Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa smk di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

(1)

INTISARI

Minimnya pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait Diabetes Melitus kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dapat melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap Diabetes Melitus.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan 35 responden. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pendekatan time series, pre-post intervention group Instrumen penelitian adalah kuisioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Apabila nilai p<0,05 maka terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap.

Hasil penelitian menunjukkan pre-post 1 tidak ada peningkatan jumlah responden dengan katagori pengetahuan baik (51,5%); pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5% menjadi 60%; pre-post 3 tidak ada peningkatan jumlah responden (51,5%) dengan nilai p>0,05. Aspek sikap baik menunjukan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 91,4% ; pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 54,3%; pre-post 3 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 71,2% dengan nilai p<0,05. Aspek tindakan baik menunjukkan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 25,7%, pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 28,6%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa metode CBIA dapat meningkatkan jumlah responden dengan katagori baik pada pengetahuan, sikap dan tindakan.


(2)

ABSTRACT

The lack of public knowledge, attitude, and practice related to Diabetes Mellitus is likely can cause complication occurence. One of the ways to prevent from the complication is to increase the knowledge, attitude, and practice. This research is aim to increase the knowledge, attitude, and practice of the adolescents concerned with Diabetes Mellitus.

The study was held in Depok Subdistrict of Sleman Regency toward 35 respondents. The type of the research was quasi experimental with time series that was pre-post intervention group approach. The instrument used was questionnaire.

Purposive sampling was applied for sampling technique. p <0.05 means that there's an increasement of knowledge and attitudes.

The results showed that at the first pre-post group there was no respondents amount increasing at the good knowledge category that was 51.5% while at the second pre-post group there was respondents amount increasing from 51.5% to 60% and at the third pre-post group there was no respondents amount increasing that was 51.5% with the p-value >0,05. Good attitude aspect indicated that at the first pre-post

group there was respondents amount increasing which was from 25.7% to 91.4% and so as at the second pre-post group from 25.7% to 54.3% and at the third pre-post

group from 25.7% to 71.2% with the p-value <0,05. Good practice aspect showed that at the first pre-post group there was respondents amount increasing from 20% to 25.7% and the same as with the second pre-post group from 20% to 28.6%. The conclusion is CBIA method improving a number of respondent with good catagory knowledge, attitude, and practice.

 

Keywords : CBIA, Diabetes Mellitus, Knowledge, Attitude, Practice  


(3)

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA SMK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG DIABETES

MELITUS DENGAN METODE CBIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Desak Made Intan Cahyani

NIM : 118114052

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA SMK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG DIABETES

MELITUS DENGAN METODE CBIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Desak Made Intan Cahyani

NIM : 118114052

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN KARYA

“OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDDHAM OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA”

“ Ya Tuhan, semoga atas perkenanMU, tiada suatu halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil dengan baik”

“Manusia dapat bekerja dan berhasil jika ia mencintai pekerjaannya.

Mencintai pekerjaan adalah sama dengan mencintai Tuhan. Mereka yang yakin bahwa bekerja dengan baik adalah perintah Tuhan maka ia akan sedih dan merasa malu bilamana hasil pekerjaannya tidak baik atau merugikan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak

langsung”

Karya ini kupersembahkan untuk :

Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang selalu menolong dan memberikan kekuatan pada setiap cobaan yang kualami  Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dan semangat setiap waktu


(8)

(9)

(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt., M.kes, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi

2. Bapak/ Ibu para dosen penguji, terimakasi atas segala masukan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Seluruh Siswa SMKN 2 Depok Kabupaten Sleman di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sehingga memperlancar penelitian.

4. Drs. Aragani Mizan Zakaria selaku kepala sekolah SMKN 2 Depok yang bersedia mengijikan melakukan penelitian di SMKN 2 Depok

5. Dekan dan seleuruh staff Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Akhir kata, semoga skripsi bermanfaat bagi seluruh pembaca

Yogyakarta, 4 Juni 2015


(11)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERTANYAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERTANYAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKARTA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENGANTAR ... 1

A. LatarBelakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 6

B. TujuanPenelitian ... 7

1. TujuanUmum ... 7

2. TujuanKhusus ... 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Diabetes Melitus ... 8

1. Pengertian ... 8

B. Diabetes MelitusTipe 2 ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Pathogenesis... 8

3. Gejala klinis ... 9


(12)

ix

5. Mengubahgaya hidup ... 9

6. Pencegahan dan pengobatan ... 10

7. Penyuluhan... 12

C. Edukasi Kesehatan ... 12

1. CBIA ... 13

D. Pengetahuan ... 14

1. Pengertian ... 14

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ... 14

3. Pengukuran ... 15

E. Sikap ... 15

1. Pengertian ... 15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 16

3. Pengukuran ... 16

F. Tindakan ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Pengukuran ... 17

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 17

G. Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 18

H. Usia ... 19

I. Landasan Teori ... 20

J. Kerangka Konsep ... 21

K. Hipotesis ... 21

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Devinisi Operasional ... 23

D. Subjek Penelitian ... 24

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

F. Populasi Penelitian ... 25

G. Sampel dan Tehnik Sampling ... 25


(13)

x

I. InstrumenPenelitian ... 26

1. Pertanyaanfakta ... 26

2. Pertanyaan inorfatif ... 26

J. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Penentuan subjek penelitian ... 28

2. Perijinan ... 29

3. Penelusuran data populasi ... 29

4. Pembuatan kuisioner ... 30

5. Ethical clearence ... 33

6. Pelaksanaan intervensi ... 33

7. Posstest 1 bulan intervensi ... 34

8. Posstest 2 bulan intervensi ... 35

9. Pengolahan data ... 35

K. Kelemahan Penelitian ... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Karakteristik Demografi Responden ... 40

B. Pengaruh Tingkat Pengetahuan,Sikap, dan Tindakan Sebelum Dilakukan Edukasi DenganMetode CBIA ... 41

C. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Dilakukan Edukasi Dengan Metode CBIA ... 42

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Edukasi ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 62


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I Profil Pertanyaan Dalam Pre-Intervensi ... 27 Tabel II Profil Pertanyaan Dalam Post-Intervensi ... 27 Tabel III Pertanyaan Pada Aitem Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuisioner Pre

Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeope... 32 Tabel IV Pertanyaan Pada Aitem Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuisoner Post


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep ... 21

Gambar 2. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Usia yang Mengikuti CBIA... 40

Gambar 3. Distribusi Jumlah Responden Dengan Katagori Baik, Sedang, Buruk Pada Pre -CBIA ... 41

Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Katagori Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Baik Antara Pre, Post 1, Post 2 dan Post 3 CBIA ... 48

Gambar 5. Peningkatan Jumlah Responden Pada Aspek Pengetahuan ... 50

Gambar 6. Peningkatan Jumlah Responden Pada Aspek Sikap ... 51


(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Surat ijin BAPPEDA ... 63

Lampiran 2. Surat disposisi SMKN 2 Depok ... 64

Lampiran 3. Surat bukti telah melakukan penelitian SMKN 2 Depok ... 65

Lampiran 4. Booklet yang digunakan saat CBIA (apa yang perlu diketahui tentang hidup sehat) ... 66

Lampiran 5.petunjuk kegiatan CBIA ... 71

Lampiran 6. . Booklet yang digunakan saat CBIA (apa yang diketahui tentang diabetes melitus) ... 77

Lampiran 7. Inform consen ... 79

Lampiran 8. Uji validasi konten pertama aspek pengetahuan ... 80

Lampiran 9. Uji validitas konten kedua aspek pengetahuan ... 81

Lampiran 10. Uji validitas konten pertama aspek sikap ... 82

Lampiran 11. Uji validitas konten kedua aspek sikap ... 83

Lampiran 12. Kuisioner pre pengetahuan untuk uji pemahaman bahasa ... 84

Lampiran 13. Kuisioner pre sikap untuk uji pemahaman bahasa ... 85

Lampiran 14. Kuisioner post pengetahuan untuk uji pemahaman bahasa ... 86

Lampiran 15. Kuisioner post sikap untuk uji pemahaman bahasa ... 87

Lampiran 16. Kuisioner tindakan untuk uji pemahaman bahasa ... 88

Lampran 17. Formulasi kuisioner ... 90


(17)

xiv

Lampiran 19. Perbaikan kalimat pertanyaan aitem ... 92 Lampiran 20. Kuisioner penelitian aspek pre pengetahuan uji reliabilitas ... 93 Lampiran 21. Besar skor Untuk masing-masing responden tiap aitem aspek pre pengetahuan

pada uji reliabilitas ... 94 Lampiran 22. Hasil uji kolerasi Point Biserial untuk aitem aspek pre pengetahuan pada uji

reliabilitas sebelum seleksi aitem ... 95 Lampiran 23. Hasil uji kolerasi kolerasi Point Biserial untuk aitem aspek pre pengetahuan

pada uji kualitas instrumen stelah seleksi aitem ... 96 Lampiran 24. Kuisioner penelitian aspek pre sikap uji reliabilitas ... 97 Lampiran 25.Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek pre sikap pada uji

reliabilitas ... 98 Lampiran 26.Hasil Uji Kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek pre sikap pada

uji reliabilitas sebelum seleksi aitem ... 99 Lampiran 27. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek pre sikap pada

uji reliabilitas setelah seleksi aitem ... 100 Lampiran 28. Perbandingan nilai α sebelum dan setelah seleksi aitem pertanyaan tiap aspek

kuisioner pre intervensi pada uji reliabilitas ... 101 Lampiran 29. Kuisioner penelitian aspek post pengetahuan uji reliabilitas ... 102 Lampiran 30. Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek post pengetahuan

pada uji reliabilitas ... 103 Lampiran 31. Hasil uji kolerasi Pearson Point Biserial untuk aitem aspek post pengetahuan

pada uji reliabilitas sebelum seleksi Aitem ... 104 Lampiran 32. Hasil uji kolerasi Pearson Point Biserial untuk aitem aspek post pengetahuan


(18)

xv

Lampiran 33. Kuisioner Penelitian Aspek Post Sikap Uji Reliabilitas ... 106

Lampiran 34. Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek post sikap pada uji kualitas instrumen ... 107

Lampiran 35. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek post Sikap pada uji kualitas instrumen sebelum seleksi aitem ... 108

Lampiran 36. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek post sikap pada uji kualitas instrumen setelah seleksi aitem ... 109

Lampiran 37. perbandingan nilai α sebelum dan setelah Seleksi aitem pertanyaan tiap aspek kuisioner pre intervensi pada uji kualitas instrumen ... 110

Lampiran 38. Formulasi Kuisioner Setelah Uji Reliabilitas ... 111

Lampiran 39. Instrumen pre pengetahuan yang digunakan saat penelitian ... 112

Lampiran 40. Instrumen pre sikap yang digunakan saat penelitian ... 113

Lampiran 41. Instrumen post pengetahuan yang digunakan saat penelitian ... 114

Lampiran 42. Instrumen post sikap yang digunakan saat penelitian... 115

Lampiran 43. Instrumen tindakan yang digunakan saat penelitian ... 116

Lampiran 44. Nilai pretest pengetahuan sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 119

Lampiran 45. Nilai posttest pengetahuan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 120

Lampiran 46. Nilai posttest pengetahuan 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... ..121

Lampiran 47. Nilai posttest pengetahuan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... ..122

Lampiran 48. Nilai pretest sikap sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 123


(19)

xvi

Lampiran 50. Nilai posttest sikap 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 125

Lampiran 51. Nilai posttest sikap 2 Bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 126

Lampiran 52. Hasil normalitas kuisioner prestest, posttest, posttest 1 bulan dan posttest 2 bulanpengetahuan ... 127

Lampiran 53. Hasil normalitas kuisioner prestest, posttest, posttest 1 bulan dan posttest 2 bulansikap ... 128

Lampiran 54. Hasil uji variansi ... 129

Lampiran 55. Hasil uji Paired T-test ... 130

Lampiran 56. Hasil uji Wilcoxon ... 131

Lampiran 57. Nilai pretest tindakan sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 132

Lampiran 58. Nilai posttest tindakan 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 133

Lampiran 59. Nilai posttest tindakan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 134


(20)

xvii INTISARI

Minimnya pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait Diabetes Melitus kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dapat melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap Diabetes Melitus.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan 35 responden. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pendekatan time series, pre-post intervention group Instrumen penelitian adalah kuisioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Apabila nilai p<0,05 maka terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap.

Hasil penelitian menunjukkan pre-post 1 tidak ada peningkatan jumlah responden dengan katagori pengetahuan baik (51,5%); pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5% menjadi 60%; pre-post 3 tidak ada peningkatan jumlah responden (51,5%) dengan nilai p>0,05. Aspek sikap baik menunjukan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 91,4% ; pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 54,3%; pre-post 3 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 71,2% dengan nilai p<0,05. Aspek tindakan baik menunjukkan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 25,7%, pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 28,6%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa metode CBIA dapat meningkatkan jumlah responden dengan katagori baik pada pengetahuan, sikap dan tindakan.


(21)

xviii ABSTRACT

The lack of public knowledge, attitude, and practice related to Diabetes Mellitus is likely can cause complication occurence. One of the ways to prevent from the complication is to increase the knowledge, attitude, and practice. This research is aim to increase the knowledge, attitude, and practice of the adolescents concerned with Diabetes Mellitus.

The study was held in Depok Subdistrict of Sleman Regency toward 35 respondents. The type of the research was quasi experimental with time series that was pre-post intervention group approach. The instrument used was questionnaire. Purposive sampling was applied for sampling technique. p <0.05 means that there's an increasement of knowledge and attitudes.

The results showed that at the first pre-post group there was no respondents amount increasing at the good knowledge category that was 51.5% while at the second pre-post group there was respondents amount increasing from 51.5% to 60% and at the third pre-post group there was no respondents amount increasing that was 51.5% with the p-value >0,05. Good attitude aspect indicated that at the first pre-post group there was respondents amount increasing which was from 25.7% to 91.4% and so as at the second pre-post group from 25.7% to 54.3% and at the third pre-post group from 25.7% to 71.2% with the p-value <0,05. Good practice aspect showed that at the first pre-post group there was respondents amount increasing from 20% to 25.7% and the same as with the second pre-post group from 20% to 28.6%. The conclusion is CBIA method improving a number of respondent with good catagory knowledge, attitude, and practice.


(22)

BAB I PENGANTAR

A.Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang (Dinkes 2013). Di dunia pada tahun 2013 jumlah Diabetes Melitus sebanyak 382 juta pada tahun 2035 akan meningkat sebesar 55% menjadi 592 juta, khususnya di Indonesia jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak 8,5 juta (IDF, 2013).

Di daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 Diabetes Melitus menjadi penyakit nomor 4 dalam sepuluh besar penyakit pada puskesmas Kabupaten/Kota di Provinsi Yogyakarta dengan jumlah yang terdiagnosis sebanyak 72.207 dan yang merasakan gejala sebanyak 11,109 serta menjadi penyebab kematian dirumah sakit nomor 6 di Yogyakarta dengan jumlah kematian sebanyak 214 (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Peningkatan prevalensi penderita Diabetes Melitus ini diikuti dengan peningkatan angka kejadian komplikasi yang menyertai penyakit ini. Angka kejadian


(23)

ini terus meningkat akibat perubahan gaya hidup, terutama akibat konsumsi makanan yang tidak sehat serta kurangnya latihan fisik (Meydani, 2011).

Komplikasi menahun Diabetes Melitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetik 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%. Penderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan bukan penderita Diabetes Melitus mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah, 5 kali lebih mudah menderita ulkus atau ganggren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina (Sinaga, Hiswani, Jemadi, 2015).

Angka kesakitan dan kematian pada Diabetes Melitus meningkat diberbagai negara, penyakit ini juga disebabkan faktor ketidaktahuan baik penderita maupun dokter sendiri, atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi berat (Permana, 2015).

Melihat banyaknya fakta dan tingginya prevalensi penderita Diabetes Melitus, serta tingginya prevalensi komplikasi penderita Diabetes Melitus. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penagulangan penyakit tersebut. Upaya dini yang dapat diberikan yaitu pemberian edukasi kesehatan dengan metode CBIA. Pemberian edukasi dengan metode CBIA ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai Diabetes Melitus agar dapat terhindar dari berbagai komplikasi yang menyebabkan angka harapan hidup menurun.


(24)

Dalam penelitian ini CBIA akan diberikan kepada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. SMK yang di pilih dalam penelitian ini yaitu SMKN 2, karena pada SMKN 2 terdapat responden sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian. Pada penelitian ini target penelitian difokuskan pada remaja pria karena DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin dan biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya (Mirza, 2008).

Pemberian edukasi kepada siswa SMK diharapkan mampu mencegah penyakit Diabetes Melitus sejak dini dan nantinya mampu sebagai komunikator kepada masyarakat dalam membantu pencegahan dan pengelolaan penyakit Diabetes Melitus.

1. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah di jelaskan di atas, adapun beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

a. Seperti apakah karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia? b. Seperti apakah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus sebelum edukasi dengan metode CBIA?


(25)

c. Seperti apakah peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan metode CBIA?

d. Apakah terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifikan mengenai Diabetes Melitus sebelum dan setelah edukasi dengan metode CBIA?

2. Keaslian Penelitian

Sebatas pengetahuan peneliti dan sejauh penelusuran pustakan penelitian tentang Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa SMK Di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Tentang Diabetes Melitus Dengan Metode CBIA belum pernah dilakuakan. Penelitian yang terkait dengan edukasi mengenai Diabetes

mellitus telah dilakukan penelitian dengan judul berikut :

a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Pasien Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Kelompok Swabantudi Dusun Swaluwan dan Kalimalang, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang (Kumboyono, 2012). Pada penelitian Kumboyono 2012 diberikan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama berdiskusi mengenai materi itu sendiri serta pertemuan ke dua dilakukan pelatian dimana setiap pertemuan diberikan pre dan post, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti edukasi diberikan dengan menggunakan metode CBIA sebelum edukasi diberi kuesioner pre tanpa perlakuan, selanjutnya setelah edukasi diberi post sesaat setelah edukasi CBIA dan 1 bulan kemudian hanya diberi post sampai 2 bulan


(26)

setelah edukasi.

b. Perbedaan Edukasi Secara Ceramah dan CBIA Mengenai Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perubahan Sikap dan Tindakan

Ibu-Ibu Kecamatan Gamping Dan Kecamatan Melati Di Tinjau Dari Tingkat

Pendidikan (Kristina, 2010). Perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjek. Pada penelitian Kristina 2010 berfokus pada perbedaan edukasi dan penyakit Kanker Serviks sedangkan pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang Diabetes Melitus dengan Metode CBIA.

c. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Penderita Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan diet Diabetes Melitus Di RSUD AM. PARIKESIT Kalimantan Timur (Phitri, 2013). Pada penelitian Phitri 2013 dengan menggunakan kuesioner dan jenis penelitian yaitu deskriftif kolerasi dengan variabel terikat yaitu kepatuhan penderita dalam menjalankan diet Diabetes Melitus sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti jenis penelitian eksperimental semu (quasi experimental) dengan pendekatan time series, pre-post intervention grup dengan menggunakan metode CBIA

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi secara CBIA terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.


(27)

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat praktis

1) Bagi masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan terkait Diabetes Melitus yang akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat.

2) Bagi dinas kesehatan

Bagi Dinas Kesehatan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai edukasi atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran perilaku masyarakat Yogyakarta mengenai Diabetes Melitus.

3) Bagi akademis

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pedoman dan materi bahan edukasi, untuk meningkatan pengetahuan mengenai Diabetes Melitus, serta para akademis mampu sebagai komonikator kesehatan untuk masyarakat luas.

b. Manfaat teoritis. Sebagai gambaran Departemen Kesehatan setempat mengenai pentingnya pemberian edukasi kesehatan tentang Diabetes Melitus sehingga dapat melakukan kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat mengenai penyakit Diabetes Melitus.


(28)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Diabetes Melitus pada siswa SMK dengan metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA). 2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang dapat disimpulkan dalam penelitian peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK dengan metode CBIA tentang Diabetes Melitus yaitu :

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia terhadap peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dan tindakan Siswa SMK mengenai Diabetes Melitus.

b. Mengukur tingkat pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman sebelum dilakukan edukasi dengan metode CBIA.

c. Mengukur peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan metode CBIA.

d. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan setelah edukasi dengan metode CBIA


(29)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup (WHO, 2014).

B.Diabetes Melitus Tipe 2 1. Pengertian

DM tipe 2 dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes (WHO, 2014). Diabetes Melitus Tipe 2 adalah intoleransi karbohidrat yang di tandai dengan resistensi insulin, kekurangan insulin, dan kelebihan produksi glukosa hepar dan hiperglikemia (Brashers & Valentina, 2008).

2. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :

a) Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).


(30)

b) Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa kelenjar pankreas.

c) Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer (Hastusti, 2008).

3. Gejala klinis Diabetes Melitus Tipe 2

Pada penderita Diabtes Melitus ditemukan adanya gejala-gejala khas antara lain : poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum karena haus terus), polifagia (makan karena lapar terus), lemas, dan berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala-gejala khas seperti diatas dengan satu kali pemeriksaan yang mana menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) ≥ 126 mg/dl atau GDS (Gula Darah Sewaktu) ≥ 200 mg/dl dinyatakan positif DM tipe-2. Gejala lain yang meyertainya seperti : kesemutan, gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae (keputihan) pada wanita (Goldstein & Muller, 2008).

4. Faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2

Ada beberapa faktor risiko untuk Diabetes Melitus, terutama untuk DM Tipe 2, yaitu riwayat diabetes dalam keluarga, diabetes gestasional, melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg , obesitas (>120% berat badan ideal), umur (20-59 tahun : 8,7% > 65 tahun : 18%), hipertensi (>140/90mmHg), kadar HDL rendah <35mg/dl kadar lipid darah tinggi >250mg/dl (Goldstein & Muller, 2008).

5. Mengubah gaya hidup

Didalam tubuh penderita Diabetes Melitus tidak dapat cukup insulin untuk mengubah gula menjadi tenaga, maka penderita Diabetes Melitus menjadi kurus tiap harinya, karena tubuhnya tidak meggunakan simpanan lemak dan protein. Maka


(31)

10

diperlukan upaya untuk menjaganya dengan cara mengubah pola gaya hidup yaitu : a) Perencanaan makan. Kalori yang terukur dihitung dari berat badan ideal

(tinggi badan – 100)-10%. Komposisi makanan harus seimbang yakni karbohidrat (60-75%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%) (Kristanti, 2013).

b) Kegitan Fisik. Olahraga ringan misalnya jalan kaki, jogging, senam maupun lain-lain. Olahraga perlu dilakukan bertahap teratur dengan intensitas yang cukup ( Kristanti, 2013).

6. Pencegahan dan pengobatan

Pencegahan dan pengobatan Diabetes Melitus sangat dibutuhkan bagi penderita Diabetes Melitus maupun pra Diabetes Melitus untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Ada beberapa cara dalam pencegahan Diabetes Melitus maupun pengobatan Diabetes Melitus yaitu :

a. Pencegahan

Pencegahan Diabetes Melitus dapat dilakukan sejak dini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah penyakit Diabetes Melitus yaitu dengan pemeriksaan, pola hidup yang baik, dan latihan fisik atau jasmani. Pemeriksaan, pola hidup dan latihan fisik atau jasmani yang dapat dilakukan yaitu:

1) Pengukuran tekanan darah pada usia anak hingga remaja wajib dilakukan minimal sekali dalam setahun dalam kondisi normal (IDAI, 2014).


(32)

dilakukan sekali dalam setahun hingga sekali dalam 2 tahun pada kondisi normal (American Optimeric Assosiation 2014).

3) Pemeriksaan urin dapat dilakukan sekali dalam 1 tahun pada kondisi normal (Cassidy & Allason, 2010).

4)Pemeriksaan kadar gula darah pada anak-anak hingga remaja sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 1 kali dalam 1 tahun apabila anak atau remaja dalam keadaan normal, sebaiknya diperiksa dimulai pada usia 10 tahun (Nicholas Josep, 2007).

5)Pada gaya hidup kategori olahraga yang baik dan teratur dapat dilakukan 3-5 kali dalam seminggu, selama 30-60 menit dengan intensitas ringan hingga sedang dapat disesuaikan dengan umur dan jasmani (Kristanti 2013).

6) Kebutuhan kalori pada usia remaja semakin meningkat karena aktivitas anak semakin banyak dan adanya masa pubertas. Tingkat kebutuhan energi bagi remaja laki-laki adalah 3000 kalori (Hidayat, 2008)

7) Pencegahan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan mengontrol makanan yang dikonsumsi seperti menghindari makanan manis yang berlebih dan menyantap makanan rendah lemak dan kaya serat (Kristanti 2013).

8) Diet yang dapat dilakukan untuk mecegah Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara memakan 4 samapai 5 sajian buah setiap hari dan memperbanyak sayuran, serta mengubah kebiasaan makan dan mengurangi pengonsumsian daging (Ide, 2007).


(33)

12

b. Pengobatan

Pengobatan pada penderita Diabetes Melitus dapat menggunakan insulin dan tablet OHO (Obat Hipoglikemik Oral) untuk menangulangi penderita Diabetes Melitus serta dapat mengurangi angkat kematian akibat serangan Diabetes Melitus (Kristanti, 2013).

7. Penyuluhan (edukasi diabetes )

Menurut Soewondo (2002) dalam tingkat kepatuhan Diabetes Melitus dalam mengatur perencanaan makan, pengobatan dan latihan jasmani intinya adalah bagaimana penderita Diabetes Melitus memahami, menyadari dan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualias untuk mengatasi hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator mampu untuk memberikan penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup (cit. Qurratuaeni, 2009).

C. Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Edukasi kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui cara menjaga kesehatan, bagaimana cara menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan. Kesadaran masyarakat tentang kesehatan disebut healthliteracy. Bukan hanya itu edukasi


(34)

kesehatan bukan hanya mencapai “healthliteracy.” namun yang lebih penting mencapai perilaku kesehatan (healty behavior). Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude) melainkan harus dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari (practice) (Notoatmojo, 2007).

Metode edukasi kesehatan yang dapat digunakan untuk sasaran kelompok antara lain :

1. Cara belajar insan aktif (CBIA)

Menurut Suryawati CBIA nama yang diberikan pada suatu metode pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dan diuji coba pada tahun 1993. CBIA juga dapat digunakan untuk semua kalangan, berbagai tingkat pendidikan, usia, gender, maupun latar belakang sosial ekonomi. Jadi tidak sebatas di kalangan ibu-ibu saja, karena fleksibilitas tersebut, maka Yayasan Kanker Indonesia Cabang Yogyakarta kemudian menyarankan agar kepanjangan CBIA diganti menjadi Cara Belajar Insan Aktif. Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) merupakan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bisa digunakan untuk swamedikasi. Tujuan metode ini adalah untuk mengatasi penyakit serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memilih obat, sehingga swamedikasi lebih efisien (Suryawati, 2010).

Metode CBIA ini telah teruji lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan pengobatan sendiri. Berdasarkan penelitian Suryawati (2003), peningkatan pengetahuan pengobatan sendiri dengan metode CBIA lebih besar dan signifikan dibandingkan dengan menghadiri seminar besar. Dalam metode CBIA, kegiatan ini


(35)

14

dilakukan dengan cara melakukan diskusi interaktif dan dibagi dalam kelompok kecil kurang lebih 6 – 8 orang (Suryawati, 2012). Peserta dalam Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) peserta dapat terdiri dari ibu-ibu saja, bapak-bapak saja, atau pemuda (karang taruna). Keberadaan tutor dalam Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) berfungsi sebagai fasilitator diskusi, dan bila perlu menunjukkan cara atau jalan untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah. Tutor dianjurkan tidak mendominasi diskusi (Suryawati 2012).

D.Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata), dengan sendirinya pada waktu pengindraan akan menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presepsi terhadap objek. (Notoatmojo, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor internal yaitu faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa : minat, kondisi fisik, inteligens, presepsi, motivasi dan emosi, faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan meliputi : keluarga, masyarakat, sarana. Menurut Notoatmojo 2007 untuk meningkatkan pengetahuan dapat berupa edukasi, dengan adanya pengetahuan seseorang memiliki dasar untuk mengambil keputusan


(36)

dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi ( Achmadi, 2013). 3. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Peningkatan pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan seseorang (Notoatmojo, 2007).

Pada dasarnya bahwa yang berpengaruh pada tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan akademis, perguruan tinggi dan SMA sederajat. Dimana makin tinggi pendidikan makin banyak pengetahuan yang didapat (Kaidah & Fakhrurrazi 2008).

Menurut Arikunto 2006 kategori tingkat pengetahuan seseorang terbagi menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:

a) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%. b)Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56–74%.

c) Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55% (Budiman & Riyanto, 2013).

E. Sikap 1. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu :


(37)

16

a) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behaved).

b) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang di berikan (objek).

c) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap (Achmadi, 2013).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pengalaman. Theory of Reasond Action mengungkapkan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan (Kesmas, 2012). 3. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau peryataan responden terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung tidak menanyakan perilaku secara langsung tetapi yang ditanyai hal-hal lain namun dari data yang diperoleh peneliti dapat menyimpulkan sikap, presepsi, dll (Notoatmojo, 2007). Peningkatan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan karakter dimana merupakan suatu tindakan yang disadari (Achmadi, 2013).

Menurut Arikunto 2006 kategori pengukuran tingkat sikap seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.

a) Tingkat sikap kategori baik jika nilainya ≥ 75%. b) Tingkat sikap kategori cukup jika nilainya 56–74%.


(38)

c) Tingkat sikap kategori kurang jika nilainya < 55% (Budiman & Riyanto, 2013).

F. Tindakan 1. Pengertian tindakan

Tindakan merupakan sikap yang dapat diamati secara langsung dalam bentuk perilaku, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuwatan nyata (tindakan) diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas diperlukan juga faktor pendukung lainnya yaitu motivasi (Notoatmojo, 2010).

2. Pengukuran tindakan

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan, pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmojo 2007).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) yaitu dari diri sendiri dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes) yaitu faktor lingkungan. Selanjutnya tindakan itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 2 faktor yaitu:

a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya.


(39)

18

b) Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2012).

G. Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007) pemberian penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantulihat dengar (Audio Visual Aids) (Utari, Arneliwati, Novayelinda, 2014).

Upaya dalam meningkatkan pengetahuan pada setiap individu dapat dikembangkan dengan cara edukasi kesehan. Edukasi kesehan bertujuan menciptakan perilaku yang kondusif untuk kesehatan. Dimana edukasi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang akan berdampak pada perilaku dan sikap seseorang. Edukasi kesehatan dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok (Achmadi, 2013).

Sikap seseorang terbentuk karena adanya interaksi sosial yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Interaksi sosial ini terjadi dalam hubungan yang saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain yang ikut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu (Anzwar 2011).

Upaya dalam meningkatkan tindakan dapat dilakukan dengan cara pemberian informasi dan ceramah, dengan memberikan informasi-informasi tentang


(40)

cara-caramencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya yang akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut dan akan berdampak pada perilaku atau tindakan seseorang. Selain itu diskusi dapat diberikan sebagai peningkatan cara pemberian informasi kesehatan yang bersifat dua arah. Artinyamasyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harusaktif berpartisifasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yangditerimanya (Achmadi, 2013).

Upaya yang terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilakukan dengan menggunakan metode CBIA dimana metode ini didasarkan pada proses belajar mandiri, dengan metode ini pengetahuan, sikap serta tindakan masyarakat berubah sesuai dengan yang diharapkan dibanding ceramah atau penyuluhan (cit., Kristina 2010).

H. Usia

Usia adalah lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dhamayanti 2009). Remaja menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah kelompok usia antara 10 sampai 19 tahun. Remaja terbagi dalam 3 kelompok usia yaitu remaja dini (early adolescence) 10–13 tahun, remaja pertengahan (mid ado- lescence) 14–16 tahun, dan remaja lanjut (late adolescence) 17–19 tahun, sedangkan kategori usia remaja menurut Departemen


(41)

20

Kesehatan RI tahun 2009 adalah masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun (cit.,Dhamayanti, 2009).

Semakin tua usia seseorang akan meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya karena banyaknya pengalaman yang diperoleh (Notoatmojo, 2012). Namun faktor fisiologi dapat menurunkan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan, sedangkan pada usia anak-anak hingga dewasa peningkatan pengetahuan dapat ditingkatkan melalui objek yang dilihat seperti media (internet, televisi, radio, majalah, buku) (Kesmas, 2012).

G.Landasan Teori

Di Indonesia Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak dialami oleh masyarakat. Diperkirakan penderita Diabetes Melitus akan terus meningkat seiring dengan berubahnya gaya hidup, terutama pola makan yang tidak seimbang dimasyarakat perkotaan. Salah satu faktor yang sangat penting bagi penderita Diabetes Melitus adalah perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan perubahan sikap sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku hidup sehat.

Agar dapat mecegah penyakit Diabetes Melitus pada kaum remaja perlu memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang cukup memadai tentang penyakit ini. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, serta merubah sikap dan tindakan siswa SMK dapat dilakukan dengan edukasi kesehatan yaitu metode CBIA, dimana peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan dapat diukur dengan berbagai cara yaitu pada pengukuran pengetahuan dapat menggunakan kuesioner atau dengan


(42)

wawancara. Sedangkan pengukuran pada sikap dan tindakan dapat dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara, dan kuesioner.

Melalui metode edukasi CBIA diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa SMK tentang Diabetes Melitus sehingga dapat mengurangi angka kematian dan prevalensi penyakit Diabetes Melitus.

H.Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi kesehatan berupa Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) tentang Diabetes Melitus dapat menyebabkan peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus.

I. Hipotesis

Terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan metode CBIA.

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian Edukasi secara

CBIA mengenai Diabetes Melitus

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Siswa SMK di Kecamatan

Depok Kabupaten Sleman


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan pendekatan time series. Penelitian eksperiemental semu adalah penelitian yang memberikan manipulasi tetapi tidak mengubah secara fisik terhadap variabel, serta tanpa randomisasi dalam pemilihan kelompok perlakuan (Swarjana 2013). Jenis penelitian eksperiemental semu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memberikan perlakukan kepada responden berupa CBIA untuk melihat pengaruh edukasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa SMK tentang Diabetes Melitus.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Time series. Time series adalah nilai-nilai suatu variabel yang terbentuk dalam suatu pengamatan yang diperoleh secara berurutan menurut waktu (misal: hari, minggu, bulan, tahun) (Suparyanto, 2007). Pendekatan time series dalam penelitian ini untuk melakukan pengamatan berulang dalam mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Diabetes Melitus setelah diberi edukasi secara CBIA.


(44)

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Edukasi dengan metode CBIA.

2. Variabel tergantung : Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK mengenai Diabetes Melitus.

3. Variabel pengacau terkendali : informasi mengenai Diabetes Melitus yang di dapat secara formal atau non formal sebelumnya seperti seminar, sekolah, penyuluhan. 4. Variabel pengacau tak terkendali : informasi mengenai Diabetes Melitus yang

telah di peroleh oleh siswa SMK sebelumnya melalui media (radio, internet, surat kabar, majalah).

C. Definisi Operasional

1. Diabetes Melitus dalam penelitian ini adalah Diabetes Melitus Tipe 2

2. Pre-CBIA adalah sebelum edukasi CBIA, post 1 yaitu sesaat setelah setelah CBIA, post 2 yaitu 1 bulan setelah edukasi CBIA, dan post 3 yaitu 2 bulan setelah edukasi CBIA.

3. Pengetahuan dalam penelitian ini merupakan tingkat pemahaman responden mengenai Diabetes Melitus Tipe 2 yang dapat diukur dengan kuesioner. Pada level pretest dan level posttest pengetahuan dengan jumlah masing-masing 14 pernyataan setiap skor dikategorikan baik (>11), sedang (8-10) dan buruk (<8) (Budiman & Riyanto, 2013).

4. Sikap dalam penelitian ini merupakan pandangan hidup responden untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 yang diukur dengan kuesioner. Pada level pretest dan level posttest


(45)

sikap dengan jumlah masing-masing 14 pernyataan setiap skor dikategorikan baik (>42), sedang (32-41) dan buruk (<32) (Budiman & Riyanto, 2013).

5. Tindakan dalam penelitian ini adalah tindakan responden terhadap pengelolaan Diabetes Melitus. Pada tingkat tindakan responden dinilai secara deskriptif serta di bagi dalam 3 tingkatan kategori yaitu baik, sedang, dan buruk. Pada tingkat tindakan yang dapat dikatakan baik jika responden melakukan tindakan sesuai dengan literatur, sedang jika responden melakukan tindakan tidak sesuai dengan literartur, dan buruk jika responden tidak melakukan tindakan dengan literatur. Masing-masing kategori dijumlahkan sehingga kategori dengan jumlah terbanyak mewakili tindakan responden tersebut.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Dengan kriteria inklusi berusia 15-18 tahun berjenis kelamin pria yang menderita atau tidak menderita Diabetes Melitus serta bersedia mengikuti edukasi, mengisi dan mengembalikan kuesioner saat edukasi. Kriteria eksklusi responden yang tidak mengisi kuesioner tidak lengkap.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. dengan mengumpulkan para siswa SMK untuk diberi edukasi melalui metode CBIA yang diadakan di lingkungan sekolah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 November hingga 27 Januari.


(46)

F. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa SMK dengan usia 15-18 tahun di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, dengan jumlah respoden sebanyak 35 orang.

G. Sampel dan Tehnik Sampling

Pemilihan sampel dipilih langsung oleh pihak SMK Depok Kabupaten Sleman, karena pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling pengambilan sampel dilakukan secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan (Swarjana, 2012). Dimana Sampel yang digunakan untuk penelitian sesuai dengan kelompok perlakuan adalah siswa SMK dengan jenis kelamin pria yang berusia 15-18 tahun yang bersedia mengikuti edukasi seta mengisi kuesioner secara lengkap.

H. Besar Sampel

Sampel yang termasuk dalam kategori sampel besar yang memiliki distribusi yang normal ialah sampel yang berjumlah lebih dari 30 kasus agar dapat dianalisa dengan statistik. Sehingga dalam penelitian ini diambil lebih dari 30 kasus dari Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yaitu 35 kasus. Oleh karena itu analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dimana digunakan untuk mengetahui hubungan atau korelasi dari sebuah variabel dengan variabel yang lain dan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata dari suatu kelompok (Nisfianoor, 2009).


(47)

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah tervalidasi dan telah diuji reliabilitas. Sebelum dilakukan uji reliabilitas terlebih dahulu dilakukan uji pemahaman bahasa. Kuesioner merupakan instrumen berupa pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada responden untuk dijawab dan ditanggapi. Kuesioner pre pengetahuan berisi 14 pertanyaan, kuesioner post pengetahuan berisi 14 pertanyaan, kuesioner pre sikap berisi 14 pertanyaan, kuesioner post sikap berisi 14 pertanyaan, dan kuesioner tindakan berisi 14 pertanyaan. Pada kuesioner pre dengan post dibedakan struktur kalimat dan urutan no item pernyataan. Pertanyaan terdapat pada 2 bal kuesioner yaitu :

1. Pertanyaan fakta

Bagian ini berisi mengenai fakta-fakta data demografi responden yang ada pada saat pengisian kuesioner. Bagian ini diantaranya terdiri dari nama responden, umur responden, jenis kelamin responden.

2. Pertanyaan informatif

Pertanyaan informatif pada lembar kuesioner pengetahuan berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14 pertanyaan untuk post, yang mewakili beberapa jenis tertanyaan dan pernyataan yaitu mengenai pengertian Diabetes Melitus, pengobatan Diabetes Melitus, gajala Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes Melitus, faktor reisiko Diabetes Melitus, dan gaya hidup penderita Diabetes Melitus. Pertanyaan inorfatif pada lembar kuesioner sikap berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14 pertanyaan untuk post, pertanyaan mengenai pilihan gaya hidup bagi penderita


(48)

Diabetes Melitus, pengobatan, perawatan kaki, dan pemeriksaan kesehatan, sedangkan pertanyaan inorfatif pada lembar kuesioner tindakan berisi 14 pertanyaan mengenai pemeriksaan, gaya hidup, pengobatan, dan perawatan kaki. Penjabaran mengenai aspek koisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat dicermati pada tabel I dan II.

Tabel I. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Pre- Intervensi

Tabel II. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Post- Intervensi

Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable

Pengetahuan a. Definisi 10, 13 3

b. Pengobatan 7, 12 8, 9, 11

c. Gejala 4 -

d. Komplikasi 5 -

e. Faktor resiko 2 -

f. Gaya Hidup - 1, 6, 14

Jumlah Item 7 7

Sikap a. Gaya Hidup 7 1, 2, 3, 9

b. Pengobatan 4 5, 6

c. Perawatan Kaki 15, 13 8

d. Pemeriksaan 10, 12 11

Jumlah Item 6 8 Total item 13 15

Tindakan a. Pemeriksaan 1,2,3,13

b. Gaya hidup 4,5,6,7

c. Pengobatan 8,9,10,11,12

d. Pemeriksaan Kaki 14

Total item 14

Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable

Pengetahuan a. Definisi 1, 8 11

b. Pengobatan 13, 14 2, 9, 12

c. Gejala 4 -

d. Komplikasi 6, 10 -

e. Faktor resiko 3 -

f. Gaya Hidup - 5, 7

Jumlah Item 8 6

Sikap a. Gaya Hidup 7 1, 2, 3, 9

b. Pengobatan 4 5, 6

c. Perawatan Kaki 15 8

d. Pemeriksaan 10, 12, 13 11

Jumlah Item 6 8 Total item 14 14

Tindakan a. Pemeriksaan 1,2,3,13

b. Gaya Hidup 4,5,6,7

c. pengobatan 8,9,10,11,12

d. pemeriksaan Kaki 14


(49)

Semua pertanyaan kuesioner kemudian dikonfersikan nilainya kedalam angka. Pada pengetahuan dengan pilihan YA atau TIDAK, pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Kisaran skro pada pertanyaan pengetahuan 0-14. Kuesioner sikap berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14 pertanyaan untuk post, yang mewakili beberapa jenis pertanyaan. Penilaian kuesioner untuk pengukuran sikap menggunakan skala likert responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam kuesioner. Kuesioner mengukur sikap menggunakan skala likert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Semua pertanyaan positif (favourable) diberi skor 4 untuk SS, 3 untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS, sedangkan untuk pertanyaan negatif (infavourable) diberi skor 4 untuk STS, 3 untuk TS, 2 untuk S, dan 1 untuk SS. Kisaran skor untuk pertanyaan pengetahuan adalah 14-56.

Pada Tindakan dinilai dengan cara deskriptif yaitu sesuai dengan literatur. Dimana dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, sedang, buruk. Dikatakan baik jika responden melakukan tindakan sesuai dengan literatur, sedang jika responden melakukan tindakan tidak sesuai dengan literartur, dan buruk jika responden tidak melakukan tindakan dengan literatur.

J. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan subjek penelitian

Subjek penelitian dipilih dengan cara pembagian wilayah kecamatan berdasarkan kelompok payungan dalam penelitian. Pembagian wilayah dimaksudkan


(50)

agar hasil dari edukasi dengan metode CBIA tidak saling mempengaruhi wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, yang saling berdekatan.

2. Perijinan

Tahap perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal penelitian ke bagian perijinan BAPPEDA Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta, setelah surat tebusan dari BAPPEDA keluar dilakukan penelitian ke SMK Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Sampel yang digunakan adalah siswa SMK dari kecamatan Depok Kabupaten Sleman, maka proses perijinan dilanjutkan ke kantor Kecamatan Depok.

3. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi dilakukan dikantor pemerintahan kota Sleman. Dari data yang ditelusuri adalah jumlah SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. SMK yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu SMKN 2 Depok Kabupaten Sleman, karena hanya pihak SMKN 2 yang bersedia mengikuti penelitian ini serta memenuhi kriteria inklusi penelitian, selanjutnya peneliti menghubungi bagian kesiswaan sekolah untuk meminta data populasi siswa yang sudah dipilih oleh pihak SMK. Data siswa yang sudah dipilih oleh sekolah dipilah lagi oleh peneliti agar sesuai dengan kriteria inklusi serta bersedia mengikuti intervensi yang diadakan oleh peneliti. Peneliti memilih 50 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan 50 responden karena untuk mewaspadai ketidak hadiran responden yang diundang.


(51)

4. Pembuatan kuesioner

Pada umumnya pembuatan kuesioner melewati 4 tahap yaitu pembuatan kuesioner, validasi, pemahaman bahasa terhadap Lay people dan reliabilitas.

a. Pembuatan kuesioner

Dalam pembuatan kuesioner dalam penelitian ini sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, dimana kuesioner yang dibuat terdiri dari empat bagian. Bagian pertama meliputi karakteristik responden yaitu nama, umur, jenis kelamin, alamat. Bagian ke dua menilai pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus. Bagian ketiga mengukur sikap responden terhadap Diabetes Melitus. Bagian keempat mengukur tindakan responden.

b. Validasi

Dalam penelitian ini kuesioner sebelumnya sudah tervalidasi yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Hartayu (2012) dalam penelitian Improving of Type 2 Diabetic Patients’ Knowledge, Attitude and Practice Towards Diabetes Self-care by Implementing Community-Based Interactive Approach-Diabetes Mellitus Strategy, dimana validitas kuesioner menghasilkan 15 pertanyaan untuk pre sikap, 15 pernyataan untuk post, 15 pernyataan untuk pre pengetahuan, 15 pernyataan untuk post pengetahuan dan 14 pernyataan untuk tindakan. Dalam penelitian ini hanya melakukan uji validitas konten. Uji Validitas konten diukur rasionalitasnya melalui professional judgement, dilakukan untuk memastikan apakah isi kuesioner sudah sesuai dan relevan dengan tujuan studi. Validitas konten menunjukkan isi yang


(52)

mencerminkan rangkaian lengkap atribut yang diteliti dan biasanya dilakukan oleh dua atau lebih ahli (Devon et.al, 2007). Professional judgement dalam penelitian dilakukan oleh satu orang ahli dibidangnya, setelah melakukan penilaian, ahli merekomendasikan perbaikan kata, penegasan pernyataan, penyederhanaan kalimat.

c. Uji pemahaman bahasa terhadap lay people

Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui pemahaman seseorang terhadap suatu pernyataan, dimana uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30 masyarakat awam yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian. Pada uji pemahaman bahasa dalam penilitian ini digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan atau tata bahasa yang digunakan oleh peneliti sudah benar dan tepat serta mudah dipahami oleh orang awam. Uji pemahaman bahasa dilakukan sebanyak 2 kali karena pada item pernyataan yang sulit dipahami kemudian segera diperbaiki dalam segi struktur kalimatnya walaupun pernyataan telah dianggap valid. Penyederhanaan item diharapkan dapat memudahkan responden dalam memahami maksud pernyataan kuesioner yang dapat berpengaruh pada tanggapan responden untuk tiap item pernyataan.

Menurut Supraktiknya (2014) hasil yang diperoleh saat uji pemahaman bahasa atau masukan yang diperoleh saat uji pemahaman bahasa selanjutnya ditindak lanjuti seperlunya dalam rangka menyempurnakan bentuk semi final tes sebelum melakukan uji coba tes yang sesungguhnya. Pada penelitian Kinanti (2014) mengansumsikan apabila terdapat lebih dari 5 responden yang tidak memahami kalimat atau kata pada item pertanyaan maka diperbaiki dan dilakukan


(53)

penyederhanaan. Pada penelitian ini mengansumsikan apabila terdapat lebih dari 4 responden tidak memahami kalimat maupun kata pada item pertanyaan maka diperbaiki dan dilakukan penyederhanaan. Tujuan mempersempit batasan adalah untuk memaksimalkan jumlah responden yang memahami item pertanyaan. Berikut hasil pengujian pemahaman bahasa pada Lay people pre dan post dipaparkan pada Tabel III dan Tabel IV.

Tabel III. Pernyataan Pada Item Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuesioner Pre Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeople

Tabel IV. Pernyataan Pada Item Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuesioner

Post Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeople

d. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner terhadap 30 responden yang bukan termasuk responden penelitian (siswa SMKN 2 Depok Kabupaten Sleman). Nilai koefisien chrombah alpha >0,6 maka instrument memiliki reliabilitas yang baik. Jika chrombah alpha <0,6 maka dikatakan tidak reliabel (Juliadi et al., 2014). Hasil uji reliabilitas yang didapat pada pre pengetahuan α 0,560 setelah dilakukan seleksi item no 15 didapatkan hasil α 0,62, post pengetahuan

α 0,5769 setelah dilakukan seleksi item no 15 didapat hasil α 0,66. Seleksi item

NO ASPEK PERNYATAAN

1 Pengetahuan 2 2 Sikap 4 & 5 3 Tindakan 8 & 11

NO ASPEK PERNYATAAN

1 Pengetahuan 8

2 Sikap 4


(54)

dilakukan untuk mendapatkan nilai α yang lebih baik serta memenuhi kualitas intrumen. Pada pre sikap hasil uji reliabilitas yang didapat α 0,5761dilakukan seleksi item no 14, setelah seleksi item dilakukan hasil α yang diperoleh 0,613 dan uji reabilitas yang didapat pada post sikap α 0,577 setelah dilakukan seleksi item no 14 didapat hasil α 0,622. Pada aspek tindakan tidak dapat dilakukan uji reliabilitas karena kuesioner yang digunakan adalah dalam bentuk deskriptif.

5. Ethical clearance

Ethical Clearance (EC) adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup serta menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Ethical Clearance pada dasarnya yaitu seluruh penelitian yang menggunakan makhluk hidup sebagai subyek penelitian, baik penelitian yang melakukan pengambilan spesimen ataupun yang tidak melakukan pengambilan specimen (Quraniati, 2015). Ethical Clearance dalam penelitian dilakukan melalui perijinan BAPPEDA serta pengisian informed consent yang dilakukan oleh responden penelitian.

6. Pelaksanaan intervensi

a. Penyebaran undangan pada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang akan digunakan sebagai subjek penelitian.

b. Pelaksanaan edukasi melalui metode CBIA

Pelaksanaan edukasi mengundang 50 responden yang telah dipilih langsung oleh pihak SMK dan telah memenuhi kriteria inklusi, serta yang hadir dalam


(55)

pelaksanaan CBIA hanya 35 responden. Sebelum pelaksanaan edukasi dengan metode CBIA terlebih dahulu dilakukan pretest, untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus sebelum diberi edukasi, setelah itu fasilitator menerangkan lebih rinci mengenai pelaksaan edukasi kesehatan dengan metode CBIA. Kemudian dari 35 responden dibagi dalam kelompok kecil. Tiap kelompok kecil terdiri dari 5 sampai 6 orang responden. Tiap responden diberikan booklet yang berhubungan dengan kesehatan mengenai Diabetes Melitus. Masing-masing kelompok diberi waktu untuk berdinamika. Setiap kelompok kecil dipilih 1 orang perwakilan responden yang nantinya masing-masing perwakilan kelompok kecil tersebut akan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Setelah mempresentasikan hasil, setiap responden diberi sesi tanya jawab kepada narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah apoteker. Keberadaan apoteker dalam metode CBIA adalah untuk menjawab dan menjelaskan lebih rinci mengenai Diabetes Melitus dan apoteker harus memberi kesimpulan mengenai edukasi tentang Diabetes Melitus. Setelah intervensi dengan metode CBIA para responden akan diminta mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden setelah diberikan CBIA.

7. Posttest 1 setelah bulan intervensi

Posttest dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan 1 bulan setelah diberi eduksi dengan metode CBIA mengenai Diabetes Melitus.


(56)

8. Posttest 2 setelah bulan intervensi

Posttest 2 bulan setelah diberi edukasi dengan metode CBIA dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan. Serta untuk melihat apakah Siswa SMK masih mengingat materi edukasi yang telah diberikan sebelumnya tentang Diabetes Melitus.

9. Pengolahan data 1. Manajemen data

Agar dapat menjamin keakuratan data dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data yaitu:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil penelitian, juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

b. Processing

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden. Kemudian melakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program komputer Excel dan Microsoft Word.

c. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan Microsoft Word dicek atau diperiksa kembali kebenarannya.


(57)

2. Analisis data

Proses analisis data terdiri dari : a. Uji Normalitas Data

Dilakukan dengan program komputer menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk analisis normalitas data. Uji ini dilakukan dengan memasukkan satu-persatu data yaitu pretest saat responden sebelum diberikan CBIA, posttest 1 saat setelah responden diberi CBIA, posttest 2 saat 1 bulan setelah CBIA diberikan dan posttest 3 saat 2 bulan setelah CBIA diberikan. Apabila nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal (data parametrik) dan data dapat dianalisis dengan paired T- test. Apabila nilai p<0,05 maka data terdistribusi tidak normal dapat dianalisis dengan Wilcoxon (Dahlan, 2013). Pada hasil uji normalitas yang didapat pre pengetahuan (p=0,10) dan post 1 pengetahuan (p=0,07) menunjukan bahwa data terdistribusi normal, sedangkan pada post 2 pengetahuan (p=0,01) dan post 3 pengetahuan (p=0,04) menunjukan data tidak terdistribusi normal. Hasil normalitas pada pre sikap (p=0,51), post 1 sikap (p=0,19), post 2 sikap (p=0,36) dan post 3 sikap (p=0,05) data menunjukan terdistribusi normal. Namun pada pretest pengetahuan dan posttest pengetahuan sesaat setelah edukasi seharusnya dapat dilakukan menggunakan uji Paired-T test tetapi pada penelitian ini hasil pretest pengetahuan dan posttest pengetahuan sesaat setelah edukasi uji normalitas diasumsikan tidak normal dan analisis data menggunakan uji Wilcoxon agar dapat dibandingkan dengan pretest pengetahuan dengan posttest 1 bulan setelah edukasi dan posttest 2 bulan setelah edukasi.


(58)

b. Uji F Test

Uji F dikenal dengan uji variansi, uji ini digunakan untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya, atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksi/peramalan atau dapat dikatakan bisa dilakukan untuk uji selanjutnya yaitu Paired T-test, sebaliknya jika non/tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk uji selanjutnya yaitu Paired T-test. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak Ha diterima) atau hasil uji F tidak kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan signifikan dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model tidak signifikan atau apabila hasil uji F kurang dari 0,05 (tidak signifikan) (Aggarwal, Khuran, 2009). Pada hipotesis penelitian ini semua data yang akan dilakukan pada uji paired T- Test menunjukan hasil yang signifikan yaitu pada pre-post 1 sikap (p=0,34), pre-post 2 sikap (p=0,05), pre- post 3 sikap (p=0,22).

c. Uji Paired T-test

Uji Paired T-test dilakukan apabila data yang diperoleh terdistribusi normal (p>0,05). Pada uji Paired T-test adalah metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis dimana data yang digunakan berpasangan. Ciri-ciri yang paling sering ditemui adalah pada kasus yang berpasangan yaitu objek penelitian dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu berupa kontrol dimana tidak diberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian (Dahlan 2013). Pada


(59)

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu perlakukan pertama siswa SMK tidak diberi edukasi berupa CBIA hanya diberikan kuesioner pre. Perlakukan kedua siswa SMK diberikan edukasi berupa CBIA dan diberikan kuesioner post. pengetahuan, sikap dan tindakan dapat diketahui dengan cara membandingkan kuesioner pre sebelum diberi CBIA dengan post setelah diberi CBIA.

Uji Paired T-test yang digunakan dengan taraf kepercayaan 95%. Jika nilai p< 0,05 maka Ho diterima serta H1 ditolak dan apabila nilai p> 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dimana Ho dalam penelitian ini terjadi peningkatan sikap yang signifikan pada hasil kuesioner pre-post 1, pre-post 2, pre-post 3, sedangkan hipotesis alternatifnya terjadi peningkatan yang tidak signifikan pada hasil uji kuesioner pre-post 1, pre-post 2, pre-post 3. Maka hasil paired T-tes p<0,05 terdapat pada pre-post 1 sikap (p=0,00), pre-post 2 sikap (p=0,00), dan pre-post 3 sikap (p=0,00).

d. Uji Wilcoxon

Uji Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data yang berbeda atau tidak. Uji Wilcoxon dilakukan apabila data yang diperoleh terdistribusi tidak normal (p<0,05). Uji Wilcoxon yang digunakan dengan taraf kepercayaan 95%. Jika nilai p<0,05 maka Ho diterima serta H1 ditolak dan apabila nilai p>0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dimana Ho pada uji Wilcoxon ini terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan pada hasil kuesioner pre-post 1, pre-post 2, pre-post 3, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu terjadi peningkatan pengetahuan yang tidak signifikan pada hasil uji kuesioner pre-post 1,


(60)

pre-post 2, pre-post 3. Maka hasil uji Wilcoxon p>0,05 terdapat pada pre-post 1 dengan nilai (p= 0,18), pre-post 2 dengan nilai (p= 0,06), pre-post 3 dengan nilai (p= 0,91).

K. Kelemahan Penelitian

Pada penelitian ini pemilihan subjek penelitian kurang representatif terhadap siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dikarenakan penelitian hanya dilakukan di SMKN 2 Depok, sedangkan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terdapat 9 SMK.


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada bab ini akan disajikan sesuai dengan tujuan penelitian.

A. Karakteristik Demografi Responden

Usia responden yang mengikuti edukasi kesehatan dengan metode CBIA yaitu 15 sampai 18 tahun. Semua responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden yang mengkuti edukasi CBIA sebanyak 35 responden (gambar 2). Diketahui bahwa responden terbanyak ada pada kelompok usia 15 dan 16 tahun masing-masing kelompok usia berjumlah 15 orang (42.80%) dengan tingkat pendidikan responden kelas 1 dan kelas 2 SMA, pada kelompok usia 17 tahun responden yang mengikuti edukasi sebanyak 2 orang (5,71%), dan kelompok usia 18 tahun sebanyak 3 orang (8,57%) dengan tingkat pendidikan kelas 3 SMA.

42.80%

42.80% 5.71%

8.57%

Usia 15 tahun Usia 16 tahun Usia 17 tahun Usia 18 tahun

Gambar 2. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Usia yang Mengikuti CBIA


(62)

B. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dilakukan Intervansi Dengan Metode CBIA.

Agar dapat melihat ada tidaknya perbedaan antara tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum edukasi kesehatan dengan metode CBIA maka nilai pretest pada kategori pengetahuan, sikap, dan tindakan dikelompokan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan buruk. Hasil penelitian pre-CBIA dapat dicermati pada gambar 3.

51.50% (n=18) 25.70% (n=9) 20.00% (n=7) 45.70% (n=16) 74.30% (n=26) 17.20% (n=6) 2.80% (n=1) 0% (n=0) 62.80% (n=22) 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

Pengetahuan Sikap Tindakan

Ju m la h R e s p o n d e n

Baik Sedang Buruk

Gambar 3. Distribusi Jumlah Responden Dengan Kategori Baik, Sedang, Buruk Pada Pre-CBIA

Pada pre-CBIA pengetahuan banyaknya jumlah responden yang masuk kedalam kategori baik sebelum dilakukan intervensi berupa CBIA kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu responden mendapatkan informasi mengenai Diabetes Melitus melalui internet, media cetak, media massa, media elektronik. Hal ini dapat menjadi variabel pengacau tak terkendali.

Pada pre-CBIA aspek sikap rendahnya jumlah responden yang masuk kedalam kategori baik sebelum intervensi kemungkinan dapat dipengaruhi oleh


(1)

Lampiran 55. Hasil uji Paired T-test

 Hasil uji Paired T-test pretest-posttest sikap setelah intervensi

 Hasil uji Paired T-testpretest-posttest sikap 1 bulan setelah intervensi


(2)

Lampiran 56. Hasil uji Wilcoxon

 Hasil uji Wilcoxonpretest pengetahuan-posttest pengetahuan setelah intervensi

 Hasil uji Wilcoxonpretest pengetahuan-posttest pengetahuan 1 bulan setelah intervensi

 Hasil uji Wilcoxonpretest pengetahuan-posttest pengetahuan 2 bulan setelah intervensi


(3)

Lampiran 57. Nilai pretest tindakan sebelum intervensi dengan metode CBIA

Resp Pertanyaan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

1 B B R B R R R 0 0 0 0 0 R 0

2 B B B B R R R 0 0 0 0 0 B 0

3 R R R B R R R 0 0 0 0 0 R 0

4 B R R S R B R 0 0 0 0 0 R 0

5 B B B B R B R 0 0 0 0 0 B 0

6 R B R R R B R 0 0 0 0 0 R 0

7 B R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

8 S B B B R R R 0 0 0 0 0 R 0

9 R R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

10 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

11 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

12 B B B B R R R 0 0 0 0 0 B 0

13 S B R R R R R 0 0 0 0 0 R 0

14 B R B R R R R 0 0 0 0 0 R 0

15 B B B B R B 0 0 0 0 0 0 R 0

16 S S S S R R R 0 0 0 0 0 S 0

17 S S S B R B R 0 0 0 0 0 S 0

18 R R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

19 R R R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

20 B R B R R R R 0 0 0 0 0 R 0

21 B B S R R B R 0 0 0 0 0 R 0

22 S S S S R B 0 0 0 0 0 0 R 0

23 S S S B R B 0 0 0 0 0 0 R 0

24 B B S S R R R 0 0 0 0 0 R 0

25 B S R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

26 S S S S R B R 0 0 0 0 0 R 0

27 S R R B R R 0 0 0 0 0 0 R 0

28 S S S S R B R 0 0 0 0 0 R 0

29 B B B B R R R 0 0 0 0 0 R 0

30 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

31 S R S S R R R 0 0 0 0 0 R 0

32 B B R S R R R 0 0 0 0 0 R 0

33 S B R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

34 R R R S R B R 0 0 0 0 0 R 0

35 S R R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

Penilaian: Baik : 1x/thn Sedang : >1x/thn


(4)

Resp Pertanyaan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

1 R B R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

2 B B B B R R R 0 0 0 0 0 B 0

3 R R R B R R R 0 0 0 0 0 R 0

4 B R R S R B R 0 0 0 0 0 R 0

5 B B B B R B R 0 0 0 0 0 B 0

6 R B R R R B R 0 0 0 0 0 R 0

7 B R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

8 S B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

9 R R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

10 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

11 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

12 B B B B R R R 0 0 0 0 0 B 0

13 S B R R R R R 0 0 0 0 0 R 0

14 B R B R R R R 0 0 0 0 0 R 0

15 B B B B R B 0 0 0 0 0 0 R 0

16 S S S S R R R 0 0 0 0 0 S 0

17 S S S B R B R 0 0 0 0 0 S 0

18 R R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

19 R R R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

20 B R B R R R R 0 0 0 0 0 R 0

21 B B S R R B R 0 0 0 0 0 R 0

22 S S S S R B 0 0 0 0 0 0 R 0

23 S S S B R B 0 0 0 0 0 0 R 0

24 B B S S R R R 0 0 0 0 0 R 0

25 B S R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

26 S S S S R B R 0 0 0 0 0 R 0

27 S R R B R R 0 0 0 0 0 0 R 0

28 S S S S R B R 0 0 0 0 0 R 0

29 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

30 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

31 S R S S R R R 0 0 0 0 0 R 0

32 B B R S R R R 0 0 0 0 0 R 0

33 S B R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

34 R R R S R B R 0 0 0 0 0 R 0

35 S R R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

Penilaian: Baik : 1x/thn Sedang : >1x/thn


(5)

Lampiran 59. Nilai posttest tindakan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA

Resp Pertanyaan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14

1 R B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

2 B B B B R R R 0 0 0 0 0 B 0

3 R R R B R R R 0 0 0 0 0 R 0

4 B R R S R B R 0 0 0 0 0 R 0

5 B B B B R B R 0 0 0 0 0 B 0

6 R B R R R B R 0 0 0 0 0 R 0

7 B R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

8 S B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

9 R R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

10 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

11 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

12 B B B B R R R 0 0 0 0 0 B 0

13 S B R R R R R 0 0 0 0 0 R 0

14 B R B R R R R 0 0 0 0 0 R 0

15 B B B B R B 0 0 0 0 0 0 R 0

16 S S S S R R R 0 0 0 0 0 S 0

17 S S S B R B R 0 0 0 0 0 S 0

18 R R R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

19 R R R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

20 B R B R R R R 0 0 0 0 0 R 0

21 B B S B R B R 0 0 0 0 0 R 0

22 S S S S R B 0 0 0 0 0 0 R 0

23 S S S B R B 0 0 0 0 0 0 R 0

24 B B S S R R R 0 0 0 0 0 R 0

25 B S R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

26 S S R R R B R 0 0 0 0 0 R 0

27 S R R B R R 0 0 0 0 0 0 R 0

28 S S S S R B R 0 0 0 0 0 R 0

29 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

30 B B B B R B R 0 0 0 0 0 R 0

31 S R S S R R R 0 0 0 0 0 R 0

32 B B R S R R R 0 0 0 0 0 R 0

33 S B R B R B R 0 0 0 0 0 R 0

34 R R R S R B R 0 0 0 0 0 R 0

35 S R R B R R R 0 0 0 0 0 S 0

Penilaian: Baik : 1x/thn Sedang : >1x/thn


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Desak Made Intan Cahyani, penulis skripsi berjudul “Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Siswa SMK Di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman” dilahirkan di Denpasar pada tanggal 4 Februari 1993. Penulis merupakan putri kedua pasangan dari Dewa Ketut Rai Sinartha dan Ni Ketut Sutami. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Saraswati, Denpasar, Bali, pada tahun 1997-1999, Sekolah Dasar 2 Saraswati Denpasar, Bali, pada tahun 1999-2005, SMP Cipta Dharma, Denpasar , Bali, pada tahun 2005-2008, dan SMA Negri 7 Denpasar, Bali pada tahun 2008-20011. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011 hingga dapat selesai pada tahun 2015.


Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita pra lansia di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

1 8 113

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja laki-laki di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).

1 11 148

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswi SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus melalui metode CBIA.

0 0 127

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 2 142

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria dewasa di SMKN 2 Depok Yogyakarta mengenai diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 137

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122