tinggi, meliputi: produktivitas belajar yang semakin meningkat, daya ingat lebih lama, motivasi intrinsik lebih besar, motivasi berprestasi semakin tinggi, kedisiplinan yang lebih stabil dan berpikir dengan kritis.

2. Tercipta relasi antar siswa yang lebih positif karena adanya penerimaan terhadap perbedaan, ditunjukkan dengan: keterampilan bekerja sama yang baik, kepedulian terhadap orang semakin meningkat, dukungan sosial dan akademik semakin meningkat, kohesivitas stabil serta sikap toleran akan perbedaan.

Dari pendapat beberapa tokoh tersebut dapat dirumuskan bahwa manfaat pembelajaran kooperatif adalah siswa menjadi lebih aktif berpartisipasi terutama dengan sesama anggota kelompoknya, mengembangkan kepedulian terhadap perbedaan misalnya latar belakang agama, suku, bahasa dan budaya,


(38)

15

meningkatkan prestasi akademik sekaligus memotivasi belajar serta meningkatkan rasa percaya diri dan kepempimpinan.

2.1.1.4Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah- langkah pada model pembelajaran kooperatif pada dasarnya memiliki empat tahap (Rusman, 2011: 212), yaitu:

1. Penjelasan materi.

Langkah pertama ini merupakan waktu yang diberikan kepada guru atau fasilitator untuk menyampaikan materi pelajaran. Tujuan dari langkah ini adalah siswa mampu memahami pokok pelajaran.

2. Belajar kelompok.

Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru setelah penjelasan materi.

3. Penilaian.

Penilaian model pembelajaran ini disampaikan dalam bentuk tes atau kuis untuk dikerjakan secara berkelompok atau individu. Tes individu digunakan untuk mengukur kemampuan individu begitu juga dengan kelompok.

4. Pengakuan tim.

Penetapan tim yang memiliki prestasi tertinggi dan diberikan penghargaan. Penghargaan diberikan sekaligus untuk memacu tim lain supaya lebih berprestasi.

Langkah-langkah tersebut biasanya menjadi acuan dalam berbagai metode pembelajaran kooperatif lainnya. STAD merupakan salah satu metode


(39)

16

pembelajaran kooperatif yang menggunakan langkah-langkah tersebut sebagai acuan perencanaan dan pelaksanaannya.

2.1.2 STAD (Student Team Achievement Divissions) 2.1.2.1Pengertian STAD

Berbagai metode dalam pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya memiliki prinsip dan langkah yang sama, bisa dipilih dan digunakan serta disesuaikan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu metode yang cocok digunakan untuk dipraktekkan di sekolah dasar dimulai dari kelas II dalam mata pelajaran IPS adalah STAD. STAD cocok digunakan untuk guru yang tidak terbiasa melakukan pembelajaran kooperatif karena memiliki konsep yang paling sederhana. Metode ini ditekankan pada gagasan siswa saling memotivasi supaya dapat saling mendukung sehingga antar anggota bisa memahami materi dengan baik sehingga bisa mencapai prestasi yang tinggi (Rusman, 2011: 213; Slavin, 2011: 22; Slavin, 2009:143).

Pendapat dari tokoh yang sama, Slavin (dalam Huda 2013: 116) mengatakan bahwa metode STAD merupakan metode yang melibatkan kompetisi antar kelompok. Kelompok disusun berdasarkan perbedaan kemampuan, ras, gender dan etnis. Pertama, siswa diberikan materi pelajaran dari guru atau fasilitator lain. Kedua, siswa diberi kesempatan untuk berkumpul dalam kelompok guna mengerjakan diskusi untuk menyelesaikan suatu tugas. Ketiga, masing-masing anggota kelompok diuji prestasinya dengan diberikan kuis. Perolehan nilai individu dalam kuis akan menentukan hasil nilai kelompok secara keseluruhan.


(40)

17

Metode penilaian ini memicu setiap individu untuk memperoleh hasil yang yang terbaik.

Dari pendapat kedua ahli tersebut, dikatakan bahwa STAD adalah metode belajar secara berkelompok yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan. Berbagai macam latar belakang anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri untuk mencapai satu tujuan kelompok, yaitu prestasi belajar yang baik.

2.1.2.2Langkah- langkah STAD

STAD memiliki lima langkah yang harus dilakukan (Isjoni, 2012: 74-76; Slavin, 2009: 143-169) yaitu :

1. Tahap penyajian materi

Guru menyampaikan beberapa hal mengenai materi yang bersangkutan. Hal- hal yang perlu ditekankan dalam penyajian materi adalah :

a) Memberikan pengembangan materi sesuai dengan yang akan dipelajari siswa b) Menekankan pada pembelajaran bermakna

c) Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol siswa d) Memberikan penjelasan sebaik dan sedetail mungkin

2. Tahap kerja kelompok

Guru memberikan tugas untuk dikerjakan dalam kelompok siswa. 3. Tahap tes individu

Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana individu berhasil memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Tes individu sebaiknya dilakukan pada akhir pertemuan kedua atau ketiga masing- masing dilakukan maksimal selama 10


(41)

18

menit.Skor yang diperoleh oleh individu disimpan dan diolah untuk perhitungan skor kelompok.

4. Tahap perhitungan skor individu

Skor individu dihitung berdasarkan perbandingan skor awal dengan skor akhir di setiap kuis individu. Skor awal adalah skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam pre-test (kuis sebelumnya) atau hasil dari nilai terakhir siswa, dalam bentuk tugas apapun. Selanjutnya, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompok berdasarkan skor tes yang dikerjakan secara individu.

Perhitungan siswa skor perkembangan individu diberikan untuk memicu siswa memberikan nilai pekerjaan yang terbaik. Pedoman pemberian skor perkembangan individu yang dikemukan Slavin (dalam Isjoni, 2012: 76) sebagai berikut :

Tabel 1. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes Skor Perkembangan Individu a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5 10 20 30 30

5. Rekognisi Tim

Rekognisi tim kegiatan yang dilakukan adalah menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dilanjutkan dengan memberikan penghargaan,misalnya dalam bentuk sertifikat atau bentuk yang lain. Penghitungan skor tim dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkembangan skor individu kemudian hasilnya


(42)

19

dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.Pemberian penghargaan tim dilakukan dengan kategori sebagai berikut :

Tabel 2. Pedoman Pemberian Penghargaan Kategori Kelompok Skor Kelompok Kategori Kelompok

Rata- rata 15 Rata – rata 20

Rata- rata 25

Baik Hebat Super

Langkah STAD yang terpenting dari pendapat tokoh tersebut adalah melalui tahap penyajian materi dari guru, waktu bekerja kelompok guna menguatkan pemahaman materi, pemberian kuis untuk dikerjakan secara individu dan penskoran kemudian pemberian penghargaan terhadap kelompok.

2.1.3 Kerjasama

2.1.3.1Pengertian Kerjasama

Menurut Mu’Tadim (dalam Hertinjung, Wisnu Sri dkk:2008,179) salah satu hal yang harus diajarkan sejak masih anak-anak adalah keterampilan sosial. Salah satu keterampilan sosial yang berguna untuk bekal siswa menghadapi dunia yang terus berubah adalah kemahiran melakukan kerjasama (Lie, 2010: 12). KBBI (1997: 488) kerjasama memiliki pengertian kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Keterampilan melakukan kerjasama merupakan sesuatu yang harus dibina sejak dini. Kerjasama merupakan salah satu aspek kepribadian yang paling penting dimiliki setiap orang dalam kehidupan sosial di masyarakat yang perlu diajarkan dari lembaga sekolah (Apriono,2011: 160). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2010:


(43)

20

28) kerjasama lebih menekankan peran serta setiap anggota untuk menyelesaikan tugas bersama-sama.

Pendapat dari beberapa ahli tersebut disimpulkan oleh peneliti bahwa kerjasama merupakan salah satu keterampilan yang perlu dibina di sekolah untuk menyelesaikan tugas bersama-sama anggota kelompok yang menekankan kontribusi dan partisipasi dari setiap anggota kelompok.

2.1.3.2Unsur-unsur Kerjasama

Kerjasama memiliki konsep yang sama dengan gotong royong yang dimiliki oleh budaya Indonesia yaitu bekerja bersama dalam satu kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas.Gotong royong ialah bekerjabersama untuk membuat sesuatu (KBBI,1997:324). Ada lima unsur gotong-royong yang harus diperhatikan supaya tercapai pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David (dalam Lie, 2010: 31-36), yaitu:

1. Saling ketegantungan positif

Ketergantungan yang positif antar anggota kelompok tercipta karena adanya tuntutan dari tugas untuk kontribusi setiap anggota untuk mencapai prestasi yang terbaik.

2. Tanggungjawab perseorangan

Anggota kelompok dituntut pertanggungjawabannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.


(44)

21

Tatap muka yang terjadi tidak hanya sekedar melihat wajah tetapi juga menciptakan interaksi. Modal utama yang diperlukan adalah proses saling memperkaya anggota kelompok, saling menerima dan mengenal, menghargai perbedaan baik latar belakang keluarga, ekonomi, sosial dan lainnya.

4. Komunikasi antaranggota.

Komunikasi antaranggota kelompok yang efektif dan efisien serta positif mampu membuat suasana interaksi menjadi nyaman.

5. Evaluasi proses kelompok.

Evaluasi dilakukan setelah selesai melakukan kegiatan belajar bersama dengan formulasi yang disesuaikan oleh tingkat pendidikan.

Johnson dan Johnson (dalam Apriono, 2011: 162) mengungkapkan karakteristik dari kelompok yang melakukan kerjasama yang efektif adalah 1) adanya saling ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan kesuksesan satu sama lain antar anggota kelompok, 3) adanya akuntabilitas dan tanggungjawab personal individu, 4) adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil dan 5) adanya keterampilan bekerja dalam kelompok.

Pendapat ini didukung juga dalam penelitian yang dilakukan Nurhidayati (2010:28-29) yang mengatakan bahwa kerjasama dilihat dari perilaku yang nampak, yaitu:

1. Anggota kelompok berpartisipasi, yaitu melakukan tugas dan bagiannya dalam kelompok.


(45)

22

3. Anggota kelompok mengupayakan agar setiap anggota kelompok mendapat informasi yang relevan dan bermanfaat.

4. Anggota kelompok memiliki perilaku dengan harapan positif, menghargai masukan dan keahlian, anggota kelompok mampu memberikan dorongan dan membangun semangat kerja.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa unsur- unsur kerjasama adalah memberikan harapan positif terhadap anggota, komunikasi dan interaksi yang baik, partisipasi atau turut bekerja dalam kelompok, tanggungjawab sebagai anggota kelompok dan ketergantungan positif antar anggota kelompok.

2.1.4 Prestasi Belajar

2.1.4.1Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan oleh siswa. Masidjo (1995: 38-40) mengartikan prestasi belajar sebagai kekhasan dari hasil proses belajar yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dalam proses belajar. KBBI (2008:141), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Pendapat dari Nawawi dalam K. Brahim (Susanto, 2013:5) mengatakan hasil belajar dapat diberikan pengertian yang sama dengan prestasi belajar yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai


(46)

23

sejumlah materi pelajaran tertentu. Pengertian prestasi belajar dari beberapa pendapat, peneliti simpulkan prestasi belajar yaitu sebagai hasil akhir dari proses belajar siswa dari materi pelajaran tertentu yang tertuang dalam bentuk angka (nilai) dari proses evaluasi tertentu yang telah diujikan.

2.1.4.2Faktor- faktor yang mendukung Prestasi Belajar

Gestalt (dalam Susanto, 2013: 12) menyatakan dua hal yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu 1) kemampuan berpikir atau tingkat intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani, serta 2) faktor lingkungan yaitu sarana dan prasaranan, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode serta keluarga. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12) prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal yang bersumber dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, minat, perhatian, motivasi, ketekunan serta kesehatan. Faktor eksternal juga turut mempengaruhi yang terdiri dari keadaan keluarga dan masyarakat. Tidak jauh berbeda Sanjaya (dalam Susanto, 2013: 13) mengatakan pendapat bahwa sekolah juga mempengaruhi kualitas siswa terutama dalam prestasi akademiknya. Faktor sekolah yang mempengaruhi ditujukan langsung dari faktor guru.

Menurut beberapa ahli, faktor yang mendukung prestasi belajar dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang mendukung prestasi belajar meliputi segala yang bersumber dari dalam diri siswa seperti kecerdasan, minat dan motivasi serta faktor kesehatan. Faktor eksternal yang mempengaruhi


(47)

24

prestasi belajar adalah keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah terutama guru termasuk ketika dalam memberikan pengajaran dengan berbagai metodenya.

2.1.5 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) 2.1.5.1Pengertian IPS

IPS mempelajari apa yang menjadi hubungan di dalam kehidupan nyata manusia yaitu hubungan yang terjadi di dalam interaksi antar manusia. Pendidikan IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat (Susanto, 2013:43). IPS merupakan studi yang terintegrasi antara ilmu sosial dan kemanusiaan untuk mengembangkan diri menjadi warga negara yang baik. IPS merupakan ilmu yang memiliki cabang antropologi, sosiologi, arkeologi, ekonomi, sejarah, geografi dan lain- lain sebagainya (Ellis,1997:2).Dari pengertian yang dikemukakan para tokoh, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang diberikan di SD yang merupakan gabungan dari berbagai macam cabang ilmu diantaranya adalah geografi, sejarah, antropologi serta ekonomi yang berguna untuk mempelajari hubungan atau interaksi antar manusia dalam masyarakatnya.

2.1.5.2Tujuan IPS

Dalam kaitannya dengan KTSP (Susanto, 2013: 149) pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup belajar IPS, yaitu : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


(48)

25

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan di bidang sosial.

3. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Salah satu tujuan dari IPS adalah memberikan pembelajaran kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi di dalam lingkungannya dalam pencapaian tertuju (Ellis,1997:4). Isjoni (2013: 151) juga berpendapat bahwa IPS memiliki tujuan untuk dapat mengamati dan mempelajari norma-norma atau peraturan yang berlaku dan siswa mendapatkan timbal balik langsung dari pengalaman nyata tersebut. Tujuan pembelajaran IPS di SD menurut Munir (dalam Susanto: 2013, 150) adalah :

1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat.

2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan. 3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama

warga masyarakat dan di bidang keilmuan.

4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan.

5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat ,Ilmu pengetahuan dan teknologi.


(49)

26 2.1.5.3Materi IPS

Materi IPS yang digunakan adalah materi pada Kelas III Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang dibatasi pada :

Standar Kompetensi :

2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.

Kompetensi Dasar :

2.4 Mengenal sejarah uang

2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.

Materi IPS yang digunakan berkaitan dengan sejarah uang, jenis- jenis uang, cara mengelola uang dengan baik serta manfaat dari pengelolaan uang yang baik. Sunarso dan Anis (2008:94-105) mendeskripsikan materi IPS yang terkait dengan kompetensi dasar diatas sebagai berikut menjadi tiga materi besar yaitu sejarah uang, jenis uang dan cara mengelola uang yang baik.

2.1.5.3.1 Sejarah Uang

Masyarakat jaman dahulu melakukan kegiatan barter untuk memperoleh barang sesuai kebutuhan. Barter adalah kegiatan melakukan tukar-menukar barang dengan harga yang sekiranya hampir sama satu sama lain. Ternyata dari kegiatan barter terkadang sulit dilakukan karena terkadang barang yang dibutuhkan tersedia oleh kawan yang akan diajak bertukar barang Seiring perkembangan jaman, ditemukan alat tukar untuk melakukan kegiatan mendapatkan barang.Alat tukar uang-barang yang disepakati bersama pada awal mula adalah emas, perak, tembaga, besi, kulit binatang, kerang dan mutiara.


(50)

27

Orang-orang mulai mencari cara untuk mempermudah transaksi hingga diciptakan uang sebagai alat tukar dan alat pembayaran yang sah. Syarat benda dianggap sebagai uang adalah : nilai tidak berubah, mudah disimpan dan dibawa, awet atau tidak mudah rusak, terdiri dari berbagai satuan serta diterima oleh seluruh lapisan serta anggota masyarakat. Manfaat uang dalam kehidupan sehari-hari pada masi kini bisa digunakan untuk: berbelanja, menabung, ongkos angkutan umum, biaya sekolah, membeli tiket permainan atau pertunjukan, memberikan sumbangan, membeli tiket pesawat dan lain-lain.

Setiap negara memiliki mata uang yang berbeda-beda namanya. Masyarakat Indonesia menggunakan mata uang rupiah sedangkan di Malaysia menggunakan Ringgit. Berikut tabel daftar nilai mata uang negara lain :

Tabel 3. Daftar Nilai Mata Uang Negara- Negara No Nama Negara Mata Uang 1 Amerika Serikat Dolar AS

2 Inggris Poundsterling

3 Filipina Peso

4 Arab Saudi Real

5 Jepang Yen

2.1.5.3.2 Jenis Uang

Uang merupakan alat pembayaran yang sah yang digunakan oleh masyarakat pada masa modern. Ada dua macam jenis uang yang beredar di masyarakat yait uang kartal dan uang giral.

1. Uang kartal adalah uang yang digunakan dalam kegiatan sehari –hari. Bentuk uang kartal berupa uang kertas dan uang logam.


(51)

28

Uang kertas dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia. Ciri- ciri uang kertas adalah : berbentuk persegi panjang, bertuliskan besarnya uang, terdapat lambang Garuda pada sudut atas, pada bagian atas tertulis Bank Indonesia, terdapat tanda tangan Gubernur Bank Indonesia dan mudah dibawa. Berikut adalah gambar uang yang berlaku di Indonesia sekarang (http://www.bi.go.id/) :

Gambar 1. Jenis Mata Uang Kertas yang Berlaku di Indonesia B. Uang logam

Uang logam sering disebut juga sebagai uang receh atau uang pecahan.Uang logam juga dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia. Ciri- ciri dari uang logam adalah berbentuk bundar, sisi lingkaran timbul,bertuliskan besarnya nilai uang dan tahun pembuatan serta tertulis Bank Indonesia. Berikut adalah gambar uang logam yang berlaku di Indonesia (http://www.bi.go.id/) :


(52)

29

2. Uang giral adalah bentuk uang dalam surat berharga yang digunakan untuk alat pembayaran. Contoh uang giral adalah cek, giro, wesel dan pos. Uang giral biasa digunakan oleh perusahaan besar untuk melakukan transaksi dalam jumlah besar, supaya lebih ringkas ketika dibawa dan menghemat waktu pembayaran.

2.1.5.3.3 Cara Mengelola Uang yang Baik

Cara mengelola uang yang baik adalah menggunakan uang secara hemat dan tepat sesuai kebutuhan. Salah satu cara pengelolaan uang yang bisa dilakukan adalah menyisihkan uang jajan untuk ditabung atau mencatat barang- barang yang dibeli atau pengeluaran kemudian didiskusikan kepada orang tua, untuk dikontrol pengeluarannya. Manfaat menabung salah satunya bisa untuk meringankan beban orangtua.Misalnya dengan membeli alat tulis dengan uang tabungan yang sudah terkumpul.Cara menabung selain dengan celengan juga bisa dilakukan di bank.

Bank adalah tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Keuntungan menabung di bank antara lain tabungan aman tidak hilang, mendapatkan bunga, membantu program pembangunan dan dapat diambil sewaktu- waktu. Ada dua jenis bank berdasarkan kepemilikan, yaitu:

1. Bank milik Negara, contoh BI, BNI, BTN dan BRI.

2. Bank milik swasta adalah Bank Niaga, BCA dan Bank Danamon. Manfaat mengelola uang dengan baik adalah:

1. Menghemat pengeluaran, terhindar dari sikap menghamburkan uang. 2. Memenuhi kebutuhan.


(53)

30

4. Terbiasa menggunakan uang secara selektif, membeli barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Deskripsi Penelitian Yang Relevan

1. Indriani (2013) melakukan penelitian Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar Matematika menggunakan Pendekatan PMRI pada siswa kelas IV. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pada variabel kerjasama setelah diberi tindakan sebesar 14,39%. Variabel prestasi Matematika ditunjukkan peningkatan dari hasil perhitungan rata- rata nilai sekelas sebesar 23,55%. Peningkatan prestasi juga ditunjukkan dari jumlah siswa yang berhasil lolos KKM matematika sebesar 71, 22% dari jumlah seluruh siswa.

2. Langlang H,dkk (2006) melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Memanfaatkan Alat Peraga Sains Fisika (Materi Tata Surya) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kerjasama Siswa. Penelitian ini menggunakam model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode STAD dengan jenis penelitian PTK. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar kognitif yang ditunjukkan dengan nilai ketuntasannya secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 86,36% dan 90.90% pada siklus II. Untuk hasil belajar afektif yaitu kerjasama, kenaikan ditunjukkan melalui hasil Uji T dengan rumus thitung lebih besar dari ttabel yaitu 5,45> 2,01.

3. Hasanah (2013) melakukan penelitian Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head


(54)

31

Together. Penelitian ini merupakan jenis penelitian PTK yang menggunakan tiga siklus. Peningkatan terhadap hasil belajar dibuktikan dari rata- rata aktivitas siklus I 54,00 kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi sebesar 64,00. Pada siklus ke III meningkat lagi menjadi 77,00. Presentase ketuntasan belajar juga menunjukkan peningkatan dari siklus I sebesar 51,61%, menjadi 64,51% pada siklus II dan yang terakhir adalah 80,64%.

4. Puspitasari,A (2013) melakukan penelitian Peningkatan Kreatfitas dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV Melalui Model Pembelajaran Kooperatif STAD. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan ketika sudah dilakukan tindakan baik di siklus I maupun II. Pada kondisi awal kreatifitas siswa hanya 10,65% , pada siklus I terjadi peningkatan menjadi sebesar 54,61% bahkan lebih besar lagi pada siklus II yaitu sebesar 71%. Prestasi awal siswa ditunjukkan bahwa siswa yang mampu mencapai KKM hanya 35,06% dari 29 siswa. Setelah diberi tindakan , ada peningkatan yang dilihat dari nilai rata- rata menjadi sebesar 78,62 peningkatan menjadi sebesar 93,10%. Pada siklus kedua, siswa yang lolos KKM sebesar 96,55% dan mencapai nilai rata-rata 84,4.

5. Anggradewi, C (2012) melalukan penelitian Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS dengan Metode STAD di Kelas V SD. Penelitian jenis PTK ini menunjukkan adanya peningkatan dari variabel minat dan prestasi belajar. Dari kondisi awal, minat siswa yang Nampak hanya 35% pada siklus I terjadi peningkatan menajdi sebesar 71,2% dan siklus II 80,8%. Sedangkan hasil


(55)

32

belajar yang mencapai KKM sebesar 65 menjadi 63,64% pada siklus I untuk 22 siswa dan 77,27% pada siklus II.

6. Yuniati (2010) melakukan penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Guna Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi. Penelitian ini menunjukkan hasil adanya peningkatan pada kedua variabel terikat yaitu keterampilan sosial dan hasil belajar. Penelitian ini menggunakan PTK dimana pada siklus pertama menunjukkan kenaikan sebesar 9,48% untuk keterampilan sosial dan 12,5% pada siklus kedua. Kenaikan pada hasil belajar siklus pertama adalah sebesar 12,5% dan 20,83% pada siklus kedua.

7. Fitrina (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 36 Pontianak Selatan.Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang menunjukkan adanya pengaruh yang cukup tinggi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan statistik rata- rata post-test kelas kontrol sebesar 62,83 dan kelas eksperimen sebesar 80,5 diperoleh dengan rumus thitung> ttabel maka Ha diterima dan diperoleh hasil thitung sebesar 3,77 dan ttabel 2,023.


(56)

33 2.2.2 Literature Map

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Bagan 1.Literature Map

Yuniati,2010 STAD untuk meningkatkan Keterampilan Sosial dan Hasil belajar Langlang dkk (2006)

STAD untuk meningkatkan Hasil dan kerjasama Siswa

Fitrina (2006) STAD terhadap hasil belajar siswa kelas V SD

Yang akan diteliti adalah :

Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar IPS dengan Pembelajaran Kooperatif Metode STAD

Hasanah (2013)

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS dengan

Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together

Indriani, Sindika

(2013)

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar Matematika

denganPMRI

Puspitasari (2013) Peningkatan kreatifitas dan prestasi belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif metode STAD

Anggradewi (2012)

Peningkatan minat dan

hasil belajar IPS dengan metode STAD


(57)

34 2.3 Kerangka Berpikir

IPS merupakan mata pelajaran yang mencakup banyak materi mengenai permasalahan sosial yang dekat dengan kehidupan sehari- hari selain membahas masalah teknis dan praktis lainnya. Cakupan materi IPS yang luas dan bersifat dinamis ini hanya diberikan sedikit waktu untuk jam pertemuan di dalam kelas menjadi salah satu faktor guru kesulitan menyampaikan materi. Siswa mengalami kesulitan untuk menyerap materi dengan baik menjadi salah satu akibatnya. Kesulitan memahami materi IPS juga ditambah dengan adanya keharusan untuk menghapal materi dalam waktu singkat dengan materi yang cukup banyak. Metode yang sering digunakan guru untuk menghemat waktu dan menyampaikan seluruh materi yaitu meminta siswa untuk menghapal materi dan hanya menjelaskan secara ceramah tanpa diselingi dengan pemberian metode atau model pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa. Guru juga belum berpengalaman untuk mengajar di kelas III dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran. Sebagian besar siswa yang kesulitan memahami materi mendapatkan nilai di bawah KKM sebesar 70.

IPS berkaitan dengan pembentukan karakter siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan mampu berkontribusi untuk sesama dalam lingkungan hidupnya. Ketrampilan melakukan kerjasama menjadi kebutuhan mutlak bagi siswa .Kerjasama merupakan keterampilan individu untuk kebutuhan membentuk interaksi dengan sesama individu baik yang harus dilatihkan sejak dini.Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertanggungjawab terhadap masalah ini setelah keluarga.


(58)

35

Model pembelajaran kooperatif metode STAD merupakan model pembelajaran yang mampu mengintegrasikan kemampuan berpikir dan keterampilan bekerjasama dalam waktu bersamaan.Siswa dituntut untuk bertanggungjawab terhadap kemampuan diri sendiri dan kemampuan anggota kelompok untuk memperoleh hasil yang terbaik. Selama siswa saling bertukar informasi, secara tidak langsung siswa memperoleh penguatan materi yang sudah dipresentasikan oleh guru. Siswa menjadi lebih mampu mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada belajar individu. Selain itu, keterampilan melakukan kerjasama juga akan terlatih ketika siswa saling bertukar pendapat, memotivasi satu sama lain dan menghargai adanya perbedaan dengan bersimpati atau bahkan berempati di dalam kerja kelompok. STAD juga dianggap sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana sehingga mudah dilakukan untuk guru baru.

Penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD diharapkan dapat meningkatkan kerjasama sebagai proses belajar untuk mendapatkan prestasi IPS pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan 1.

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Meningkatkan kerjasama siswa kelas III SD Kanisius Kintelan 1 Semester Genap

Tahun Ajaran 2013/ 2014 dengan pembelajaran kooperatif STAD.

2. Meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan 1

Semester Genap Tahun Ajaran 2013/ 2014 dengan pembelajaran kooperatif STAD.


(59)

36

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Warghani dan Widharti (2010:9), PTK adalah jenis penelitian yang direncanakan namun dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan tujuan meningkatkan kinerja guru sehingga ada peningkatan hasil belajar siswa. Arikunto (2010: 8) menyatakan bahwa tindakan dalam jenis penelitian PTK minimal dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus PTK yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Model Kurt Lewin. Model ini terdiri dari 4 komponen untuk setiap siklusnya, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi (Kusumah dan Dwigatama, 2010: 20). Siklus tersebut digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2. Siklus PTK Model Kurt Lewin Perencanaan

Pengamatan

Refleksi Tindakan

Siklus I

Perencanaan

Tindakan Pengamatan


(60)

37

Siklus dalam penelitian ini dilakukan selama dua kali. Siklus pertama dan kedua dilakukan untuk mencapai indikator keberhasilan tujuan penelitian ini. Kedua siklus memiliki langkah yang sama dimulai dari perencanaan akan tindakan yang akan dilakukan, tindakan, pengamatan serta refleksi.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta. SD ini berada di Jalan Ireda no 18, Yogyakarta. Lokasinya berada tepat di belakang tempat wisata Purawisata dan berada di sebelah timur SMA Santa Maria. Sekolah ini memiliki lahan untuk 6 ruang kelas tepat untuk setiap tingkat kelas, ruang guru sekaligus kepala sekolah dan gudang penyimpanan alat peraga, sebuah ruangan laboratorium komputer perpustakaan, di sudut barat terdapat replika Gua Maria serta lahan parkir kendaraan untuk guru dan murid serta lapangan olahraga sekaligus menjadi lapangan untuk melakukan upacara dan kantin sekaligus warung keperluan alat tulis.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih adalah siswa kelas III SD Kanisius Kintelan 1 pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah total 29 siswa. Jumlah siswa laki- laki ada 11 siswa dan siswa perempuan berjumlah 18 siswa. Secara fisik, terdapat tiga siswa yang memiliki hambatan fisik yaitu seorang siswa laki-laki dengan tuli pada salah satu telinga dan dua orang siswa mempunyai mata juling. Ragam suku juga terdapat di kelas ini dengan dominasi dari suku Jawa,


(61)

38

tiga siswa suku Tionghoa dan dua orang berasal dari Sumatera. Sebagian besar siswa merupakan suku Jawa maka bahasa sehari- hari yang digunakan adalah bahasa Jawa ngoko dan bahasa Indonesia. Sebagian besar pekerjaan orangtua siswa adalah karyawan kantor dan pengusaha mandiri, sisanya adalah ibu rumah tangga. Kebanyakan siswa tinggal di daerah sekitar sekolah ini bisa dilihat dari banyaknya siswa yang berjalan kaki atau menggunakan sepeda ketika berangkat dan pulang sekolah.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah kerjasama dan prestasi belajar IPS. Prestasi belajar siswa akan difokuskan pada :

Standar Kompetensi : Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang . Kompetensi Dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang

2.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan. Kerjasama dilihat dari kesimpulan pendapat dari Johnson dan Johnson (dalam Apriono,2011:162), Roger dan David (dalam Lie, 2010:31-36) dan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2010: 28- 29), unsur-unsur kerjasama sebagai berikut yang diukur dilihat dari indicator-indikator berikut: saling ketergantungan yang positif, setiap individu memiliki tanggungjawab dalam kelompok, interaksi tatap muka yang baik dan memiliki kemampuan berkomunikasi antaranggota.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan 22 April hingga 1 Mei 2014. Tindakan dilaksanakan jam pelajaran berlangsung selama 2 x jam pelajaran dan 3 x jam pelajaran. 1 jam pelajaran dilaksanakan selama 40 menit.


(62)

39 3.3 Rencana Tindakan

Tindakan akan dilakukan selama dua siklus. Setiap satu siklus dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama direncanakan menggunakan waktu selama 3 x 40 menit. Pertemuan kedua setiap siklusnya menggunakan waktu selama 2 x 40 menit.

3.3.1 Persiapan

1. Peneliti meminta izin observasi kepada pihak sekolah dan guru yang bersangkutan untuk melakukan observasi awal untuk mencari permasalahan. 2. Peneliti melakukan diskusi dan pengamatan mengenai permasalahan yang

terjadi di kelas dengan guru yang bersangkutan kemudian menentukan tindakan yang dipilih.

3. Peneliti dan guru menentukan permasalah kerjasama melalui observasi dan wawancara.

4. Peneliti dan guru menentukan materi IPS yang akan digunakan untuk menilai tingkat prestasi.

5. Peneliti mengajukan proposal terkait tindakan yang akan dilakukan di SD. 6. Peneliti melakukan uji coba untuk instrumen yang dibutuhkan melalui expert

judgement dan diujikan secara empirik kepada siswa di SD lain yang memiliki karakter yang sama.

7. Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran dan kebutuhan lain yang diperlukan saat tindakan dalam siklus I dan siklus II.


(1)

165


(2)

166 LAMPIRAN 20


(3)

(4)

168 LAMPIRAN 21


(5)

169 Gambar 1. Situasi siswa bekerjasama dalam kelompok

Gambar 2. Siswa melakukan tanya jawab di dalam kelompok

Gambar 3. Siswa yang tidak mau berpartisipasi dalam kelompok

Gambar 4. Siswa membuat celengan bersama dengan kelompok

Gambar 5. Guru menjelaskan materi Gambar 6. Siswa membuat buku tabungan


(6)

170

BIODATA PENELITI

Filumena Ajeng Nastiti, putri sulung dari tiga bersaudara keluarga Rakyan Mahakala Mintaraga dan Lilik Saptawati. Peneliti lahir di Jogjakarta pada 30 Oktober 1991 memiliki hobi membaca, hiking dan

travelling. Pendidikan yang ditempuh adalah SD

Tarakanita Bumijo Yogyakarta, SMP Stella Duce 1 Dagen dan SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Sejak tahun 2010, peneliti terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selain mengikuti perkuliahan, pengembangan softskills juga menjadi kegiatan diantaranya mengikuti perlombaan dan kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Kompetisi dongeng dan storytelling tingkat DIY-Jateng diikuti sejak tahun 2010, pada tahun 2011 berhasil mendapatkan juara II. Organisasi yang diikuti di kampus adalah Himpunan Mahasiswa Program Studi menjadi Koordinator Seksi Kesenian periode 2011/2012. Di luar kampus, peneliti mengembangkan kemampuan leadership dalam kegiatan Orang Muda Katolik Paroki Keluarga Kudus Banteng. Pada tahun 2013, peneliti mengikuti volunteer dalam acara Jogja International Heritage

Walking 2013. Kemampuan public speaking diasah dari kegiatan teater, anggota

lektris Paroki Keluarga Kudus Banteng dan pengalaman magang di radio swasta serta perlombaan penyiar radio.