kepribadian individu dan rendahnya informasi yang diterima individu mengenai pencengah Diabetes Melitus Achmadi 2013. Peningkatan sikap responden dapat
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang akan berdampak pada sikap dan nantinya akan
mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu. Pemberian edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan metode CBIA Kristina, 2010.
Pada aspek tindakan dibagi menjadi 4 kategori yaitu pemeriksaan, gaya hidup, pengobatan dan perawatan kaki. Pada aspek pengobatan dan perawatan kaki
tidak dapat diukur karena seluruh responden tidak mengalami penyakit Diabetes Melitus.
Hasil pre-CBIA tindakan menunjukan rendahnya jumlah responden yang masuk ke dalam kategori baik sebelum diberi intervensi menunjukkan rendahnya
tindakan responden terhadap pencegahan suatu penyakit. Buruknya tingkat tindakan responden dalam mencegah Diabetes Melitus dapat disebabkan rendahnya kesadaran
responden terhadap pencegahan penyakit. Maka dari itu untuk meningkatkan tingkat tindakan responden dapat dilakukan dengan cara memberi edukasi kesehatan
mengenai cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan cara mencapai hidup sehat Achmadi 2013.
C. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Dilakukan
Edukasi Dengan Metode CBIA.
Pada sub bab ini fokus pembahasan terdapat pada kategori baik hal ini dikarenakan fokus penelitian mengikuti perjalanan peningkatan pengetahuan, sikap,
dan tindakan responden pada kategori baik. Hasil post 1-CBIA menunjukkan jumlah responden dengan kategori baik 18
orang 51.5, sedang 17 orang 48,5, dan tidak satupun responden masuk kedalam kategori buruk. Hasil perbandingan pre-CBIA dengan post 1-CBIA
menunjukkan tidak ada peningkatan jumlah responden dengan kategori pengetahuan baik yaitu 51,5 gambar 4. Pada kategori sedang mengalami peningkatan jumlah
responden dari 45,7 menjadi 48,5 sedangkan pada kategori buruk dari 2,8 menjadi 0. Dapat dikatakan terjadi penurunan jumlah responden dengan kategori
buruk, peningkatan terjadi pada kategori sedang dimana peningkatan tersebut tidak signifikan dan dapat dikatakan pengetahuan responden sudah cukup baik setelah
diberi edukasi dengan metode CBIA. Pernyataan ini dapat didukung dengan uji statistika yang diperoleh yaitu dengan nilai p= 0,18.
Peningkatan yang tidak signifikan pada aspek pengetahuan post 1-CBIA dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas waktu yang diberkan oleh pihak SMK.
Pihak SMK hanya memberikan waktu selama 2 jam untuk melaksanaan metode CBIA. Dimana 2 jam sudah termasuk pengkondisian siswa selama 10 menit,
pengisian kusioner pre selama 10 menit, dinamika kelompok 60 menit, diskusi dengan narasumber 30 menit dan pengisian kuesioner post 10 menit. Kurangnya
waktu dinamika dapat sebagai penyababnya peningkatan pengetahuan yang tidak signifikan karena pada dasarnya waktu dinamika kelompok dalam pelaksanaan CBIA
dilakukan selama 90 menit, diskusi kelompok besar 90 menit Suryawati 2012.
Dapat dikatakan waktu pelaksanaan CBIA pada penelitian ini belum sesuai dengan waktu pelaksanaan CBIA yang dilakukan oleh Suryawati. Selain itu
banyaknya pertanyaan responden yang belum terjawab oleh narasumber karena kurangnya waktu yang diberikan saat diskusi. Belum terjawabnya pertanyaan
responden ini dapat menyebabkan pengetahuan yang diterima oleh responden tidak maksimal.
Pada post 2-CBIA pengetahuan menunjukkan sebanyak 21 orang 60 terdapat pada kategori baik, 15 orang 42,8 sedang dan tidak satupun yang masuk
kedalam kategori buruk. Pre-CBIA dan post 2-CBIA dibandingkan untuk menunjukkan apakah terdapat peningkatan setelah 1 bulan edukasi. Hasil
perbandingan menunjukkan pada kategori baik mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5 menjadi 60 gambar 4, kategori sedang mengalami
penurunan jumlah responden sedang dari 45,7 menjadi 42,8, sedangkan pada kategori buruk tidak mengalami peningkatan jumlah responden yaitu 0.
Peningkatan pengetahuan pada post 2-CBIA kategori baik peningkatan tersebut tidak signifikan dapat didukung dengan uji statistika yang diperoleh yaitu p=0,06.
Peningkatan yang terjadi dapat disebabkan responden masih mengingat edukasi yang diberikan saat CBIA, selain itu peningkatan pengetahuan kemungkinan
dapat disebabkan oleh variabel pengacau tak terkendali. Pada dasarnya metode CBIA terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan seseorang sesuai yang dikatakan
oleh Suryawati 2012 .
Post 3-CBIA pengetahuan menunjukkan jumlah responden dengan kategori
baik sebanyak 18 orang 51,5, sedang 14 orang 40 dan buruk 3 orang 8,5. Perbandingan pre-CBIA dengan post 3-CBIA menunjukkan tidak ada peningkatan
jumlah responden pada kategori pengetahuan baik yaitu 18 orang 51.5 gambar 4. Pada kategori sedang mengalami penurunan jumlah responden dari 45,7
menjadi 40, dan buruk mengalami jumlah peningkatan dari 0 responden menjadi 8,5. Dari hasil perbandingan maka tidak terjadi peningkatan jumlah responden pada
aspek pengetahuan baik. Dapat didukung pada hasil statistika yang diperoleh yaitu p0,05 p=0,91. Tidak terjadinya peningkatan jumlah responden pada post 3-CBIA
menandakan perlu adanya pengulangan edukasi serta pengembangan kegiatan edukasi untuk mempertahankan serta meningkatkan pengetahuan responden Hartayu
et al., 2012. Hasil kategori sikap post 1-CBIA terdapat 32 orang 91,4 yang terdapat
pada kategori baik, 3 orang 8,6 sedang dan tidak terdapat satupun responden yang masuk kedalam kategori buruk. Maka perbandingan pre-CBIA dengan post 1-CBIA
kategori baik terdapat peningkatan jumlah responden dari 25,7 menjadi 91,4 gambar 4, pada kategori sedang terdapat penurunan jumlah responden yaitu dari
74,3 menjadi 8,6 dan pada kategori buruk tidak terjadi perubahan jumlah responden 0. Maka dapat dikatakan pada post 1-CBIA terjadi peningkatan sikap
yang signifikan didukung dengan hasil uji statistik yang diperoleh yaitu p=
0,00 .
Sesuai yang dikatakan Achmadi 2013 pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu pangaruh sosial, karakter kepribadian individu dan informasi yang
selama ini diterima individu. Peningkatan sikap dalam penilitian ini dapat terjadi karena adanya informasi yang diterima oleh responden melaui edukasi kesehatan
dengan metode CBIA. Post 2-
CBIA sikap menunjukkan jumlah responden pada kategori baik sebanyak 19 orang 54,3, sedang 16 responden 45,7 dan tidak satupun
responden yang masuk kedalam kategori buruk. Perbandingan antara pre-CBIA dengan post 2-CBIA menunjukkan terjadi peningkatan jumlah responden pada
kategori baik yaitu dari 25,7 menjadi 54,3 gambar 4. Pada kategori sedang mengalami penurunan jumlah responden dari 74,3 menjadi 45,7. Namun pada
kategori buruk tidak terjadi perubahan jumlah responden 0. Dapat dikatakan pada post
2-CBIA terjadi peningkatan sikap yang signifikan sesuai dengan uji statistik yang didapat yaitu p=
0,00 .
Menurut Rinto, Sunarto dan Fidianingsih 2008 dalam penelitiannya mengatakan bahwa peningkatan sikap seseorang dapat terbentuk oleh suatu informasi
yang dianggapnya benar berdasarkan kepercayaanya. Dapat dikatakan informasi yang diterima responden dengan metode CBIA berupa informasi positif dapat
meningkatkan kepercayaan responden yang berdampak terhadap sikap responden mengenai Diabetes Melitus.
Hasil post 3-CBIA sikap responden yang berada dalam kategori baik sejumlah 20 orang 71,2, sedang 15 orang 42,8 dan tidak ada satupun
responden yang berada dalam kategori buruk. Pada hasil perbandingan pre-CBIA dengan post 3-CBIA pada kategori baik menunjukkan peningkatan jumlah responden
dari 25,7 menjadi 71,2 gambar 4, dan pada kategori sedang terjadi penurunan jumlah responden dari 74,3 menjadi 42,8 dan pada kategori buruk tidak terjadi
perubahan jumlah responden 0. Sama halnya dengan post 1-CBIA dan post 2- CBIA. Peningkatan sikap post 3-CBIA dipengaruhi oleh informasi yang diterima
individu selama intervensi saat CBIA yang distimulir oleh pola pikir individu. Terjadinya peningkatan sikap post 1-CBIA, post 2-CBIA dan post 3-CBIA
membuktikan bahwa CBIA terbukti efektif dalam meningkatkan sikap. Hasil post 2-CBIA tindakan menunjukkan 9 orang 25.7 terdapat dalam
kategori baik, 6 orang 17,2 yang terdapat dalam kategori sedang dan 22 orang 68,2 berada dalam kategori buruk. Jika dibandingkan antra pre-CBIA dengan post
2-CBIA maka terjadi peningkatan jumlah responden pada kategori baik dari 20 menjadi 25,7 gambar 4, pada kategori sedang tidak terjadi peningkatan jumlah
responden yaitu 17,20, sedangkan pada kategori buruk terjadi penurunan jumlah responden dari 68,2 menjadi 57,1. Dapat dikatakan setelah intervensi berupa
CBIA terjadinya peningkatan tindakan yang masuk kedalam kategori baik. Terjadinya peningkatan tindakan dipengaruhi oleh faktor pre disposisi yang
menyangkut pengetahuan, sikap setelah CBIA Notoatmojo 2012. Selain itu peningkatan tindakan terjadi karena adanya faktor motivasi setelah dilakukannya
CBIA Hartayu et al., 2012. Pada post 3-CBIA tindakan menunjukkan jumlah responden yang berada
dalam kategori baik sebanyak 10 orang 28,6, sedang 5 orang 14,3, buruk 20 orang 57,1. Hasil perbandingan pre
–CBIA dengan post 3-CBIA menunjukkan
jumlah responden pada kategori baik mengalami peningkatan dari 20 menjadi 28,6 gambar 4, pada kategori sedang mengalami penurunan dari 17,2 menjadi
14,3 dan pada kategori buruk mengalami penurunan jumlah responden dari 68,2 menjadi 57,1 Maka hasil perbandinga pre-CBIA dengan post 3-CBIA terjadi
peningkatan tindakan. Dapat dikatakan metode CBIA terbukti efektif dan mampu memberi motivasi dalam mengubah gaya hidup yang berdampak pada peningkatan
tindakan.
51.50 n=18
25.70 n=9
20.00 n=7
91.40 n=32
60 n=21
54.30 n=19
25.70 n=9
51.50 n=18
71.20 n=20
28.60 n=10
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
100.00
Pengetahuan Sikap
Tindakan
Ju m
la h
R e
s p
o n
d e
n
Pre-CBIA Post 1-CBIA
Post 2-CBIA Post 3-CBIA
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Kategori Pengetahuan, Sikap,dan Tindakan Baik Antara Pre, Post 1, Post 2, dan Post 3 CBIA
D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum dan