Posttest 1 setelah bulan intervensi Posttest 2 setelah bulan intervensi Pengolahan data

pelaksanaan CBIA hanya 35 responden. Sebelum pelaksanaan edukasi dengan metode CBIA terlebih dahulu dilakukan pretest, untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus sebelum diberi edukasi, setelah itu fasilitator menerangkan lebih rinci mengenai pelaksaan edukasi kesehatan dengan metode CBIA. Kemudian dari 35 responden dibagi dalam kelompok kecil. Tiap kelompok kecil terdiri dari 5 sampai 6 orang responden. Tiap responden diberikan booklet yang berhubungan dengan kesehatan mengenai Diabetes Melitus. Masing- masing kelompok diberi waktu untuk berdinamika. Setiap kelompok kecil dipilih 1 orang perwakilan responden yang nantinya masing-masing perwakilan kelompok kecil tersebut akan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Setelah mempresentasikan hasil, setiap responden diberi sesi tanya jawab kepada narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah apoteker. Keberadaan apoteker dalam metode CBIA adalah untuk menjawab dan menjelaskan lebih rinci mengenai Diabetes Melitus dan apoteker harus memberi kesimpulan mengenai edukasi tentang Diabetes Melitus. Setelah intervensi dengan metode CBIA para responden akan diminta mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden setelah diberikan CBIA.

7. Posttest 1 setelah bulan intervensi

Posttest dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan 1 bulan setelah diberi eduksi dengan metode CBIA mengenai Diabetes Melitus.

8. Posttest 2 setelah bulan intervensi

Posttest 2 bulan setelah diberi edukasi dengan metode CBIA dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan. Serta untuk melihat apakah Siswa SMK masih mengingat materi edukasi yang telah diberikan sebelumnya tentang Diabetes Melitus.

9. Pengolahan data

1. Manajemen data Agar dapat menjamin keakuratan data dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data yaitu: a. Editing Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil penelitian, juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. b. Processing Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden. Kemudian melakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program komputer Excel dan Microsoft Word. c. Cleaning Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan Microsoft Word dicek atau diperiksa kembali kebenarannya. 2. Analisis data Proses analisis data terdiri dari : a. Uji Normalitas Data Dilakukan dengan program komputer menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk analisis normalitas data. Uji ini dilakukan dengan memasukkan satu-persatu data yaitu pretest saat responden sebelum diberikan CBIA, posttest 1 saat setelah responden diberi CBIA, posttest 2 saat 1 bulan setelah CBIA diberikan dan posttest 3 saat 2 bulan setelah CBIA diberikan. Apabila nilai p0,05 maka data terdistribusi normal data parametrik dan data dapat dianalisis dengan paired T- test. Apabila nilai p0,05 maka data terdistribusi tidak normal dapat dianalisis dengan Wilcoxon Dahlan, 2013. Pada hasil uji normalitas yang didapat pre pengetahuan p=0,10 dan post 1 pengetahuan p=0,07 menunjukan bahwa data terdistribusi normal, sedangkan pada post 2 pengetahuan p=0,01 dan post 3 pengetahuan p=0,04 menunjukan data tidak terdistribusi normal. Hasil normalitas pada pre sikap p=0,51, post 1 sikap p=0,19, post 2 sikap p=0,36 dan post 3 sikap p=0,05 data menunjukan terdistribusi normal. Namun pada pretest pengetahuan dan posttest pengetahuan sesaat setelah edukasi seharusnya dapat dilakukan menggunakan uji Paired-T test tetapi pada penelitian ini hasil pretest pengetahuan dan posttest pengetahuan sesaat setelah edukasi uji normalitas diasumsikan tidak normal dan analisis data menggunakan uji Wilcoxon agar dapat dibandingkan dengan pretest pengetahuan dengan posttest 1 bulan setelah edukasi dan posttest 2 bulan setelah edukasi. b. Uji F Test Uji F dikenal dengan uji variansi, uji ini digunakan untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya, atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baiksignifikan atau tidak baiknon signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksiperamalan atau dapat dikatakan bisa dilakukan untuk uji selanjutnya yaitu Paired T-test, sebaliknya jika nontidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk uji selanjutnya yaitu Paired T-test. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung dari F tabel, Ho di tolak Ha diterima atau hasil uji F tidak kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan signifikan dan sebaliknya jika F hitung F tabel, maka model tidak signifikan atau apabila hasil uji F kurang dari 0,05 tidak signifikan Aggarwal, Khuran, 2009. Pada hipotesis penelitian ini semua data yang akan dilakukan pada uji paired T- Test menunjukan hasil yang signifikan yaitu pada pre-post 1 sikap p=0,34, pre-post 2 sikap p=0,05, pre- post 3 sikap p=0,22. c. Uji Paired T-test Uji Paired T-test dilakukan apabila data yang diperoleh terdistribusi normal p0,05. Pada uji Paired T-test adalah metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis dimana data yang digunakan berpasangan. Ciri-ciri yang paling sering ditemui adalah pada kasus yang berpasangan yaitu objek penelitian dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu berupa kontrol dimana tidak diberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian Dahlan 2013. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu perlakukan pertama siswa SMK tidak diberi edukasi berupa CBIA hanya diberikan kuesioner pre. Perlakukan kedua siswa SMK diberikan edukasi berupa CBIA dan diberikan kuesioner post. pengetahuan, sikap dan tindakan dapat diketahui dengan cara membandingkan kuesioner pre sebelum diberi CBIA dengan post setelah diberi CBIA. Uji Paired T-test yang digunakan dengan taraf kepercayaan 95. Jika nilai p 0,05 maka Ho diterima serta H 1 ditolak dan apabila nilai p 0,05 maka H o ditolak dan H 1 diterima. Dimana H o dalam penelitian ini terjadi peningkatan sikap yang signifikan pada hasil kuesioner pre-post 1, pre-post 2, pre-post 3, sedangkan hipotesis alternatifnya terjadi peningkatan yang tidak signifikan pada hasil uji kuesioner pre-post 1, pre-post 2, pre-post 3. Maka hasil paired T-tes p0,05 terdapat pada pre-post 1 sikap p= 0,00, pre -post 2 sikap p=0,00 , dan pre-post 3 sikap p= 0,00 . d. Uji Wilcoxon Uji Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data yang berbeda atau tidak. Uji Wilcoxon dilakukan apabila data yang diperoleh terdistribusi tidak normal p0,05. Uji Wilcoxon yang digunakan dengan taraf kepercayaan 95. Jika nilai p0,05 maka H o diterima serta H 1 ditolak dan apabila nilai p0,05 maka H o ditolak dan H 1 diterima. Dimana H o pada uji Wilcoxon ini terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan pada hasil kuesioner pre -post 1, pre-post 2, pre-post 3, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu terjadi peningkatan pengetahuan yang tidak signifikan pada hasil uji kuesioner pre-post 1, pre -post 2, pre-post 3. Maka hasil uji Wilcoxon p0,05 terdapat pada pre-post 1 dengan nilai p= 0,18 , pre-post 2 dengan nilai p= 0,06, pre -post 3 dengan nilai p= 0,91 . K. Kelemahan Penelitian Pada penelitian ini pemilihan subjek penelitian kurang representatif terhadap siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dikarenakan penelitian hanya dilakukan di SMKN 2 Depok, sedangkan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terdapat 9 SMK.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada bab ini akan disajikan sesuai dengan tujuan penelitian.

A. Karakteristik Demografi Responden

Usia responden yang mengikuti edukasi kesehatan dengan metode CBIA yaitu 15 sampai 18 tahun. Semua responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden yang mengkuti edukasi CBIA sebanyak 35 responden gambar 2. Diketahui bahwa responden terbanyak ada pada kelompok usia 15 dan 16 tahun masing-masing kelompok usia berjumlah 15 orang 42.80 dengan tingkat pendidikan responden kelas 1 dan kelas 2 SMA, pada kelompok usia 17 tahun responden yang mengikuti edukasi sebanyak 2 orang 5,71, dan kelompok usia 18 tahun sebanyak 3 orang 8,57 dengan tingkat pendidikan kelas 3 SMA. 42.80 42.80 5.71 8.57 Usia 15 tahun Usia 16 tahun Usia 17 tahun Usia 18 tahun Gambar 2. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Usia yang Mengikuti CBIA 40

Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

1 8 113

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).

1 11 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswi SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus melalui metode CBIA.

0 0 127

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 2 142

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria dewasa di SMKN 2 Depok Yogyakarta mengenai diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 137

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122