Salmonella Keterangan Empiris PENELAAHAN PUSTAKA

G. Salmonella

Taksonomi dari Salmonella adalah sebagai berikut: Kerajaan : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteibacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Salmonella Breslow, 2002 Salmonella merupakan bakteri gram negatif, tidak berspora, tidak mempunyai fimbria, dan mempunyai flagel peritrik. Ukuran bakteri ini adalah 1- 3,5 µm x 0,5-0,8 µ m, besar koloni dalam media pembenihan rata-rata 2-4 mm. Salmonella tumbuh pada suasana aerob atau anaerob fakultatif, pada suhu 15- 41 o C dengan suhu optimum pertumbuhan 37,5 o C pH media 6-8. Salmonella mati pada suhu 56 o C dan pada keadaan kering dapat bertahan hingga 4 minggu dalam air Radji, 2010. Bakteri Salmonella dapat membentuk fermentasi asam saja atau asam dan gas pada glukosa, maltosa, manitol, dan tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Bakteri Salmonella juga tidak membentuk indol Djajaninggrat, 2014. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini adalah salmonelosis. Salmonella dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dipersiapkan oleh alat-alat dan tangan yang terkontaminasi. Infeksi Salmonella terjadi pada saluran pencernaan dan terkadang menyebar lewat peredaran darah ke seluruh organ tubuh. Infeksi Salmonella dapat berupa infeksi yang dapat sembuh sendiri, seperti gastroenteritis, namun juga dapat menjadi masalah serius apabila menyebar secara sistematik seperti demam enterik Radji, 2010. Gejala klinik yang sering dialami oleh penderita salmonelosis adalah gangguan pencernaan, mulai dari rasa mual dan muntah, diare, nyeri lambung sering juga disertai nyeri kepala, keringat dingin dan pada keadaan yang parah dapat terjadi kehilangan kesadaran sesaat Soeharsono, 2002.

H. Media Selektif Salmonella

Media pembenihan merupakan media yang mengandung nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala laboratorium. Media pembenihan harus dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Suatu media harus mengandung karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik. Media pembenihan harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan, kelembaban harus cukup, pH sesuai, kadar oksigen tercukupi, media pembenihan harus steril dan tidak mengandung mikroba lain, media diinkubasi pada suhu tertentu sesuai dengan karakteristik mikrobia uji Radji, 2010. Media selektif yang digunakan untuk mengisolasi bakteri Salmonella adalah: 1. Selenite Broth Selenite Broth merupakan suatu media pengkaya yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses maupun produk makanan. Media ini mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella. Salmonella dapat tumbuh baik dalam media ini, ditandai dengan adanya kekeruhan pada media Selenite Broth Bridson, 2006. 2. Rappaport-Vassiliadis Broth Rappaport-Vassiliadis Broth merupakan salah satu media pengkaya yang digunakan untuk isolasi bakteri Salmonella yang berasal dari makanan dan minuman. Media ini juga dapat digunakan untuk isolasi Salmonella yang berasal dari feses. Kandungan dari media ini adalah soya peptone, natrium klorida, potasium dihidrogen fosfat, magnesium klorida, malachite green, dan pH 5,2 Bridson, 2006. 3. Salmonella Shigella Agar Salmonella Shigella Agar SSA merupakan media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella dan beberapa spesies Shigella yang berasal dari specimen klinik seperti urin, darah, feses maupun yang berasal dari makanan. SSA ini mengandung pepton, laktosa, natrium sitrat, natrium tiosulfat, besi III sitrat, brilliant green, natural red dan bile salt. Salmonella yang tumbuh dalam media SSA merupakan koloni transparan, biasanya terdapat bintik hitam di tengah koloni tersebut Bridson, 2006.

I. Identifikasi Salmonella spp.

Identifikasi Salmonella spp. merupakan serangkaian uji biokimia berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh Salmonella spp. Uji identifikasi bakteri Salmonella terdiri dari uji fermentasi gula-gula glukosa, laktosa, manitol, maltose, sukrosa, uji sitrat, uji Sulphur Indol Motility SIM, dan uji katalase Soemarno, 2000.

1. Uji fermentasi gula-gula glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan sukrosa

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai gula-gula spesifik yang mencerminkan sifat bakteri. Fermentasi adalah proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dengan karbohidrat yang bertindak sebagai substrat. Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari pembentukan asam yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna medium dari merah menjadi kuning dan terbentuk gas yang terjebak dalam tabung durham. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang mampu memfermentasikan gula-gula spesifik seperti glukosa, manitol dan maltose tetapi tidak dapat memfermentasikan laktosa dan sakarosa Soemarno, 2000.

2. Uji sitrat

Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui penggunaan sitrat sebagai satu- satunya sumber karbon dan energi, terutama untuk bakteri gram negatif golongan Enterobacter. Uji ini menggunakan media Simmon’s Citrate Agar. Media ini merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH 4 sebagai sumber N, dan indicator pH Brom Thymol Blue. Warna medium akan berubah dari hijau menjadi biru dan pH akan meningkat apabila bakteri mampu menggunakan sitrat. Bakteri Salmonella menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang ditunjukkan dengan perubahan warna medium dari hijau menjadi biru Williams, 2013.

3. Uji Sulphur Indol Motility

Uji ini terdiri dari 3 parameter pengamatan, yaitu uji pembentukan sulfur H 2 S, uji pembentukan indol, dan pengamatan pergerakan pertumbuhan bakteri dalam media tabung. Media yang digunakan adalah media SIM dengan kandungan Ferrous ammonium sulphate, Peptone, Tryptone, Sodium thiosulphate, Nutrient agar. Ferrous ammonium sulphate dan Sodium thiosulphate merupakan kandungan untuk uji sulfur, sementara kandungan Nutrient Agar merupakan kandungan untuk uji Indol. Dalam uji Indol perlu penambahan reagen kovacs untuk mendeteksi terbentuknya Indol Shields, 2013. a Uji sulfur. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai asam amino menjadi sulfur. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Apabila tidak terbentuk logam sulfit berwarna hitam maka hasilnya negatif. Logam sulfit berwarna hitam tidak terbentuk karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium Nugraheni, 2010. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang mampu menghasilkan residu sulfur yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada medium di sepanjang bekas inokulasi Holt, 2000. b Uji indol. Uji ini merupakan uji untuk melihat pembentukan indol dari penguraian asam amino atau triptofan. Dalam uji indol ditambahkan reagen kovacs yang terdiri dari amyl alcohol, para- dimethylminobenzaldehyde, dan concentrated hydrochloric acid. Hasil positif dari uji ini ditandai dengan terbentuknya warna merah pada permukaan media. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang tidak bisa membentuk indol sehingga memberikan hasil negatif pada uji ini Radji, 2010. c Uji motilitas. Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan penyebaran koloni. Kandungan Nutrient Agar semisolid dalam media SIM memungkinkan bakteri yang memiliki flagel untuk melakukan pergerakan dalam media. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang memiliki flagel peritrik sehingga akan memberikan hasil positif yang ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri tidak hanya di sepanjang bekas tusukan Holt, 2000.

4. Uji katalase

Uji ini digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri uji. Bakteri yang memerlukan oksigen akan menghasilkan hidrogen peroksida H 2 O 2 yang beracun bagi bakteri itu sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup dikarenakan menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih Reiner, 2013.

J. Keterangan Empiris

Jamu merupakan obat tradisional dan cairan obat-dalam yang hingga saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik dari jamu gendong hingga jamu skala industri. Terdapat peraturan yang mengatur tentang obat tradisional untuk industri terkait jumlah mikroba pada cairan obat-dalam, yaitu peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2014. Jumlah mikroba dalam sediaan menurut peraturan tersebut adalah sebaiknya ≤ 10 4 kolonimL BPOM, 2014. Belum ada peraturan yang mengatur tentang persyaratan mikroba suatu jamu gendong, namun sebaiknya jumlah mikroba atau ALT suatu jamu gendong dapat ditekan sekecil mungkin atau bahkan sama dengan persyaratan diatas, yaitu ≤ 10 4 kolonimL. Suatu sediaan jamu harus terbebas dari bakteri patogen seperti Eschericia coli, Salmonella spp., Shigella spp., Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus BPOM, 2014. Keberadaan mikroba patogen dalam jamu yang apabila dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan berbagai penyakit diantaranya demam, diare, muntah, dan radang usus. Penelitian ini ingin melihat jumlah bakteri berdasarkan nilai ALT dan keberadaan bakteri Salmonella spp dalam jamu kunyit asam dari penjual jamu di desa Ngawen Klaten. 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan besarnya nilai ALT dan identifikasi keberadaan bakteri Salmonella spp dalam jamu kunyit asam yang diproduksi oleh penjual jamu di desa Ngawen Klaten.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas: Jamu kunyit asam yang diproduksi oleh penjual jamu di desa Ngawen Klaten. b. Variabel tergantung: ALT dan keberadaan bakteri Salmonella spp. c. Variabel pengacau 1 Variabel pengacau terkendali: media Plate Count Agar PCA, suhu inkubasi, waktu inkubasi, media pengkayaan Rappaport-Vassiliadis Broth, media isolasi Salmonella Shigella Agar, media identifikasi Salmonella media glukosa, laktosa, manitol, maltose, sukrosa, dan Sulphur Indol Motility SIM, media Simmons Sitrat Agar, nutrient Agar, suhu inkubasi, dan waktu inkubasi.

Dokumen yang terkait

Penetapan Angka Lempeng Total Bakteri (Alt) Dalam Obat-Obat Probiotik

21 128 59

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan identifikasi Salmonella spp pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di Kelurahan Tonggalan Klaten Tengah.

2 5 90

Uji angka lempeng total dan identifikasi escherichia coli pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong keliling di Wilayah Tonggalan Klaten Tengah.

2 60 96

Uji angka kapang/khamir (AKK) dan angka lempeng total (ALT) pada jamu gendong temulawak di Pasar Tradisional Klaten.

5 37 99

Uji angka kapang/khamir dan identifikasi escherichia coli dalam jamu kunyit asam dari penjual jamu di Wilayah Ngawen Klaten.

8 62 105

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu cekok dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 1 113

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi Salmonella pada jamu Uyup-Uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik X di Yogyakarta - USD Repository

0 3 89

Uji Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang/Khamir (AKK), dan identifikasi staphylococcus aureus dalam jamu cekok dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 0 98

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi salmonella pada jamu cekok yang diproduksi penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 1 99

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 0 116