Pajak KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

23 undangan Nomor 34 tahun 2000. Jenis pungutan seperti Restribusi mempunyai pengertian lain dibandingkan dengan Pajak. Restribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi karena pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran uang kuliah, karcis masuk terminal, dan kartu langganan. Waluyo dan Ilyas, 2002 : 09. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah paling lambat satu bulan setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN ditetapkan. Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah selambat-lambatnya tiga bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Bratakusumah, 2001 : 205

2.3.2. Pajak

Ditinjau dari sejarahnya, masalah pajak sudah ada sejak zaman dahulu, walaupun pada saat itu belum dinamakan “pajak”, namun masih merupakan pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada rajanya. Perkembangan selanjutnya pemberian tersebut menjadi upeti yang sifat pemberiannya dipaksakan dalam artian bahwa pemberian itu bersifat “wajib” dan ditetapkan secara sepihak oleh Negara. Pajak yang semula merupakan pemberian sukarela berubah menjadi pungutan yang sifatnya wajib, hal tersebut wajar karena kebutuhan Negara akan dana semakin 24 besar dalam rangka untuk memelihara kepentingan Negara yaitu untuk mempertahankan Negara dan melindungi rakyatnya dari serangan musuh maupun untuk melaksanakan pembangunan, dengan demikian sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara, baik di bidang ekonomi, social, dan kenegaraan. Munawir 1997 : 3. Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada Negara, tetapi coraknya terlihat bermacam-macam bergantung pada pendekatannya. Dalam hal inilah pajak dapat didekati atau ditinjau dari berbagai aspek, yaitu : Waluyo dan Ilyas, 2002 : 6 1. Aspek Ekonomi Dari sudut ekonomi, pajak merupakan penerimaan Negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. 2. Aspek Hukum Hukum Pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan urutan yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini dijalankan secara ketat. Peraturan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi. 25 3. Aspek Keuangan Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek ekonomi, hanya lebih menitik beratkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan Negara. Jika dilihat dari penerimaan Negara, kondisi keuangan Negara tidak lagi semata-mata berasal dari penerimaan Negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan Negara. Alat ukur yang digunakan sebagai indicator efektif dan produktif pemungutan pajak dalam fungsinya pengumpulan penerimaan berupa pajak. 4. Aspek Sosiologi Pada aspek sosiologi ini, ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang disampaikan kepada masyarakat. Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama, demikian halnya definisi yang diutarakan oleh Muda Markus 2005 : 01 pengertian pajak “Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat swasta yang berdasarkan undang-undang, wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara tanpa mendapat kontraprestasi secara individual dan langsung dari Negara, serta bukan merupakan pinalti, yang berfungsi : 26 I. Sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara , dan sisanya, jika ada, digunakan untuk pembangunan, serta II. Sebagai instrumentalat untuk mengatur kehidu Dalam definisi di atas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pada pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur. Apabila memperhatikan coraknya, dlam memberikan batasan pengertian pajak dapat dibedakan dari berbagai macam ragamnya yaitu dari segi ekonomi, segi hukum, segi sosiologi dan lain sebagainya. Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya, adalah sebagai berikut : Waluyo dan Ilyas, 2002 : 5 1. Pengertian pajak menurut Prof. Edwin R.A Seligman dalam buku Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan : “Tax is Compulsary Contribution , from the person, to the goverment to depray the expense in the common interest of all, without reference to special benefit Conperred “. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang. 2. Pengertian Pajak Menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economics of public Finance memberikan batasan pajak seperti di atas hanya menggantikan without reference dengan with little reference. 3. Pengertian Pajak menurut Mr. Dr. N.J. Feldmann dalam buku De over heidsmiddelen Van Indonesia terjemahan : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa adanya kontra 27 prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum”. 4. Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam buku De Economische betekenis belastingen terjemahan : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditujukankan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 5. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari disertainya yang berjudul Pajak Berdasarkan Azas Gotong Royong menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi diatas tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan kontra prestasi menekankan pada mewujudkan kontra prestasi itu diperlukan pajak. 6. Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1990 :5 menyatakan “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. 28 Dari definisi-definisi tersebut diatas , maka dapat ditarik suatu kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat dari pengertian pajak yaitu : Waluyo dan Ilyas, 2002 : 5-6 a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c. Pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2.3.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak

Dokumen yang terkait

Kesadaran Dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan (Studi Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai)

5 92 143

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Ngadiluwih Kota Kediri).

0 0 107

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus Di Wilayah Kelurahan Krembung Kecamatan Krembung Sidoarjo).

0 6 115

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Krembung Kelurahan Krembung Sidoarjo).

0 0 115

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Mojokerto).

0 1 109

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.

2 14 111

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo)

0 0 25

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi kasus di Desa Sedengan Mijen Kecamatan Krian Sidoarjo)

0 0 20

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Mojokerto)

0 0 22

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Krembung Kelurahan Krembung Sidoarjo)

0 0 27