28
Dari definisi-definisi tersebut diatas , maka dapat ditarik suatu kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat dari pengertian pajak yaitu :
Waluyo dan Ilyas, 2002 : 5-6 a.
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah. c.
Pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.3.3. Dasar Teori Pemungutan Pajak
Pemahaman akan teori pemungutan pajak berikut ini diharapkan membawa suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi
menjadi beban semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang menyenangkan dalam hidup bermasyarakat, Waluyo dan Ilyas 2002 : 14, menjelaskan
bahwa teori-teori pemungutan pajak yang dimaksud yaitu : 1.
Teori Asuransi Perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau keamanan harta
29
bendanya. Teori Asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak, walaupun kenyataannya menyatakan hal tersebut
dengan premi tidaklah tepat. 2.
Teori Kepentingan Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut
dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan
hartanya, oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk melindunginya dibebankan pada masyarakat.
3. Teori Daya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat
berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya, oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka masyarakat akan membayar pajak
menurut daya pikul seseorang. 4.
Teori Bakti Teori bakti ini disebut juga teori kawajiban pajak mutlak. Teori ini
berdasarkan pada pendapat bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya terhadap Negara, dengan demikian dasar hukum pajak terletak
pada hubungan masyarakat dengan Negara.
30
5. Teori Asas Daya Beli
Teori berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang
bukan kepentingan individu atau Negara sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.
Pencapaian tujuan pemungutan pajak perlu dipegang teguh asas- asas pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya, dengan
demikian, terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi, yaitu pemahaman atar perlakuan pajak
tertentu. Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku “An Inquiri into the Nature and Cause of the
Wealth of Nations” menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan sebagai berikut Waluyo dan Ilyas ,2002 : 12 :
1. Azas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima.
Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan
manfaat yang diminta.
31
2. Azas Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang
terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. 3.
Azas Convenience Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut
Pay as You Earn. 4.
Azas Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
Menurut Richard A.Musgrave dan Peggy B.Musgrave dalam buku Public Finance in Theory and Practice terdapat dua macam asas keadilan
dalam keadilan pemungutan pajak, yaitu : Waluyo dan Ilyas, 2002 : 12 1.
Benefit Principle Dalam system perpajakan yang adil, setiap Wajib Pajak harus
membayar sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari Pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Ex-penditure Approach.
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini disarankan agar pajak dibebankan kepada Wajib Pajak atas dasar Kemampuan membayar.
32
Masalah keadilan dalam pemungutan pajak, dibedakan secara lain dalam : Waluyo dan Ilyas, 2002 : 13
1. Keadilan Horizontal
Pemungutan pajak adil secara horizontal apabila beban pajaknya sama atas semua Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan yang sama
dengan jumlah tanggungan yang sama, tanpa membedakan jenis pengahasilan atau sumber pengahasilan.
2. Keadilan Vertikal
Keadilan dapat dirumuskan Horisontal dan Vertikal bahwa pemungutan pajak adil apabila orang dalam kondisi ekonomi yang
sama dikenakan pajak yang sama, demikian sebaliknya. Sebagai perwujudan dari adanya Reformasi Muhammad Rusjdi,
2007 dibidang perpajakan diantaranya kebijakan perpajakan yang baru dikeluarkan oleh Pemerintah, antara lain :
1. UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas UU Nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 2.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2000 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Perhitungan Pajak Bumi dan
Bangunan. 3.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1007KMK.041985 tentang Pelimpahan Wewenang Penagihan PBB kepada Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I danatau Bupati Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II.
33
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523KMK.041998 tentang
penentuan klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.