Dasar – Dasar Linier Programming Syarat dan Karakteristik Linier Programming

a 31 x 1 + a 32 x 2 + a 33 x 3 + ….+ a 3n X n ≤ b 1 a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x 3 + ….+ a mn X n ≤ b m dan X 1 ≥ 0 ; X 2 ≥ 0 ……., X n ≥ 0

2.10.4 Dasar – Dasar Linier Programming

Menurut Subagyo, Asri dan Handoko 1992 : 13 dasar – dasar linier programming adalah : a. Kesebandingan proportionality . Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding proportional dengan perubahan tingkat – tingkat kegiatan. b. Penambahan additivity . Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam linier programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan Z yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain. c. Pembagian divisibility . Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran output yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan. d. Deterministiz certainty . Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model linier programming aij, no, Cj dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat. e. Non Negativitie. Asumsi ini menyatakan bahwa semua nilai yang terdapat pada persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala tidak ada yang negatif.

2.10.5 Syarat dan Karakteristik Linier Programming

Menurut Dumairy 2001 : 344 Agar suatu masalah optimisme dapat diselesaikan dengan linier programming ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dipenuhi : a. Masalah tersebut harus dapat diubah menjadi permasalahan matematis ini berarti bahwa masalah tadi harus bias dituangkan ke dalam bentuk model matematik dalam hal ini model linier, baik berupa persamaan atau pertidaksamaan. b. Keseluruhan system persamaan harus dapat dipilah – pilah menjadi satuan – satuan sebagai missal a 11 X 1 + a 12 X 2 ≤ k1, dimana X 1 dan X 2 adalah aktivitas. c. Masing – masing aktivitas harus dapat ditentukan dengan tepat baik jenis maupun letaknya dengan model programasi. d. Setiap aktivitas harus dapat dikuantifikasikan sehingga masing – masing nilai dapat dihitung dan dibandingkan. Dengan demikian didalam suatu masalah linier programming terdapat rangkaian “ kendala – aktivitas – tujuan -“ atau ‘ masukan – aktivitas – keluaran”.

2.10.6 Metode Penyelesaian Linier Programming

Dokumen yang terkait

Penentuan Jumlah Produksi Optimal Untuk Memaksimumkan Laba Dengan Menggunakan Metode Integer Programming Di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco

3 57 222

Perencanaan Agregat Dengan Menggunakan Metode Linier Programming Dalam Menyusun Jadwal Induk Produksi Yang Optimal (Study Kasus Di PT. Karya Agung Nusantara - Sidoarjo)

0 7 2

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENENTUAN KOMBINASI PRODUK OPTIMAL DALAM UPAYA MEMAKSIMALKAN LABA PADA CV. MULTI BANGUNAN JEMBER

0 4 17

Aplikasi Metode Goal Programming Untuk Menentukan Kombinasi Produk Yang Optimal Pada PT. Sukorejo Indah Textile Pasuruan

1 4 124

LAPORAN TUGAS AKHIR Penentuan Kombinasi Jumlah Produk Untuk Menentukan Laba yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming ( Studi Kasus pada PT. TIMBANGAN ”SSS”, SUMBER-SOLO. ).

0 0 13

PENDAHULUAN Penentuan Kombinasi Jumlah Produk Untuk Menentukan Laba yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming ( Studi Kasus pada PT. TIMBANGAN ”SSS”, SUMBER-SOLO. ).

0 0 6

PENENTUAN KOMBINASI MEDIA PROMOSI YANG OPTIMAL UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA Penentuan Kombinasi Media Promosi Yang Optimal Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada Hotel Dana Di Surakarta.

0 0 9

ANALISIS LINIER PROGRAMMING UNTUK OPTIMALISASI KOMBINASI PRODUK

0 0 6

ANALISIS LINIER PROGRAMMING DENGAN METODE SIMPLEKS DALAM PENENTUAN KOMBINASI PRODUK YANG OPTIMAL UNTUK MENINGKATKAN LABA PADA PT SULAWESI AGUNG JAYA

0 0 16

ANALISIS PERHITUNGAN KOMBINASI PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING METODE SIMPLEKS UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PADA PABRIK KAYU CV BUANA GUNA JAMBI

0 0 14